Chapter 2

1243 Words
Cinta? Seorang Danial Eka Abdillah menyatakan perasaannya pada seorang gadis sepertiku? Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin itu terjadi? Sedangkan umurku dan dirinya selisih 3 tahun dan sesungguhnya umurku lebih tua dari dirinya. Bagiku dia hanyalah ku anggap sebagai adik kelasku dan tak lebih dari itu. Gumamku dalam hati Memang hubungan kami cukup dekat meski sekedar adik dan kakak kelas namun entah kenapa dia menyatakan perasaannya padaku? ‘’Soraya are you okey?’’ tanyanya membuyarkan lamunanku. ‘’Iya aku baik-baik saja. Jujur aku masih tak mengerti kenapa kau menyatakan perasaanmu padaku Dani,’’ jawabku dengan jujur mengatakan hal yang masih sulit ku terima. ‘’Terlebih bukannya kamu suka sama Lela ya?’’ tanyaku tanpa berfikir panjang tentang kejadian dulu yang pernah terjadi anatara lela, aku dan dia. Kejadian dimana dulu ia mengirimkan surat pada Lela yang ku lihat dengan bola mataku sendiri. Lantas kenapa dia tiba-tiba datang dan menyatakan perasaannya padaku? Itulah hal yang sedang ku fikirkan di hadapannya Dani menggaruk rambutnya yang tak tampak gatal, ia menatapku dengan ragu, ‘’Sebenarnya surat itu bukan untuk Lela kak Soraya.’’ Alis berkerut menatapnya heran, jika surat itu bukan untuk lela lantas untuk siapa? Diriku kah? ‘’Lantas surat itu untuk siapa Dani jika itu bukan untuk lela?’’ tanyaku. Dani tertunduk malu menjawab pertanyaanku, ‘’Sebenarnya surat itu untuk Kak Soraya.’’ ‘’Eh? For me?’’ Dani mengangguk, ‘Iya surat itu untuk Kak Soraya dan Lela salah paham terhadapku selama ini.’’ Aku terdiam mendengar jawaban yang ia katakan padaku. Aku tak menyangka jika hal tersebut adalah kesalahpahaman yang lela alami dengan Dani. Terlebih lagi hal itu menyangkut dirinya juga. Lantas respons apakah yang lela dapatkan ketika DANI mengatakan kenyataan ini? ‘’Kak? Kak Soraya?’’ Dani melambaikan tangan di depan wajahku. ‘’Astaghfirullah, kenapa kau mendekat Dani?’’ Ku berjalan mundur dari hadapannya yang terasa terlalu dekat untukku. ‘’Ah maafkan aku kak, tapi sungguh yang ku katakan itulah kenyataan yang tak bisa ku bohongi kak Soraya,’’ ujar Dani yang masih menundukkan kepalanya karena merasa segan dan malu terhadapku. Ku tundukkan kepalaku karena aku tak berani menatap wajahnya lagi. Sesungguhnya aku tak mengerti dengan perkataan yang diucapkannya benar atau sekedar main-main saja? Entahlah, perihal tentang perasaan seorang laki-laki tak pernah bisa ku pahami dan tak pernah bisa ku ketahui kebenarannya. Banyak orang yang bercakap padaku jika ucapan yang keluar dari mulut seorang laki-laki tak pernah bisa dipercaya oleh seorang perempuan dan seorang perempuan tak boleh mempercayainya 100%. Hal itulah yang sering ku tanamkan dalam diriku. Selain itu, abiku selalu mengajarkanku untuk tak terlalu dekat dengan kaum ikhwan. Abiku selalu menjagaku dengan ketat oleh karena itulah tidak ada seorang pun lelaki yang berani mendekatiku. ‘’Ah Kak Soraya, maafkan aku jika aku mengatakannya secara mendadak seperti ini. Sungguh aku tak memiliki niat buruk sama sekali, aku hanya ingin kak Soraya tau kebenaran dari dalam hatiku. Itu saja sebenarnya kak.’’ Ia ikut menundukkan kepalanya, ya mungkin karena dia malu terhadapku. ‘’Huft, sebenarnya hal apakah yang kau inginkan terhadapku Dani?’’ tanyaku perihal niat di balik dia mengungkapkan perasaannya padaku. ‘’Aku ingin mengajakmu beribadah nikah Kak Soraya ...,’’ jawab Dani dengan mimik wajah yang serius dan ku liat dia memang serius denganku. Apa dia bersungguh denganku? Hal yang ku kira ia hanya menyatakan perasaan kepadaku ternyata ia juga mengajakku menikah dalam waktu yang singkat. Sungguh aku terkejut dengan ajakannya yang terasa begitu cepat menurutku. ‘’Apa? Nikah?’’ Di tengah keterkejutanku ada suara abiku yang memanggilku ‘’Nduk, Soraya ... ngapain berdiri disini? Dan siapakah gerangan seorang pemuda ini nduk?’’ tanya Abiku yang tengah berjalan ke arahku. ‘’Abi? Abi kok sudah pulang?’’ tanyaku sembari mencium telapak tangan Abiku. ‘’Iya nduk, alhamdulillah dagangan abi laris manis cepet abis jadi abi bisa pulang cepet.’’ ‘’Alhamdulillah masyaAllah wa tabarakkulah soraya senang mendengarnya Abi,’’ balasku ikut bahagia mendengar kabar baik dari abiku tentang dagangannya yang habis. Jarang-jarang abi bisa pulang secepat ini. Abi sering pulang di malam hari karena harus berdagang. ‘’Iya nduk, Oh iya nak kamu siapanya anak saya ya? Tadi aku dengar kata nikah? Siapa yang nikah nduk?’’ tanya Abiku pada Dani. Mampus, Kenapa abi bertanya pada Dani! Batinku berteriak karena rasa cemasku. Dani mengucapkan salam pada abiku dan bersalaman pada Abiku, ‘’Assalamu’alaikum Abinya kak Soraya. Perkenalkan nama saya Danial Eka Abdillah. Saya adalah adik kelas sekaligus teman sejawat seperguruan kak Soraya. Kedatangan saya kesini adalah ingin mengajak kak Soraya ke sebuah hubungan yang serius Abi.” ‘’Apa? Kau mau menikahi putriku Soraya?’’ tanya Abiku yang terlihat antusias pada ucapan Dani ‘’Njeh Abi, Jika abi mengizinkan saya,’’ ujar Dani dengan sopan dan tawaddu’. ‘’Oh tentu saya restui dan mari silahkan masuk terlebih dahulu le,” ucap Abi merangkul Dani untuk mengajaknya masuk ke dalam rumah kami. Pribadi abi memang selalu begini terlebih ketika ada seorang pemuda yang datang ke rumahku. Ia pasti antusias karena berharap lebih untukku menikah dengan cepat. Dani menuruti permintaan Abi tuk masuk ke dalam rumah kami sedangkan aku berjalan di belakang Dani. Ku layangkan kode pada Dani. Sebuah kode yang berarti, ‘’Kenapa kau melakukan ini Dani?’’ Aih-alih menjawab kode dariku, dia justru tersenyum lebar ke arahku. Abi masuk sambil berteriak, ‘’Bun.. Bunda., Abi bawa mantu nihhhh!!!’’ teriak Abi dengan lantang nan bahagia. Saking lantangnya teriakan Abi membuat para tetangga berdatangan ke rumahku. Bunda datang dengan mebawa spatulanya, ‘’Haduh Abi naon atuhhhh teriak-teriakk!!’’ ‘’Seharusnya Abi datang itu salam eh malah teriak-teriak bawa mantu. Malu atuh sama tetangga atuh Abi!’’ omel Ibundaku di hadapan Abiku. ‘’Punten atuh Bunda.., Abi seneng karena ada pria yang mau nyeriusin putri kita,’’ ujar Abi memeluk Ibundaku dengan perasaan kegirangan. ‘’Saha atuh Abi?’’ tanya Ibundaku melepaskan pelukannya dan melihat ke belakang. Ia melihat ke arahku dan Dani yang berdiri di belakang Abi. ‘’Itu bun..’’. Belum sempat menuntaskan perkataannya Ibundaku sudah mengamit tangan Dani ‘’Oh ini yang mau jadi menantu bunda. Cakep banget atuh Soraya tak macam abimu dulu.’’ ‘’Bunda.., Bukan muhrim atuh!’’ peringatku pada Ibundaku. ‘’Eh maaf atuh Le, tapi bunda gemas atuh eh sini mari duduk le.’’ Ibundaku mengajak Dani untuk duduk di kursi. Dani mengikuti tangan ibundaku dan duduk di kursi bersama ibundaku. Ku liat raut wajah abiku yang merengut. Ia menghampiri ibundaku, “Bunda gimana atuh main tarik aja. Bunda juga jaga batasannya, tak baik atuh bersikap kayak tadi ke tamu kita.’’ ‘’Punten atuh abi.., Bunda hanya tak tahan hehe.’’ Ibundaku meringis pada Abiku. ‘’Ya udah sini duduk dekat Abi dan kita bicarakan semua dengan soraya dan nak Dani,’’ ujar Abiku meminta ibundaku untuk duduk di sampingnya. Ibundaku menuruti perintah abiku dan berpindah tempat duduk di samping Abiku. Abi menepuk sofa di samping kirinya, memintaku untuk duduk di samping kirinya, ‘’Nduk sini duduk. Jangan cuma berdiri saja.’’ Ku anggukan kepalaku dan tersenyum pada Abiku, ‘’Njeh Abi tapi sebenarnya soraya ada jadwal ngajar Abi.’’ ‘’Kita hanya bicara sebentar nduk, lagian abi tau jika jam ngajarmu itu jam 10 kan nduk. Sekarang masih jam setengah 9 jadi kita bicarakan saja dulu. Ini lebih penting nduk,’’ jawab Abiku dengan mimik wajah seriusnya. Ku menghela nafas ketika diriku tak lagi dapat memberi alasan lagi pada Abiku dan aku tak dapat menolak perintahnya. ‘’Ayo nduk sini duduk dulu.’’ ‘’Njeh Abi.’’ Ku duduk di samping kiri Abiku dengan ku tundukkan pandanganku dari Dani. Hatiku merasa dag dig dug tak karuan dan hal apakah yang harus ku jawab? Dapatkah soraya menjawab ajakan menikah Dani? Akankah soraya menambatkan hatinya pada Dani? Nantikan di chapter selanjutnya~^^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD