Chapter 4 : Kembali ke Dalam Gate

1109 Words
Setelah beristirahat dari luka yang dia terima sebelumnya, kini Jun terbangun dari kamarnya dan berjalan menuju ruang tamu. Dia melihat seisi ruangan yang kosong, membuatnya memahami bahwa di pagi itu adiknya, Yui telah pergi ke sekolah. Tak lama kemudian, suara ibunya yang terdengar kecil layaknya berbisik pun terdengar ke dalam telinga Jun. Suara itu berasal dari dapur dan ibunya terlihat seperti sedang berbincang dengan seseorang melalui telepon. Tanpa membuat ibunya sadar, Jun mendengar percakapan itu secara diam-diam. “Tolonglah, bantu aku!” “Apa kau tidak bisa memberikanku sedikit pinjaman saja? Putriku, Yui sudah menunggak uang bulanan sekolahnya hampir enam bulan. Jika terus seperti ini, dia akan di keluarkan!” “[Maaf Himari. Tetapi, keuanganku juga sedang menipis. Putra ku baru saja memasuki perguruan tinggi dan putriku ingin memasuki tingkat SMA. Aku tidak bisa membantumu saat ini]” “Ba-baiklah… maaf telah menganggumu” Himari mematikan telepon itu dan mengakhiri perbincangannya bersama seorang teman perempuannya. Dia menunduk dan memegang kepalanya seolah sedang frustasi terhadap masalah yang terus membenturnya. “Apa yang harus ku lakukan? Jun… Yui….” Dari percakapan tersebut, Jun mengetahui bahwa situasi yang di alami ibunya sedang di ambang kesulitan. Sebagai seorang anak laki-laki di rumahnya, Jun tidak ingin melihat ibunya kesulitan. Jun yang baru saja sembuh, segera kembali ke kamarnya dan bersiap-siap. Dirinya pergi keluar menggunakan jaket hoodie hitam yang menutupi kepalanya dan celana hitam panjang. Tanpa memberitahu ibu atau sang adik, Jun mengambil keputusan sendiri untuk berjalan di sekeliling kota. Jun pergi keluar untuk mencari pekerjaan, tetapi dengan kondisinya yang tak terima di mana-mana akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan tetap. Oleh karena itu, tangannya yang masuk di dalam kantung hoodie, mengeluarkan sebuah kartu kecil yang menunjukan sebuah lisensi khusus. Tertulis di atas kartu itu, Tachibana Jun, seorang hunter Rank-F. “Hanya ini yang ku punya… Walaupun harus bertaruh nyawa, aku lebih baik menghapus air mata ibuku dari keresahan!” Tiba-tiba saja, tepat di mana Jun sedang berdiri ada sekumpulan orang berzirah melewatinya. “A-apa ini? Kenapa tiba-tiba ramai?!” Jun yang kebingungan berusaha keluar dari keramaian itu. Namun, setelah melihat zirah yang di pakai mereka, Jun langsung tahu bahwa mereka semua adalah seorang hunter. Jika terdapat hunter, maka di sana akan terjadi sebuah raid. Dan jika ada raid, maka ada sebuah gate yang muncul di dekat sana. “Sekumpulan hunter ini… kemungkinan ada gate yang muncul! Tetapi… dimana?!” Kiri dan kanan di penuhi oleh kerumunan banyak orang. Jun kesulitan untuk mencari di mana posisi gate tersebut. Hingga tak lama kemudian, dia melihat ke depan dan sebuah gate biru jauh di sana. “Itu dia!” “Maaf, Ibu, Yui. Tetapi, aku tidak ingin melihat kalian kesulitan lagi!” Dengan modal sebuah tekad saja, Jun mengikuti ombak kerumunan tersebut dan menyelinap masuk ke dalam gate. Sebuah gate dengan dunia yang berlatar abad pertengahan yang sudah tidak memiliki sedikitpun makhluk hidup yang tersisa. Tiada hal selain pepohonan dan bangunan rumah tua dengan ukuran yang dua kali lebih besar dari rumah manusia di bumi. Seolah rumah tua tersebut di peruntukan kepada manusia dengan ukuran yang berbeda. Jun yang berada di tengah kerumunan itu pun memisah ke jalan yang berbeda. Dia berjalan seorang diri dan melihat kiri kanannya untuk mencari sebuah batu sihir untuk di tukarkan dengan uang di dunia nya. “Dimana… dimana? Seharusnya pasti ada walaupun sedikit saja. Setidaknya biarkan aku dapat sebuah batu sihir tingkat C atau bangkai monster untuk di tukarkan dengan sejumlah uang” Jun berjalan tak kenal waktu dan arah. Dia berusaha mencari batu sihir atau apapun yang bisa di jadikan uang, namun selama 15 menit perjalanannya di dalam gate itu dia tidak menemukan apapun. Hingga suatu saat, Jun yang terfokus melihat latar dunia dari gate itu menjadi terhenti langkah kakinya dan berdiri tepat di depan sebuah gerbang besar. Gerbang itu terlihat sangat usang dan tua, begitu juga dengan terhubungnya dengan kastil tua di belakangnya. “Sebuah Kastil?” Jun melihat lebih detil ke gerbang tersebut. Di sana terlihat ada ukiran kuno yang tidak bisa dia baca. “Tulisan apa ini?” Ketika tangannya mengusap sedikit dari gerbang itu, tiba-tiba saja gerbang tersebut terdorong hingga terbuka membuat suara yang keras. Kriiitt!! Gerbang yang terbuka itu membuat Jun terdiam membeku penuh dengan mata yang terbuka lebar karena terkejut. Isi dari dalam kastil itu terlihat sangatlah kosong sekaligus gelap. Bahkan…. “Uuh…. Halo?” Suara dari Jun sendiri menimbulkan gema yang cukup lama ke dalam lorong gelap. Jun berjalan secara perlahan ke dalam lorong kastil itu. Dari sinar cahaya luar yang cukup terang, kini berubah menjadi gelap dan kedua matanya mulai menyesuaikan. Saat Jun mulai bisa melihat di dalam lorong kastil itu, di sana terdapat banyak sekali patung-patung ksatria dengan ukuran dua hingga tiga meter di setiap dindingnya. “Ini… sedikit menyeramkan….” “Kastil tua dengan patung-patung ksatria kuno. Walaupun terlihat usang, tetap saja pedang-pedang yang patung ini pegang terlihat sangat nyata….” Jun berjalan mendekati salah satu patung ksatria yang sudah usang itu. Dan saat dia melihat seutuhnya, Jun merasakan suatu hal familiar dari patung ksatria tersebut. “Tunggu sebentar… patung-patung ini….” Dan di saat itu, Jun menyadari bahwa patung-patung ksatria itu adalah patung yang sama dengan patung yang dia lawan dua tahun lalu di red gate prefektur Saitama. “Mereka adalah patung yang sama ketika aku lawan dua tahun yang lalu” “Gate yang sama kembali terbuka untuk kedua kalinya? Apa hal itu benar-benar bisa terjadi?!” Kepalanya di isi dengan pertanyaan beruntun dengan misteri gate itu sendiri. Dan tak lama kemudian, sebuah suara seorang perempuan mulai berbunyi di kepalanya. “[ Player telah di temukan. Memulai scan data luar dalam ]” “Suara apa ini?!” gumam Jun yang kebingungan dan berusaha mencari asalnya suara tersebut “[ Scan telah selesai. Ketentuan player telah cocok ]” “Suara ini ada di dalam kepalaku?!” Ketika Jun menyadari datangnya suara tersebut, tiba-tiba saja sebuah panel hitam dengan satu kalimat tulisan yang muncul di hadapannya, dan diikuti dengan sengatan listrik dari dalam tubuh. “[ Memulai program Eidetic Memory ]” BZZZT!! “Arrghh!” Pandangan mata Jun mulai memudar dan menjadi gelap secara perlahan. Tubuhnya kehilangan seluruh tenaganya dan membuatnya terkapar di tengah gelapnya lorong kastil tua itu. “(Apa yang… terjadi?)” Dengan sisa tenaganya itu, Jun melihat ke depan menggunakan pandangannya yang begitu buram. Namun, Jun melihat adanya sebuah kaki yang sudah usang layaknya memiliki wujud yang sama dengan patung di kastil tua itu berdiri di hadapannya. Sebelum sempat mencoba mengenali siapa sosok itu, kedua mata Jun telah tertutup rapat dan dia kehilangan kesadaran.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD