Berkomunikasi dengan Korban lainnya

1010 Words
….   Clak … clak … clak … Suara tetesan air yang terdengar dengan lambat, membuat aku membuka kedua mataku dengan perlahan dan mendapati darah yang mengucur dari pelipis ku ke atas lantai yang kini sudah mulai mengering saat itu terlihat jelas, dan aku menjadi tahu kalau malam berganti menjadi pagi, dari sinar mentari yang hadir menembus di sela-sela kaca yang terhalangi oleh sesuatu hal yang tidak aku ketahui, mungkin koran, atau cat. Aku menoleh kan pandanganku ke arah depan, tepat ke arah di mana pintu jeruji itu tertutup, dan tidak ada siapa pun selain aku di dalam ruangan lembap dan mengerikan ini. Aku menangis di dalam diam ku, tenggorokkanku sangat sangat sakit … kepalaku pusing tidak karuan, aku ingin pergi dari tempat ini, namun aku tahu aku tidak bisa melakukannya. CRING!! “!!” Aku terhentak ketika mendengar gemerincing dari rantai di sekitar ku, aku yakin jika suara itu tidak berasal dari rantai yang mengikat ku, yang membuat ku akhirnya terdiam dan berusaha untuk kembali mendengarkan jika-jika aku salah dengar saat itu. Cring!! “Hh!!” aku terkejut ketika mendengarkannya lagi, yang membuat ku kini mengetahui jika aku tidak sendirian di sana, aku memang tidak bisa berteriak saat ini, karena mulutku yang ditutup oleh isolatif berwarna gelap, yang tidak aku ketahui dengan jelas warna dari benda yang menutup mulutku ini. Namun, aku masih bisa menggunakan rantai yang mengikat kedua tanganku hingga posisi dari tanganku kini terlentang ke kanan dan kiri, itu sangat sulit untuk ku gerakan untuk mendekati tubuhku selain menjulurkan sedikit ke depan dan ke belakang. Ku gunakan rantai itu untuk berkomunikasi dengan seseorang yang baru saja membunyikan rantai di sekitar sana. Tolong aku! Kata itu lah yang aku berikan kepadanya, beruntung lah aku yang menyukai segala macam pendidikan, yang membuat ku tidak pernah melupakan satu pun pelajaran dan termasuk Morse kode yang ku pelajari dari SD hingga SMU. Aku sangat bersyukur karena kode itu lah yang bisa membantu ku sekarang. Aku menggunakan ritme dari rantai yang mengikat ku, ku pukul rantai itu tiga kali secara cepat dan kemudian aku sambung memukul rantai itu tiga kali secara lambat dan kembali lagi aku memukul rantai dengan tanganku tiga kali secara cepat, karena itu adalah kode Morse untuk meminta bantuan. Dan aku berharap semoga orang ini setidaknya mengetahui kode morse ini. I can’t Aku mengerutkan dahi ku ketika aku mendengar balasan berupa kode morse lainnya dari orang itu, yang tentu saja membuat ku kembali menggunakan kode morse itu untuk tetap berkomunikasi dengannya. Why Aku menunggu cukup lama, namun nampaknya orang itu tidak bisa menjawabnya, atau karena kode morse harus menggunakan kata yang simpel untuk berkomunikasi, sehingga aku pun kembali bertanya kepadanya, R u ok ? Tanyaku kepadanya, yang kemudian aku pun kembali mendengar gemerincing dari rantai yang ia pukul-pukul dari kejauhan sana. No, I am same as you. Balasnya kepadaku, dan aku tidak bisa berbuat apa pun selain terdiam mendengarnya meratapi nasib aku dan orang yang tengah berkomunikasi denganku saat ini, namun aku tidak merasa kaget, karena aku menyaksikan sendiri ketika melihat kondisi dari apartemen milik Mark. Lelaki gila itu menempelkan banyak sekali photo orang-orang yang sudah menjadi jasad dengan kondisi yang mengerikan, yang tentu saja membuat rasa kaget ku sudah tertinggal di dalam ruangan itu, yang juga membuat ku menjadi semakin ketakutan jika berhadapan dengan Mark. Sejak kapan kau berada di sini? Aku harus memastikan sejak kapan orang ini disekap, yang tentu saja membuat ku akan memperkirakan sampai mana aku akan bertahan. Aku dengar lagi dirinya membalas, I don’t remember it! Itu lah balasan yang di berikan oleh orang itu kepadaku, yang membuat aku merasa sedih setelah mendengarnya. ‘Apakah orang ini sudah sangat lama, hingga lupa mengenai hari pertamanya di sekap di sini?’ Pertanyaan itu lah yang hinggap di dalam kepalaku, hingga aku merasa kasihan kepadanya melebihi aku mengasihani diriku sendiri saat ini. Berapa lama kau di sini? Gemerincing suara yang tiada hentinya membuat ku terdiam dan berusaha untuk mendengarkan apa yang diberikan olehnya untuk berkomunikasi dengan ku, dan ketika suara itu sudah tidak lagi terdengar, aku pun kembali memukul rantai itu hingga rasanya sakit sekali. Tanganku memerah akibat memukul terlalu keras agar suara rantai itu terdengar jelas oleh orang yang sama seperti aku saat ini. Meskipun sakit, aku tetap memberikan jawaban untuk terus berkomunikasi dengan dirinya. Satu minggu, aku sudah satu minggu di sini! Itu lah balasan yang aku berikan kepadanya. Kami terus melakukan komunikasi tentang informasi apa pun yang kami miliki, hingga tanpa di sadari hari berganti dengan sangat cepat. Mentari yang sempat menyinari ruangan ku kini sudah pergi dan kembali membawa kegelapan yang menakutkan. Komunikasi antara aku dan orang itu pun terputus setelah matahari benar-benar tenggelam, kedua di antara kami sama-sama takut … banyak sekali ketakutan yang timbul ketika malam tiba. Kami takut ketahuan, kami takut dia datang di saat kami sedang saling memberikan informasi, yang bisa saja nantinya salah satu diantara kami akan dieksekusi, dan itu sangat tidak aku inginkan. Banyak sekali informasi yang aku dapatkan dari orang itu, dia bernama Emely yang ternyata adalah teman sekelas dari Mark beberapa tahun yang lalu. Emely mengatakan meski begitu, ia tidak mengetahui apa-apa tentang Mark, karena Mark hanya bertahan di sekolah itu selama enam bulan, dan selebihnya ia pindah dari sekolah itu dan tidak lagi terdengar kabarnya. Ia merasa kebingungan mengenai kenapa dia bisa bertemu kembali dengan Mark dan berakhir seperti ini. Emely juga mengatakan jika saat ini kondisi dari dirinya sendiri tidak baik-baik saja, ia mengatakan bahwa Mark selalu memakinya dan memukulinya dengan tongkat baseball yang terbuat dari besi, ia pun berucap jika satu kakinya mengalami pembengkakan yang serius akibat tulang yang patah dan tidak kunjung diobati, yang tentu saja membuat ku merasa sangat kasihan kepada dirinya, beruntungnya ia menceritakan jika ia pernah belajar sedikit tentang ilmu kedokteran, yang membuatnya bisa menanganinya agar luka yang dialami olehnya tidak menjadi semakin serius. Itu lah obrolan yang setidaknya kami lakukan untuk memberitahukan masing-masing informasi dan keadaan dari kami saat ini. Dan kini, kami tidak lagi melakukan sosialisasi, setelah sepakat untuk berhenti ketika mentari terbenam, karena Emely mengatakan jika Mark akan datang saat mentari terbenam. ….   To Be Continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD