Chapter 3 : Perputaran Roda Takdir, Kejatuhan

1956 Words
Dua Tahun yang lalu… Jepang, Prefektur Kanagawa. Di sebuah gedung tinggi yang mencapai sepuluh tingkat lantai, terlihat betapa ramainya kumpulan wartawan dan fans yang berusaha untuk menerobos masuk gerbang tersebut. Para penjaga yang bersiap siaga di depan gerbang itu pun terlihat sangat kewalahan menanggapi ratusan orang itu. “Permisi! Kami dari Gem Entertainment ingin masuk ke dalam untuk melakukan wawancara sebentar saja!” “Tolong biarkan kami lewat!” “Pahlawanku, keluarlah!” Media yang berusaha mencari topik hangat, sekumpulan wanita yang tergila-gila layaknya fans tidak ada yang menyerah sama sekali. Namun, penambahan pasukan penjaga mulai membantu untuk tidak memberikan satupun dari mereka agar lolos ke dalam. ** Di kala keramaian itu, tepat di lantai sepuluh gedung itu terdapat sebuah elevator yang terbuka. Dua orang dari dalam yang merupakan laki-laki dan perempuan mengenakan jas mahal mereka sedang berjalan menuju ke suatu ruangan. “Keramaian itu benar-benar merepotkan….” gumam sang perempuan “Yah, lagipula siapa yang bisa menyalahkan mereka. Ketua dan kita kemarin baru saja menyelesaikan sebuah Gate merah. Tentu saja para penggemar dan wartawan akan datang ramai-ramai ke sini” sahut laki-laki tersebut “Kurasa pamor juga bisa menjadi menjengkelkan juga ya….” ucap perempuan itu Mereka berdua yang berbincang seiring berjalan pun terhenti ketika berdiri di sebuah pintu ruangan. Perempuan itu mengangkat tangannya dan mengetuk pintu tiga kali. Tok tok tok…. “Ketua, ini kami” “Masuklah” Suara laki-laki dari dalam merespon dan mempersilahkan mereka untuk masuk. Keduanya yang menutup pintu itu kembali dan berdiri di hadapan laki-laki yang sedang duduk di belakang meja kerja di penuhi tumpukan dokumen yang tidak tertata rapih. Ketika laki-laki itu menggeser dokumen yang menutupi wajahnya, di balik orang yang di sebut ketua itu adalah Tachibana Jun. Ketua Guild dari Virgorous dan pemilik gedung Guild setinggi sepuluh lantai itu. “Alex, Yuuki. Ada apa?” sahut Jun kepada dua orang yang datang di dalam ruangannya Kedua orang itu adalah Mibuchi Alexander, wakil ketua Guild Virgorous dan Yuuki Aoi, pimpinan divisi pertama. “Ketua, kami mendapatkan informasi bahwa di bagian prefektur Saitama ada sebuah Gate merah. Kepala menteri meminta ketua untuk turun tangan terhadap hal ini secara langsung” ucap Yuuki “Bagaimana situasinya?” tanya Jun “Guild Consist yang memiliki hunter A paling banyak telah kesulitan menanganinya dan mengalami cedera parah. Gate tersebut menjadi semakin liar dan bahkan mulai mengeluarkan berbagai puluhan patung ksatria di prefektur Saitama” jelas Alex “Baiklah. Alex, Yuuki, kalian ikut denganku” ucap Jun sembari sontak bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu keluar Alex dan Yuuki yang terkejut dengan keputusan tiba-tiba dari Jun, merasa sedikit aneh. “Tu-tunggu, ketua! Hanya kami bertiga saja?! Guild Consist saja kewalahan menangani red gate itu!” tanya Yuuki Jun yang berjalan dan membuka pintu keluar ruangannya, tiba-tiba saja bertemu dengan Maeda Takashi. Seorang Hunter Rank-A, sekaligus sahabat baiknya. “Ah, Jun. Kebetulan, aku ingin memberikan lapo-!” Sebelum menyelesaikan kalimatnya, Jun memotong ucapannya. “Takashi, kau datang di waktu yang tepat!” ucap Jun “Eh, ada apa?” tanya Takashi “Prefektur Saitama terkena serangan red gate. Kau ikut dengan aku, bersama dengan Alex dan Yuuki juga” sahut Jun yang berjalan melewatinya Pesan singkat dari Jun membuat Takashi berwajah kebingungan dengan apa yang sedang terjadi dan segera menyusulnya bersama dengan Alex dan Yuuki. * * * Waktu berlalu dengan cepat, dan hanya membutuhkan waktu kurang dari 20 menit bagi Jun bersama ketiga rekannya untuk sampai di prefektur Saitama. Mereka yang berlari melalui lalu lalang kota, mendapatkan suasana kota yang begitu sepi. “Ada apa ini? Bukankah ini terlalu sepi? Dimana para patung ksatria itu?” gumam Alex “Apa sudah ada guild lain yang membereskan mereka?” sahut Takashi “Tetaplah bermata tajam. Alex, Yuuki, kalian berdua bereskan patung ksatria yang kalian temui. Aku dan Takashi akan menuju red gate itu secara langsung!” perintah Jun “BAIK!” sahut mereka bertiga Sesuai dengan instruksi dari Jun, mereka bertiga berpencar dengan cepat menuju tujuan masing-masing. Jun dan Takashi yang bersama pun telah tiba tepat di red gate. Dari dalam gate itu, terdapat patung ksatria hijau yang berukuran dua meter lebih sedang keluar dari dalam dan menyadari kedatangan mereka berdua. “GRAA!!” raung patung ksatria tersebut sembari mengayunkan kapak raksasanya Takashi yang melihatnya pun sontak ingin mundur menghindari serangan tersebut. Namun, Jun yang berada di sisinya berkeputusan berbeda dan menerjang kuat tiada takut. Wush!! “Jun, jangan cero-!” KRAAAK Sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, kerasnya kapak milik patung ksatria tersebut di hancurkan berkeping-keping hanya dengan tangan kosong Jun sendiri. Diikuti dengan tendangan kaki kapak yang menghantam kepala patung ksatria itu hingga pecah menyentuh tanah. Bruak! “Boh….” “Sedang apa kau berdiam diri di sana? Kita punya gate yang harus di bersihkan!” “Haah… kurasa salah bagiku untuk mengkhawatirkanmu” Jun dan Takashi segera masuk ke dalam gate dan membersihkan segala ancaman yang berada di dalamnya. Bersih dan tak meninggalkan jejak satupun monster yang masih hidup di dalam gate tersebut. Begitu juga dengan Yuuki dan Alex yang telah mengalahkan semua patung ksatria yang berkeliaran di Saitama. Setelah ancaman gate itu di selesaikan, Jun sedang berbincang dengan kepala divisi pemantau Hunter Jepang, Kotaro Hiura. “Tuan Jun, terima kasih atas bantuannya. Entah apa yang terjadi jika anda tidak datang tepat waktu. Mungkin saja, prefektur Saitama akan hancur oleh para patung ksatria itu” ucap Kotaro “Yah, aku sedang sibuk menangani dokumen di dalam kantor. Jika saja Alex dan Yuuki tidak datang memberitahu, maka aku tidak mungkin sempat datang ke sini” sahut Jun Di tengah perbincangan itu, Kotaro terlihat cukup gugup menangani seorang hunter rank 1 di Jepang. Sedangkan Jun yang sedang melihat sekitar di mana penanganan medis sedang ramai, tiba-tiba saja kepalanya terasa pusing dan pandangan mata menjadi kabur. Jun yang mulai kewalahan terhadap keseimbangan berdirinya pun hampir terjatuh dan membuat semua, termasuk Kotaro yang berdiri di depannya khawatir. “Uuhh!” erang Jun “Tuan Jun?!” ucap Kotaro yang berusaha menangkapnya Namun, Jun yang hampir terjatuh ke belakang saat itu langsung di tangkap oleh Takashi dan di bopong di bahunya. “Hei, kau baik-baik saja?!” tanya Takashi “uh?! Aku… tidak tahu… kepalaku terasa sangat pusing….” Itulah kata-kata terakhir Jun sebelum kehilangan kesadaran sepenuhnya. Semua orang yang panik terhadap dirinya pun segera membawanya ke rumah sakit untuk di berikan pertolongan. ** Pemerintah yang khawatir terhadap hunter berharganya itu, segera memberikan perawatan dari dokter terbaik yang ada di Jepang dengan teknologi terbaiknya. Jun yang telah di berikan pemeriksaan lengkap, tak lama kemudian siuman setelah delapan jam pingsan. Dia membuka kedua matanya secara perlahan dan mendapatkan sang ibu, Himari dan adiknya, Yui yang sudah menunggunya di samping ranjang rumah sakit. “Ibu… Yui….” “Kakak!” “Jun! Syukurlah, akhirnya kamu bangun juga! Kau membuat ibu sangat khawatir!” Jun beranjak bangun dan memposisikannya untuk duduk di atas ranjang itu. Dia menoleh ke segala arah ruangan dan melihat adanya berbagai macam alat dan infus yang menempel di tubuhnya. “ini di rumah sakit? Apa yang terjadi padaku?” Ibu dan adiknya terdiam ketika mendengar Jun bertanya tentang kondisinya. Raut wajah mereka yang murung membuat Jun khawatir bahwa ada sesuatu buruk yang terjadi padanya. “Ibu? Apa ada sesuatu terjadi padaku?” Pertanyaan yang kembali di utarakan oleh Jun, tiba-tiba saja terpotong karena pintu ruangannya terbuka dan datang seorang dokter. “Ah, tuan hunter. Kau sudah bangun rupanya….” “Dokter….” “Ibu dan adik, boleh keluar dahulu sebentar? Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan empat mata dengan tuan hunter” Sesuai dengan arahan dari dokter, sang ibu memberikan kecupan hangat di dahi Jun sembari keluar dari ruangan itu bersama Yui. Setelah di tinggal berdua di ruangan itu…. “Dokter, apa yang terjadi padaku?” “tuan hunter. Tachibana Jun, umur 22 tahun dengan pencapaian luar biasa di usia sebagai hunter terkuat di Jepang. Apa kau ingat hal terakhir yang kau lakukan sebelum tidak sadarkan diri?” “Kalau tidak salah, aku pergi menyelesaikan red gate bersama sahabatku, Takashi, serta Alex dan Yuuki yang menjadi anggota Guild ku. Lalu, setelah berbincang sesaat dengan tuan Kotaro, tiba-tiba saja kepalaku menjadi pusing dan aku tak mengingat apapun lagi setelah itu….” “Apa kau yakin hanya itu saja? Tidak ada benturan, ataupun kontraksi aneh di dalam tubuhmu saat menyelesaikan red gate itu?” “Iya. Sama sekali… tidak ada….” “Hmm… ini sedikit aneh….” Dokter itu terlihat cukup terheran dengan penjelasan Jun seolah tidak puas. Jun sendiri bingung bagaimana dia harus menjawab, oleh karena itu hanya pertanyaan sama yang keluar dari mulutnya. “Dokter, apa yang sebenarnya terjadi? Tolong katakan padaku!” Sang Dokter melihat langsung ke dalam kedua mata Jun yang begitu ingin tahu terhadap kenyataan pahit yang akan dia katakan. Namun, dalam dunia kedokteran, sudah menjadi hak bagi seorang pasien mengetahui penyakit yang dia alaminya. Oleh karena itu…. “Maaf sekali, tuan hunter. Tetapi, karirmu sebagai hunter akan berakhir dalam kurun waktu dua minggu….” Kalimat yang di ucapkan dari dokter itu tidak tersampaikan dengan penuh kepada Jun. Dia masih terkejut dan heran dengan maksud yang ambigu itu. “Ha-hah?! Tu-tunggu, dokter. Apa maksudnya ini? Karirku sebagai hunter akan berakhir?!” tanya Jun sembari berusaha mengatakan bahwa yang dia dengar salah Namun, dokter itu menunduk murung seolah mengasihaninya. Jun yang tidak mendengar jawaban kedua kalinya saja, sudah merasakan pukulan keras akan jawaban dari ekspresi dokter itu. “Ka-kau… bercanda bukan?!” “Ini adalah penyakit yang cukup langka dan hanya bisa di temui oleh para manusia pemilik kekuatan khusus seperti ini saja. Nama penyakit ini adalah, Mirage Syndrome” “Mirage… Syndrome?” “Ini adalah penyakit yang mengambil seluruh DNA power yang dimiliki oleh sang penderita. Mereka akan menggerogoti seluruh DNA itu hingga habis, dan memberikan hasil kepada penderita untuk kehilangan kekuatannya secara permanen” Satu-satunya hal yang akan sangat di takuti oleh para hunter. Dan itu adalah penyakit Mirage Syndrome. Karena dari satu penyakit itu, semua karir yang telah di bangun bisa di renggut dengan mudah dan membuat kehidupan seseorang terbalik layaknya papan kayu yang rusak. Jun yang panik mendengarnya sontak memohon kepada dokter itu. “Dokter! Kau pasti mempunyai obatnya bukan?! Kau dokter terhebat di jepang, langsung di arahkan oleh pemerintah! Kau pasti mempunyai jalan keluarnya kan?! Aku tidak bisa kehilangan kekuatan ini, aku tidak bisa!” “Maaf. Tetapi belum ada satupun kasus Mirage Syndrome yang ada di belahan dunia ini berhasil di sembuhkan….” Kabar buruk dari sang dokter benar-benar memukul Jun secara mental. Dirinya menunduk diam dengan wajah membeku terkejut seolah tak bisa menerima kenyataan pahit itu. Semua yang dia bangun akan di renggut hanya dengan dua minggu.kehidupan yang berhasil dia sediakan bagi sang ibu dan adiknya, akan menghilang sirna begitu saja. Dan saat itu, dua minggu pun telah berlalu….. Jun yang telah keluar dari rumah sakit, semakin lama merasakan kekuatannya menurun drastis. Setiap gate yang harus dia lewati hanya dengan beberapa pukulan, kini berakhir menjadi ratusan pukulan tak bertenaga. Kekuatannya yang sirna sepenuhnya, diikuti dengan kehormatan yang dia dapat. Pemerintah tidak bisa lagi mendukungnya karena fakta kekuatan yang sudah tidak ada dari dirinya. Hunter terkuat, kini berubah menjadi hunter terlemah. Lisensinya sebagai seorang hunter rank-S, kini di cabut dan di turunkan menjadi peringkat paling bawah, yaitu Rank-F. Jun tidak di terima di manapun. Bahkan, Guild yang dia bangun dari hasil jerih payahnya itu mengkhianatinya, termasuk sang wakil ketua, Mibuchi Alexander. Alex mengambil posisi ketua guild Virgorous dan menendang Jun keluar layaknya lalat tak berguna. Dan dari saat itu lah, kehidupan sengsara Jun terus berjalan hingga sekarang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD