Harus Bisa Berdikari!

1027 Words
Sejak kejadian itu, Ratna tidak pernah lagi dekat dengan sang ibu. Dia juga tidak pernah lagi membicarakan hal apapun dengan sang ibu, terkecuali sang ibu yang memulai mengajaknya bicara. Ratna telah berubah menjadi gadis yang lebih banyak diam dan menghindari interaksi berlebih dengan siapapun. Bukan Ratna membenci, dia hanya ingin menjaga hati dan fisiknya agar tidak terluka lagi. Karena, me-recovery diri sendiri itu hampir sangat mustahil untuk di lakukan. Walaupun bisa, tapi prosesnya menjadi sangat lama dibandingkan jika ada seseorang yang turut mendampingi proses recovery tersebut. Dan, Ratna tidak termasuk orang yang beruntung dengan mendapatkan pendampingan dari orang lain. Dia harus survive seorang diri untuk mencapai kewarasan yang berada di tingkatan aman. Dengan besar hati, Ratna melewati masa-masa sulit tersebut sendirian dan dia pun berhasil. Memang benar, Ibu adakah segalanya bagi anak. Tapi, hal itu tidak berlaku untuk Ratna. Kini Ratna tumbuh menjadi gadis pendiam, tidak banyak bicara, dan akan cenderung menjauhi keramaian. Ratna tidak suka bergaul dengan orang banyak, dan itu terbukti dengan tidak banyaknya teman yang Ratna miliki. Yang Ratna pikirkan saat ini hanyalah ketentraman hati dan pikirannya, agar tidak ada orang yang berani menyakitinya lagi. Baik itu secara mental, ataupun fisiknya. Terlebih jika luka tersebut di dapat dari orang terdekat, beban mental yang di dapat pun akan semakin besar. Jadi, Ratna harus pandai menyesuaikan diri untuk menghindari kejadian serupa beberapa tahun silam. *** Berbeda dengan Ratna, Farah justru tidak memiliki beban mental yang berarti. Dia cukup bahagia menjalani peran sebagai seorang anak bungsu dari sebuah keluarga Cemara. "Kak, liburan besok kita nginep di villa aja ya, aku udah bilang ayah dan ibu. Mereka setuju loh kak. Malah aku mau ngajak Hanin dan Friska juga. Kakak setuju kan?" Tanya Farah kepada Ratna di sela makan siang keluarga yang sedang mereka lakukan. Ya, memang sesantai itu Farah untuk mengungkapkan keinginan di hatinya. Tidak ada beban apapun dan sudah dapat di pastikan keinginan tersebut akan selalu terwujud. "Ya pokoknya kakak harus setuju. Aku ngga terima penolakan. Nanti kita disana seneng seneng ya kak." Sambung Farah, tanpa memberikan kesempatan Ratna untuk menjawab perkataannya. Sangat membahagiakan sekali bukan menjadi sosok Farah? Dia hanya perlu berucap sembarang dan semua orang akan patuh padanya dengan sendirinya. "Oh iya ayah, nanti aku mau ajak Hanin sama Friska berenang di kolam yang belakang villa, sambil bawa ban. Nanti ayah suruh pak Angga buat siapin bannya ya ayah. Kolamnya juga bilangin suruh bersihin ayah, biasanya kalo kita lama ngga kesana kan suka ada rantingnya. Nanti kena kulit aku terus luka lagi ya ayah, iya kan ayah?" Ucap Farah panjang lebar kepada pak Mahfud. Tidak ada kata segan dalam diri Farah. Yang dia tau hanyalah apa yang dia ucapkan akan di penuhi oleh semua keluarganya. "Iya sayang boleh, whatever you want. Ayah pasti kabulin. Nanti biar ayah suruh pak Angga buat nyiapin semua keperluan kita selama berlibur di sana ya." Ucap Pak Mahfud, Ayahnya Ratna dan Farah. Selalu seperti itu jika Farah yang meminta. Mahfud akan dengan mudahnya mengabulkan keinginan sang anak bungsu. Dia pun tidak bertanya pada anaknya yang lain, apakah Ratna memiliki keinginan tersendiri? "Horeeew, aku seneng banget, terimakasih ya ayah." Ucap Farah dengan girang. Dia pun bersorak untuk menunjukan kebahagiaannya saat ini. Farah merasa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Buktinya, dia selalu mendapatkan apa yang dia inginkan dengan mudahnya. Tanpa harus repot-repot mengerjakan ini dan itu seperti kakaknya. "Iya sayang, udah sekarang lanjutin dulu makan siangnya." Ucap Ningsih yang sedari tadi tidak banyak mengomentari percakapan sang anak bungsu dengan suaminya. Sedangkan Mahfud hanya menampilkan senyumnya sambil mengangguk ke arah Farah. Dan mereka pun melanjutkan acara makan siang keluarga dengan penuh suka cita. Dan, tidak sekalipun di antara Mahfud ataupun Ningsih yang bertanya kepada Ratna apakah dia setuju dengan usulan dari sang adik untuk mengunjungi villa mereka liburan sekolah nanti? Bagiamana dengan Ratna? Dia hanya bisa terdiam. Dia tidak menanggapi ucapan Farah yang panjang lebar dan cenderung memerintah itu. Pemandangan seperti ini sudah sangat sering tersaji di depan mata Ratna. Dia tidak pernah di berikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapat. Dia selalu di paksa untuk menerima segala perlakuan orang lain tanpa bisa membalas sedikit pun. Hati Ratna sungguh sakit. Tapi, dia tidak bisa berbuat banyak. Sesungguhnya Ratna sudah tidak kuat tinggal di rumah ini. Ratna bertekad akan sekolah dengan benar, lalu melanjutkan ke perguruan tinggi, dan kemudian bekerja agar bisa mendapatkan uang banyak. Ratna ingin hidup tenang tanpa ada orang lain yang mendikte dirinya untuk menjadi begini ataupun begitu. Ratna sangat ingin berdikari di atas kakinya sendiri sehingga tidak ada satupun orang yang akan merendahkannya lagi. Sudah bertahun-tahun lamanya Ratna memendam perasaan yang tidak mengenakkan pada keluarganya. Perasaan benci yang semula dia halau sekuat tenaga, kini seolah mendesak untuk di keluarkan. Sesak yang dia rasakan setiap waktu melihat keakraban adik dan orangtuanya, kini sudah memberontak dan menuntut perlakuan yang sama dari kedua orangtuanya. Sejauh ini, apakah Ratna tetap bisa mempertahankan kewarasannya sendiri? Ataukah dia akan merubah karakter diri menjadi seorang psikopat? *** Ritual makan siang bersama keluarga yang terjadi di siang itu pun selesai. Mahfud bergegas kembali menuju tempat usahanya mencari rezeki. Sebuah toko meubel yang menjual kerajinan rumah tangga dari bahan kayu. Toko tersebut merupakan warisan dari kedua orangtuanya yang sudah meninggal. Sedangkan Farah segera naik ke lantai atas menuju kamar tidurnya. Rasa kenyang setelah menyantap makanan pun membawa perasaan lain yang membuatnya jadi ingin memejamkan mata. Begitu sampai di atas kasurnya yang nyaman, Farah langsung saja tidak mengingat apapun lagi. Dengkuran halus pun terdengar dari bibir tipisnya yang sedikit terbuka. Lalu bagiamana dengan Ratna? Tidak perlu di tanya, sudah pasti Ratna yang akan membereskan bekas makan Mereka. Dengan di mandori oleh sang ibu, Ratna pun cekatan menumpuk piring-piring kotor, Gelas dan sendok yang berserakan di atas meja makan. Setelahnya, dia membawa tumpukan tersebut ke wastafel. Tak berselang lama, Ratna segera mencuci satu persatu piring, gelas, dan sendok yang tadi dia bawa untuk di gunakan lagi nanti jika di butuhkan. Kebiasaan ini sudah berlangsung sejak bertahun-tahun lalu. Dan, sejauh ini Ratna pun menikmati perannya sebagai "pembantu gratisan" di rumah orangtuanya. Asalkan tidak ada caci maki ataupun pukulan yang mendarat di tubuhnya dia merasa semuanya akan baik-baik saja. Bersambung... Waahhh... Ratna kamu kuat bangettt sih? Keep strong Ratna, we love you...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD