Tindakan Nekat

1058 Words
Tap … tap … tap … “Hh …. Hh …” Meski aku tahu jika ia pasti akan datang, namun perasaan takut hingga napas ku menderu-deru dan tubuhku yang bergetar ini tidak akan pernah bisa menghilang begitu saja. Aku takut … sangat amat takut kepadanya. Namun, ketika aku mendengar suara jeruji besi lainnya yang terbuka, membuat diriku sekarang mengerti, jika hari ini bukanlah gilirannya menyiksa ku. Lalu … apakah dia akan menyiksa Emely? Kedua tanganku masih bergetar dan aku berusaha untuk memasang indra pendengaranku dengan baik, berusaha untuk mendengarkan apa yang ia lakukan di kejauhan sana, tempat yang tidak aku ketahui, namun aku yakin itu adalah tempat dari Emely. “Kau puas dengan ini, huh?” suara bisikan dari Mark terdengar samar di telingaku, aku memejamkan kedua mataku untuk menggambarkan apa yang terjadi di dalam ruangan Emely saat ini, seolah aku adalah Emely yang tengah menghadapi Mark yang kini berjongkok di hadapannya, yang memposisikan dirinya sama sepertiku, duduk bersimpuh dengan tangan kanan yang terulur ke kanan dan tangan kiri yang terulur ke kiri yang diikat dengan sangat kencang oleh rantai yang mengikat pergelangan tangan. Aku bisa memastikan jika kini Emely menangis dan menatap Mark dengan takut, karena aku rasa cara pandang Mark kepada Emely akan sama seperti ia memandangku selama seminggu ini, tatapan yang penuh dengan penekanan dan sangat tajam, seolah kami adalah sesuatu yang tidak berguna di sana. BUGHT!! Cring!! Aku terentak ketika mendengar suara pukulan dan juga gemerincing dari rantai-rantai itu, yang aku yakini jika ia pasti memukuli Emely saat ini, yang tentunya hal itu membuatku sangat-sangat takut, suara pukulan itu sangat keras dan bahkan lebih keras dari seseorang yang tengah memukul kasur ketika di jemur di tengah teriknya mentari. “Euheung … heung … “ aku mendengar suara tangisan dari seorang lelaki, yang tentu saja membuatku terkejut dan merasa bingung, apakah Mark menangis setelah memukul Emely? Namun, ketika suara pukulan kembali terdengar dan suara lelaki menggeram, membuatku yakin jika yang menggeram dan menangis di sana bukanlah Mark, yang tentu saja membuatku menjadi bertanya dan menduga pasti ada orang lain yang sama-sama terkurung di sini selain dari aku dan juga Emely saat ini. “Kau suka dengan perlakuanku, huh?!” suara bentakan Mark saat itu kembali diiringi oleh suara pukulan di sana dan gemerincing dari rantai, dan pertanyaan yang ia keluarkan saat itu sangat amat aku pertanyakan, lelaki yang tengah berhadapan dengan Mark pasti adalah seseorang yang dikenali olehnya. “Kau pernah mengatakan jika aku harus melakukan apa yang kau mau kan? Dan sekarang … kau harus melakukan apa yang aku mau!” geram … aku mendengar Mark berucap dengan menggeram, selolah ia benar-benar marah kepada lelaki ini, yang membuatku yakin jika Mark memiliki rasa dendam kepada orang ini. BUGHT!!! “EUGHR!!” BUGHT!! CRINGG!! Setiap kali suara pukulan itu terdengar, aku selalu terhentak karena terkejut dengan suaranya dan napasku ikut memburu karenanya, mengetahui jika Mark pasti akan mengerahkan seluruh tenaganya untuk memukuli lelaki tersebut. Aku tidak akan bisa membayangkan bagaimana jika aku berada di posisi dari lelaki yang kini tengah dipukuli oleh Mark, karena pada dasarnya di posisiku saja saat ini sudah sangat sulit, dan aku menjadi merasa kasihan karenanya.  CRING!!! “EUNG!! ERGGHH!!!” CRING!! “Khkhkh … kau suka ini? Kau suka?!! katakan padaku … kau pasti menyukainya!” Mark tertawa ketika menyiksa seseorang dan itu sangat tidak aku sukai, seolah aku yang tengah berhadapan dengannya dan aku menjadi sangat amat ketakutan, terlebih mendengarnya tertawa seperti itu, seolah merasa puas karena bisa menyiksa seseorang yang mungkin saja pernah menyakitinya di masa lalu, namun apakah tindakan seperti ini adalah benar? Aku sangat tidak membenarkannya dan aku sangat-sangat ini pergi dari tempat ini, ingin rasanya untuk kabur dan menjalankan aktifitasku seperti dulu. Tubuhku bergetar dengan kencang, hatiku terasa terbakar dan aku tidak mau ada seseorang yang disiksa seperti ia menyiksaku, dan aku juga pasti tidak akan menerima jika aku disiksa seperti itu. Yang pada akhirnya aku pun memberanikan diri untuk melakukan sesuatu agar setidaknya ia tidak akan menyiksa lelaki itu yang kini terdengar menjerit-jerit kesakitan di sekitar ruanganku. “EUGHRR!!! MRRKK!!! MRRKK!!” aku menjerit sekuat tenaga, memanggil nama Mark, meski mulutku ditutupi oleh isolasi. Aku berusaha untuk memanggil dirinya, dan aku merasa jika Mark pasti mendengarnya dengan bukti bahwa suara pukulan dan teriakan dari lelaki itu tidak lagi terdengar di sana. Hal itu, membuatku merasa sangat lega, namun perasaan legaku menghilang ketika suara langkah kaki terdengar menelusuri lorong itu, dan aku menjadi tahu … jika Mark pasti akan menghampiri diriku saat ini. Aku menoleh menatap jeruji di hadapanku dengan tubuh yang mulai bergetar lagi, aku bahkan bisa kembali merasakan degup jantungku yang semakin berdegup dengan kacau, mereka tidak sesuai dengan iramanya, menandakan jikia aku merasa ketakutan setengah mati ketika melihat bayangan dari Mark mendekat dan terus mendekat di sana. Kedua mataku kini terbelalak, dan aku tersentak ketika mendapati Mark tengah berdiri menoleh menatapku dari balik jeruji besi itu dengan tubuh yang terlanjang! Benar-benar terlanjang bulat, hingga aku kini segera saja menundukkan kepalaku setelah melihatnya yang seperti itu, tidak habis pikir mengenai kenapa dia bisa terlanjang seperti itu, yang tentu saja membuatku bertanya-tanya mengenai apa yang ia lakukan saat ini? Apakah dia menyiksa lelaki itu dengan tubuh terlanjang untuk memberikan sensasi ketika darah yang bermuncratan mengenai tubuhnya secara langsung? Ahh … itu sangat mengerikan! Aku tidak bisa bergerak sama sekali saat ini, karena aku tahu jika Mark masih berdiri di sana dan memandangiku, yang tentu saja membuatku merasa takut setengah mati di sini. Namun, Mark menatapku yang masih menundukkan kepala ini tidak lama, karena setelahnya aku mendengar suara langkah kaki yang menjauh dan membuatku meyakini jika Mark sudah pergi dari balik pintu jeruji ruanganku. Aku menolehkan pandanganku ke arah depan, dan benar saja … Mark sudah tidak ada di sana, dan hal itu membuatku bernapas dengan lega dan bahkan aku sempat merutuki aksiku ini, meski ya … aku setidaknya memberikan sedikit waktu kepada lelaki itu merasakan sedikit kelegaan, atau setidaknya seperti itu. Namun, tidak lama dari sana suara pukulan dan jeritan dari lelaki itu kembali terdengar dan bahkan semakin kencang, yang membuatku menjadi merasa sangat menyesal karena telah melakukannya, lelaki itu terdengar sangat tersiksa untuk waktu yang cukup lama, yang membuatku berpikir apakah hari ini adalah hari di khususkan untuk menyiksa satu orang saja? Karena ketika Mark menyiksaku, aku tahu jika ia tidak selama ini, setidaknya sampai aku jatuh pingsan. …   To Be Continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD