02. Persiapan Ulang Tahun

817 Words
 “Bundaaaaa, lusa kan aku ulang tahun, jadi dirayakan lagi, yah,” pinta Vanilla sambil bergelayut manja pada Sang Bunda yang tak lain ada Ratu Marissa. Ratu Marissa menatap putri semata wayangnya dengan lembut. “Iya, nanti dirayain. Besok persiapan di aulanya, kalau undangan dan lain-lain udah di siapkan sejak kemarin,” ujar Ratu Marissa lembut sambil membelai rambut Vanilla dengan sayang. Mata Vanilla pun berbinar mendengar itu. “Terimakasih, Bunda. Vanilla pergi dulu, ada yang mau Vanilla lakukan,” ujar dan pamit Vanilla dengan ceria. Ratu Marissa mengangguk dan membiarkan putrinya itu pergi melakukan apa yang ingin dilakukannya. *** “Kak Lou!” panggil Vanilla dengan suara yang cukup keras. Louis berhenti dan memutar tubuhnya menatap Vanilla. “Ada apa?” Vanilla tersenyum lebar. “Lusa akan ada perayaan ulang tahun Vanilla,” celetuk Vanilla. “Sudah tau.” Louis membalas singkat. Vanilla berdecak tapi kemudian raut wajahnya semakin berbinar menatap Louis. Dalam hati Louis membatin pasti ada yang diinginkan oleh Vanilla sehingga adiknya ini senyum-senyum. “Jadi hadiah apa yang kakak berikan pada Vanilla?” tanyanya. Louis menggeleng. “Rahasia, kamu tidak perlu tahu.” Vanilla mengangguk. “Baiklah, lagi pula nanti aku akan tahu juga. Ya sudah aku ke rumah Melisa lagi, aku akan mengundang nya juga,” ujar Vanilla ceria. Louis mengangkat bahu lalu kembali berenang meninggalkan adiknya yang terus tersenyu, sepertinya adiknya itu sudah tidak waras. *** Keesokan harinya... Penghuni Kerajaan bawah laut yang bernama Oceana kini tengah sibuk, hari ini adalah hari di mana istana bawah laut itu dihias, sebab besok adalah ulang tahun sang putri. Vanilla Aquameera Oceana. “Tuan Putri, anda mau makanan rasa seperti apa? Silakan dicicipi.” seorang maid menyerahkan lima jenis makanan khas negeri Oceana yang masing-masing berbeda rasa. Vanilla tersenyum kemudian ia mengambil sendok kecil yang ada di piring sebuah makanan yang berbahan dasar udang itu dan mencicipi makanan yang terlihat lezat itu. Vanilla berdecak kagum, kelima rasa makanan ini sangat enak. Tapi tidak mungkin ia meminta semua makanan ini semua, terlebih memiliki lima rasa. “Hmm, aku mau rasa yang ini, sama yang itu,” pinta Vanilla sambil menunjuk jenis makanan yang berbeda. Maid itu mengangguk kemudian undur diri dan melanjutkan pekerjaannya. Vanilla kembali melanjutkan langkahnya, besok adalah ulang tahunnya dan ia berharap Louis memberinya hadiah kartu permintaan, agar ia bisa ke daratan. Vanilla jadi tidak sabar untuk hari esok. Vanilla membuka pintu kamarnya dan langsung masuk dan merebahkan dirinya di ranjang. Pikirannya melayang-layang memikirkan apa yang harus ia lakukan besok dan menerka bagaimana reaksi semua anggota keluarga kerajaan kalau ia meminta hadiah ulang tahun dengan pergi ke daratan. Tok... Tok... Tok... Vanilla menoleh menatap pintu kamarnya yang diketuk. “Masuk!” Cklek! Pintu terdorong ke depan dan menampilkan wajah Melisa yang terlihat seperti biasanya. “Ada apa kemari?” tanya Vanilla. Melisa mengedikkan bahunya. “Pangeran Louis memanggilku, ia bilang kau sudah tidak waras karena tersenyum lebar terus seharian,” jawab Melisa jujur sambil menyeringai. Vanilla melempar bantalnya tepat di wajah Melisa tapi di tangkis Melisa dengan tangannya. “Lebih baik kau keluar,” usir Vanilla ketus. Melisa tertawa. “Aku bercanda, eh tapi itu benaran sih,” celetuknya. Vanilla hanya menatap Melisa sinis. “Aku akan menginap di sini hingga besok, Pangeran Louis yang memintaku. Katanya sih untuk menemanimu,” ujar Melisa. Raut wajah kesal Vanilla telah berganti menjadi cerah kembali, ia menatap Melisa dengan berbinar. “Benarkah?” Melisa mengangguk. “Bagus, sekarang kau bantu aku memilih baju,” ujar Vanilla, antusias. “Baju untuk acaranya?” tanya Melisa, mengangkat alisnya. Vanilla menggeleng kemudian menyeringai. “Baju yang akan aku bawa saat pergi ke daratan tentunya,” balas Vanilla, terkekeh. Melisa melotot. “Kau benar-benar akan pergi?!” tanyanya, sedikit memekik. Vanilla mengangguk pasti. “Tentu saja!” Melisa menggeleng-gelengkan kepalanya. “Apakah keluargamu mengizinkanmu?” tanya Melisa lagi. Vanilla menggeleng. “Aku yakin mereka melarangku, tapi aku memiliki sebuah rencana.” Melisa menghela napas berat, sahabatnya yang satu ini memanglah sangat keras kepala. Dan ia tidak akan bisa membujuk Vanilla lagi kalau sudah seperti ini. *** “Tuan Putri, ini gaun anda,” ujar Mina, kepala maid di istana ini. Vanilla menerima gaun ini dengan senang, sedangkan Melisa menatap box berisi gaun itu dengan penasaran. “Terima kasih, Mina,” ujar Vanilla sambil tersenyum. Mina mengangguk. “Sama-sama, Tuan Putri.” Setelah itu Mina pamit undur diri dan Vanilla pun langsung menarik tangan Melisa agar mengikutinya Melisa menepis tangan Vanilla yang menariknya. “Jangan ditarik-tarik gitu, aku jadi susah berenangnya,” gerutu Melisa sebal. Vanilla terkekeh. “Iya, iya. Ayo!” Melisa pun mengikuti Vanilla yang ternyata berenang menuju kamarnya. Vanilla masuk ke dalam kamarnya dan disusul oleh Melisa. “Aku akan mencoba gaun ini,” ujar Vanilla antusias. Melisa mengangguk. “Cepatlah, aku sudah mengantuk,” titah Melisa. Vanilla berdecak. “Baiklah, tunggu. Jangan sampai kau tertidur.” Melisa hanya mengangguk kecil. Vanilla kemudian masuk ke walk in closet miliknya dan mencoba gaunnya untuk besok. Tak lama kemudian vanilla keluar dari ruangan ganti dan memperlihatkan dirinya yang mengenakan gaun ke Melisa. Melisa terdiam. Sungguh sahabat menyebalkannya itu terlihat sangat cantik dibalut gaun berwarna biru muda yang menutupi tubuhnya hingga setengah ekornya. “Bagaimana? Cantik ‘kan?” tanya Vanilla. “Kau terlihat sangat cantik,” puji Melisa sambil mengacungkan kedua jempolnya. Vanilla tersenyum lebar mendengar itu. “Pasti akan banyak Pangeran dari negeri seberang yang akan menyukaimu,” ujar Melisa sambil tersenyum menggoda Vanilla. Vanilla tersipu malu. “Walaupun nanti ada yang menyukaiku, aku tetap akan memilih mateku Melisa,” ujarnya. Melisa mengangguk setuju, apa yang dikatakan oleh Vanilla memang benar. Mate lah yang harus utama. Lama terdiam Melisa pun berdecak bosan. “Lebih baik kau lepas gaun mu itu dan segera tidur, aku sudah mengantuk,” celetuknya. Vanilla mengangguk lalu kembali masuk ke ruang ganti miliknya dan mengganti bajunya dengan piyama tidur.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD