Tiket emas

1872 Words
Evil Symphony Tiket Emas. *** Lucas tengah duduk disana, ia sudah berangkat ke kantor sejak pagi buta. Jika ia tak segera berangkat ia khawatir ia akan hilang kendali akan Rachel. Benar benar membuat kesal. Ia tak pernah menolak untuk meneyentuh wanita, tapi Rachel berbeda. Seakan jauh di dalam dirinya ia tak ingin menyakiti Rachel.   Dan sekarang dia sudah berkutat dengan dokumen yang ia terima dari Shawn tadi malam. Semua data diri Rachel, mulai dari nama, tanggal lahir, alamat, sampai universitas mana ia berasal. Tapi dari sekian data yang akurat itu, Lucas menatap kolom yang terisi tentang asal usul Rachel. Ia ternyata anak angkat. Orang tuanya telah meninggal, ia diasuh oleh wanita yang entah memiliki hubungan apa dengannya.   Tiba tiba seseorang mengetuk pintu ruangannya, dengan suara sopan dan penuh hormat. Sudah pasti itu Shawn.   “Masuk ... !”Dengan malas Lucas memutar kursinya menghadap Shawn yang siap melaporkan apapun yang ia minta. “Nona Rachel sudah diantarkan ke Rumah sakit Tuan ...” Lucas mengernyitkan dahi ketika mendengar Rumah sakit, bukannya ia baru saja sembuh. Apa ia masih tak enak badan .. ?   “Kenapa ia pergi ke Rumah Sakit .. ? gejala apa yang ia rasakan, kenapa tidak panggil Damian untuk memeriksanya ... ?” Shawn nampak keteteran dengan pertanyaan Lucas yang banyak itu. Tuannya sepertinya sangat tertarik dengan Nona Rachel ini.   “Nona Rachel baik baik saja, ia hanya menjenguk ibunya yang tengah di rawat di Rumah sakit tuan. Selebihnya Nona Rachel tidak ingin diantar ke tempat lain lagi, ia sangat berterima kasih dengan bantuan semalam ...”   “Bagaimana dengan gaun yang sudah di siapkan .. ?”   “Nona Rachel hanya mengambil satu gaun panjang polos, tidak lebih ...”   Menarik, bukan hanya hal hal yang tak bisa di pahami Lucas tentang Rachel. Tapi ia memang perempuan yang sangat berbeda dengan kebanyakan perempuan yang mendekatinya.   “Baiklah, kau bisa pergi sekarang ...” Shawn bergegas meniggalkan ruangan sebelum Lucas berubah pikiran. Sedangkan Lucas hanya tersenyum, pikirannya tengah di penuhi dengan satu nama. Rachel, Rachel dan Rachel ....   *** 000 ***   Rachel memasuki ruang perwatan intensif, ruangan kecil dengan peralatan medis yang sederhana. Dan disana terbaring lemah seorang wanita yang bahkan tak bisa banyak bergerak. Ibunya.   “Kamu baru datang ... ?”Wanita tua itu terbangun, walau matanya tertutup sejak tadi. Ia tak bisa berhenti mengkhawatirkan anak perempuannya yang tidak menemuinya semalaman.   “Maaf Ma, semalam tidak ada bus yang lewat. Seluruh kota di guyur hujan lebat ...”Rachel menutupi kejadian yang menimpanya semalam, ia tak ingin membuat ibunya khawatir. Ia terlalu lemah bahkan untuk bangun.   “Semalaman, aku terus memikirkanmu. Mama takut kamu keras kepala dateng ke rumah sakit, syukurlah kamu sekarang baik baik saja ...”   Rachel merasa tidak enak hati, ia telah berbohong. Tapi ia tiba tiba mendapati mata ibunya tengah memperhatikan dirinya. Apa ia ketahuan ... ?, “kamu membeli baju baru ... ?”   Rachel tak pernah pusing akan tampilannya, ia tak punya uang untuk bergaya. Semua uangnnya hanya cukup untuk sekolah dan merwat ibunya. Bagaimana mungkin ia bisa berfoya foya ... ?”ehmm iya, aku membelinya di toko baju loak kemarin. Sebenarnya kemarin aku mengikuti audisi untuk mendampingi Lucas Northwest di konsernya nanti ...”   Rachel sangat senang dengan permainan Biola, ia sangat mencintai nada yang keluar dari alat musik keluarga Harpa itu. Mendengar celotehan riang Rachel, membuat Lina merasa bahagia. Ia tau kecintaan Rachel sama seperti kecintaan ayahnya dengan musik. Mereka benar benar mirip satu sama lain.   “Lucas pemain Biola yang selalu kamu ceritakan itu ... ?” “iya! Mama tau .. ? dari dekat ia bahkan sepuluh kali lebih tampan! Aku bahkan sangat gugup sepanjang audisi, saat aku menaiki panggung aku seperti merasa kalau aku tak sanggup bernafas, tapi aku bisa melakukannya dengan baik ...” Lina turut senang mendengar cerita Rachel, walaupun ia hanya ibu baptis bagi Rachel. Tapi Rachel tak pernah memperlakukannya seperti ibu tiri, ia di perlakukan dengan hormat seperti ibu kandungnya sendiri. Itu yang membuat Lina semakin menyayangi Rachel.”Lalu bagaimana ... ? apa hasilnya belum keluar juga  ... ?”   Sejenak Rachel terdiam, ia tak pernah berpikir untuk menang. Audisi kemarin sangat ketat.”aku tidak tau, banyak orang berbakat disana. Tapi aku cukup senang, kemarin ia mendampingi permainanku, ia benar benar berbakat dalam musik”   “Akan bodoh jika ia tak memilihmu, permainanmu benar benar seperti dewi ...”   Rachel tampak malu mendengar pujian dari mulut ibunya sendiri, orang orang terdekatnya akan tau betapa besar mimpinya akan Biola. Ia bermimpi bisa bermain dalam sebuah orkestra sebagai pemain Biola utama, bermain di aula besar seperti di Belanda. Di depan ribuan orang. Memainkan simphoni lembut dari gesekan senar dan busur biola di tangannya.   “Mama .... Lucas benar benar berbakat, siapapun yang terpilih nanti. Itu pasti pilihan terbaik, lagi pula aku hanya ingin terus bermain Biola”   Saat Rachel hendak menceritakan lebih tentang apa yang ia rasakan kemarin, pintu ruangan tiba tiba terbuka. Seorang Dokter yang sangat di kenal Rcahel selama bertahun tahun.   “Ehmm apa aku mengganggu pembicaraan kalian .. ?”Dion menatap kearah Rachel dan berganti menatap ibunya. Ia takut mengganggu percakapan ibu dan anak itu.   “Tidak, kamu tidak mengganggu....”Rachel tersenyum kearah Dion, begitu pula sebaliknya.   “Aku ingin membicarakan sesuatu yang penting, setelah itu Ibu Lina juga harus segera ke ruangan cuci darah ...” “Aku mengerti, mama Rachel keluar dulu ...” Rachel mencium tangan ibunya dengan penuh hormat, Lina hanya mengangguk. Tubuhnya terlalu sakit untuk di gerakan. Itu akibat ginjalnya yang telah rusak.   “Ayo kita keluar, kita bicara di ruanganku ..”   Rachel mengikuti langkah kaki Dion, menuju ke ruangan yang sangat rapi. Ruangan dengan banyak referensi ilmu kedokteran. Banyak sekali buku buku penelitain tentang ilmu kedokteran, khususnya dokter bedah. Itu ruangan Dion.   “Duduklah, aku ingin membicarakan ini sejak lama. Kuharap kau mendengarkan perkataan sahabatmu ini ...”Dion mulai berbicara dan Rachel duduk di sofa cokelat dan bersiap mendengarkan apapun itu yang keluar dari mulut Dion. “Sejujurnya, aku tak ingin menutupi ini lebih lama lagi. Rachel, ia tak punya waktu lama. Ibumu takan bisa bertahan lama jika hanya dengan cuci darah ...”   Dion langsung mengatakan apa yang ia khawatirkan beberapa minggu ini, kondisi Ibu Lina takan bisa stabil terus menrus jika hasnya dengan cucui darah rutin.Bahkan sejujurnya kondisinya kian hari kian memburuk. Usia juga sangat berpengaruh. Metabolisme yang sudah menurun membuat kondisi yang tidak memungkinkan. Berbeda dengan mereka yang masih muda.   “Apa yang harus ku lakukan sekarang ini .. ?” Rachel seolah siap untuk menangis, wajahnya di penuhi ekspresi memelas dan juga kebingungan. Kemungkinan ini adalah kemungkinan terburuk yang terngiang di kepalanya selama beberapa tahun ke belakang.   “Sejujurnya ada jalan, seorang pasienku sudah koma lebih dari beberapa tahun. Keluarganya sudah tak punya harapan. Mereka juga terlilit banyak hutang untuk perawatan selama beberapa tahun belakangan. Mereka memutuskan untuk merelakannya, dengan syarat pendonoran organ ....”   “Apa ginjal orang itu cocok untuk Mamaku ... ?”Sejenak Rachel seperti bisa melihat harapan, harapan untuk kesembuhan ibunya.   “Rachel, mereka terlilit hutang. Mereka bisa saja mendonorkan ginjal keluarganya itu, tapi kau harus membayarnya ...”   “Berapa yang harus di bayarkan untuk transplantasi ginjal itu ... ?”   “Mereka minta dua ratus juta, itu semua total hutang biaya medis selama lima tahun. Di tambah biaya operasi transplantasi nantinya, semua kira kira empat ratus juta ...”   Rachel terkejut mendengar jumlah yang harus di bayarnya untuk biaya operasi ibunya, ia tak memiliki uang sebanyak itu. Sedikitpun ia tak punya. Bahkan Biola yang ia gunakan untuk tampil sudah rusak. Sekarang ia tak punya uang.   “Dion, apa yang harus ku lakukan .. ?”Sekarang Rachel tak tahan lagi, ia tak bisa menahan air matanya lagi. Ia menangis tersedu sedu. Seperti tak punya harapan. Harapan untuk hidup ibunya. Ia bahkan tak punya sepeserpun untuk operasi. “Tenanglah Rachel, tenang. Akan ada jalan nantinya, aku minta maaf karena tak bisa membantumu kali ini ..”   Rachel juga tak bisa berpikir untuk meminta bantuan kepada Dion, ia sudah banyak membantu. Sekarang ia harus mandiri. Bagaimanapun caranya, ia akan mencari jalan keluar,”Baiklah kalau begitu, Dion bisakah aku memintamu untuk merahasiakan ini dari mamaku .... ?”   Rachel menatap Dion dengan memohon, apapun yang akan terjadi kedepannya. Ia yang akan menanggungnya, ibunya tak perlu tau. “Baiklah, kau tau aku selalu dengan senang hati membantumu sebisaku ...”   Dion tersenyum kearah Rachel, terdapat ekspresi lega di wajah Rachel. Kini ia harus memutar otakknya. Bagaimana ia bisa menghasilkan uang senilai empat ratus juta dalam waktu yang singkat ? bahkan jika ia punya waktu yang lama, sepertinya sepuluh tahun pun takan mampu ia hasilkan uang sebesar itu.   “Aku harus segera mengawasi filtrasi darah ibumu, akan ku katakan padanya kau ada urusan penting dan tak bisa berpamitan. Jadi pulanglah, istirahat dulu ...”   “Baiklah, tolong jaga Mamaku ...”   Rachel meninggalkan ruangan itu, menysuri lorong rumah sakit. Tapi setiap langkahnya hampa, pikirannya kosong. Ia tak tau apa yang harus dilakukan saat ini. Harus bagaimana ... ?   *** 000 ***   Siang itu Lucas benar benar muram. Ia tak pernah semarah ini sebelumnya. Benar benar menakutkan melihat Lucas saat ia terngah marah, wajah tampannya bahkan tak bisa menutupi kemarahannya.   “Shawn.... !!!”Lucas memanggil Shawn dengan teriakan yang memekakan telinga, interkom di seberang ruangan berdcit kencang karena teriakan itu. Ruangan Lucas itu kedap suara, takan terdengar apapun dari luar. Tapi Shawn bisa merasakan telinganya sakit karena interkom tersambung ke mejanya. Tepat di wajahnya. Shawn bergegas menuju ruangan Lucas, ia tak ingin membuat Lucas semakin murka. Ia takut akan menjadi korban kemarahan Lucas.”Ada yang bisa saya bantu Tuan ... ?” Shawn menunduk, menekukan wajahnya dalam dalam. Apapun itu, asalkan itu membuat Lucas jengkel. Orang pertama yang merasakan kejengkelan Lucas adalah Shawn. Ia sudah mencoba terbiasa dengan kekasaran Lucas. Tapi itu tetap saja menakutkan.   “Kenapa kau tak becus mengurus satu masalah hah ... ? Apa aku perlu mencari orang lain hanya untuk mengurus masalah kecil seperti ini. Kenapa Rachel belum juga datang kesini ... !!!” Ah! Akar masalah ini ternyata adalah Rachel, pikir Shawn. Sebenarnya ia sudah melakukan yang terbaik sesuai kemampuannya, tapi itu tak membuat Lucas puas,”Tuan, Nona Rachel bahkan tak memiliki telephone seluler. Ia tak bisa langsung di hubungi untuk datang kesini sebagai pemenang audisi kemarin, jadi saya mengirim surat ke alamat Nona Rachel. Tapi mungkin karena Nona Rachel masih di rumah sakit ia belum menerima surat untuknya ....” Manusia zaman apa yang tak memiliki benda berteknologi seperti handphone ... ?,”bagaimana mungkin ia bahkan tak memiliki telephone sama sekali ... ?”   “Seperti yang tertulis di informasi yang Tuan dapatkan, Nona Rachel tak punya uang bahkan untuk membeli sebuah ponsel ...”   Lucas semakin dibuat kesal, ia sudah membaca informasi tentang Rachel. Tapi ia tak sadar kalau ia sudah membaca bagian itu, perempuan kolot. Perempuan primitif. Bagaimana mungkin tak memiliki telephon. “ Baiklah, kau sudah melakukan semampumu. Pastikan ia kesini bagaimanapun caranya!”   “Baik Tuan, akan saya usahakan sebaik mungkin ....”   *** 000 ***   Rachel baru saja turun dari bis, ia tak bisa memikirkan sesuatu yang bisa membantunya. Ia tak bisa menemukan jalan keluar dari masalahnya ini.   “Apa sebaiknya aku keluar dan tak melanjutkan kuliah lagi ...  ? kalau aku keluar mungkin aku bisa memiliki waktu lebih untuk bekerja dan mencari uang sebanyak mungkin, apakah sebaiknya seperti itu ... ?”   Rachel terus berbicara sendiri, ia bahkan tak sadar kalau ia sudah sampai di rumahnya. Rumah kecil dengan gaya Shabby chick. Rumah yang sudah ia tinggali lebih dari lima belas tahun lamanya. Rachel mengambil Biola rusaknya yang ia gendong sejak tadi. Di dalam tas Biola ini, adalah tempat biasa menaruh kunci. Ah ketemu!   Rachel memasukan kunci ke lubang kunci, memutarnya sampai terdengar bunyi Klek! Lalu ia memutar kenop pintu perlahan. Saat hendak mendorong pintu kedalam untuk membukanya, Rachel menemukan amplop berwarna cokelat dengan logo not musik berwarna emas. Kemarin ia belum melihat amplop ini. Apa ini baru datang hari ini ... ?   Rachel membuka segel amplop tersebut, membukanya dan menarik keluar isi amplop tersebut. Isinya sebuah surat, surat yang di ketik dengan rapi. Rachel sontak kaget setelah membaca isi surat itu. Isinya sungguh mengejutkan. Isinya mengatakan, kalau ialah orang yang lulus audisi. Ia akan bermain Biola mendampingi Lucas.      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD