Keputusan Yang Menyakitkan

1030 Words
Kendrick Geffrey terdiam sejenak, ia mencoba memikirkan sebuah keputusan terbaik bagi mereka. Dalam pandangan sekilas saja, ia bisa melihat kegelisahan di wajah seorang wanita yang baru saja dinikahinya. "Aku menolak rencana bodoh ini." Dengan suara tegas dan sangat menyakinkan, Kendrick memberikan jawaban itu pada seorang wanita yang baru saja mengancam untuk mati. "Kumohon, Ken. Berikan belas kasihmu." Sophia Veloz menunjukkan wajah sedih yang berurai air di depan pasangan pengantin baru itu. Lagi-lagi ia bersimpuh tak berdaya atas keputusan ayah dari cucunya. Hingga sebuah dering ponsel telah berhasil membuyarkan tangisannya. Sophia Veloz mengambil ponsel dari dalam tas yang dibawanya dan menerima panggilan itu. "Ada apa?" tanya Sophia Veloz pada seseorang yang berbicara di dalam telepon. "Apa! Michelle mengamuk dan mencari Ken. Bunuh diri?" Dengan suara bergetar dan dipenuhi rasa takut, Sophia Veloz menatap Kendrick Geffrey penuh harap. Seolah lelaki itu adalah harapan terakhir untuk anaknya. Mendengar perbincangan Sophia dalam sebuah panggilan telepon, membuat Kendrick tergerak dan berpikir untuk memenuhi permintaan mantan ibu mertuanya itu. Ia tak ingin membuat seseorang harus kehilangan nyawa, saat dirinya bisa memberikan sedikit harapan. "Ken ... pikirkan kembali keputusanmu. Jangan sampai Michelle .... " Jasmine tak kuasa melanjutkan ucapannya. Ia tak pernah bisa membayangkan jika mantan istri dari suaminya itu sampai bunuh diri di hari pernikahannya. Seketika itu juga Kendrick menjadi sangat panik, ia harus segera memutuskan sesuatu yang sangat berpengaruh untuk ke depannya. Namun ia sadar jika segala keputusan yang akan diambil memiliki resiko masing-masing. "Okay. Aku akan membantu Michelle kali ini. Namun ingat, Nyonya Sophia ... semua ini kulakukan hanya demi Al. Jika Michelle bukan ibu kandung dari anakku, tak sudi aku melakukan semua ini," tegas Kendrick dalam suara menyakinkan dengan tatapan dingin yang sangat tajam. Pasangan pengantin baru itu bergegas mengganti pakaiannya ke sebuah ruangan khusus di sebelah ballroom hotel. Tak berapa lama, Kendrick menggenggam tangan Jasmine lalu berjalan ke arah seorang wanita yang sejak tadi sudah menunggu mereka. "Silahkan Anda pergi lebih dulu, kami akan mengikuti dari belakang." Begitulah ucapan dingin Kendrick pada Sophia. Ia benar-benar terpaksa melakukan semuanya itu. Andai Michelle dan Albert Geffrey tak terikat hubungan darah, mungkin segalanya bisa lebih baik. Seperti apa yang dikatakan oleh Kendrick, mereka berdua melajukan mobilnya tepat di belakang mobil yang membawa Sophia. Setelah beberapa menit perjalanan, mereka pun berbelok ke sebuah rumah sakit terbesar di kota itu. Jasmine tampak sangat gelisah saat mereka berdua mulai turun dari mobil. Berbohong jika ia mengatakan dirinya baik-baik saja. Perempuan itu terus saja gelisah dan sangat cemas membayangkan sesuatu yang masih belum terjadi. "Apakah kamu baik-baik saja, Mine?" tanya Kendrick pada sosok perempuan yang tampak ragu untuk keluar dari mobil. "Tak masalah, Ken. Aku baik-baik saja." Sekuat tenaga, Jasmine mencoba untuk tetap tenang dan menekan seluruh perasaan di dalam hatinya. Walaupun dadanya seakan ingin meledak, ia harus bisa mengendalikan dirinya sendiri. Tanpa Jasmine mengatakan perasaannya, Kendrick tentunya bisa merasakan kegundahan hati istrinya. Dari sorotan mata dan juga ekspresi wajahnya saja, terlalu jelas jika istrinya itu sedang berusaha untuk tetap tenang. Meskipun di dalam hatinya terus bergejolak, perempuan itu berusaha keras untuk memaksakan dirinya. Pasangan itu melangkah masuk ke dalam gedung pencakar langit dengan desain yang cukup modern. Seluruh dinding rumah sakit didominasi dengan kaca-kaca yang tampak sangat bersih dan tampak berkelas. "Michelle ada dalam ruangan di lantai tujuh," ucap Sophia Veloz tanpa menghentikan langkahnya menuju ke sebuah lift yang tak jauh dari pintu utama rumah sakit. Kendrick memandang istrinya sejenak lalu mengikuti ibu dari mantan istrinya masuk ke dalam lift. Pasangan itu terlihat semakin canggung berada dalam suasana yang cukup mendebarkan untuk pengantin baru itu. Terlebih, mereka berdua sama sekali tak tahu apa yang akan dilakukan oleh Michelle pada mantan suaminya itu. Begitu pintu lift terbuka, suhu ruangan itu serasa turun drastis. Jasmine merasakan tubuhnya gemetar membayangkan suaminya yang akan bertemu dengan sang mantan istri. Ia pun mempererat genggaman tangannya pada Kendrick sembari berjalan mengikuti seorang wanita yang tak lain adalah mantan ibu mertua dari suaminya. Dalam beberapa saat, bertiga sudah berada di depan ruang perawatan Michelle. Terdengar bunyi keras barang-barang yang sengaja dibanting ke lantai. Sophia bergegas melihat keadaan anaknya, ia cukup terkejut saat Michelle sudah menghancurkan seisi kamar itu. "Hentikan, Michelle!" seru Sophia dengan suara meninggi. Ia hanya ingin menghentikan kegilaan dari anak tunggalnya itu. Sontak saja, Michelle langsung memalingkan wajahnya. Ia melihat sang ibu sedang berjalan ke arahnya. Namun perempuan itu tampak sangat kecewa saat Sophia datang seorang diri. "Jika Ibu tak bisa membawa Ken ke sini ... lebih baik aku mati saja." Michelle berlari ke arah jendela kaca di dalam kamar itu. Ia pun membuka pengaitnya lalu berusaha untuk naik ke pinggiran jendela. "Jangan lakukan itu, Michelle!" Sophia tampak sangat panik, ia berlari ke arah anaknya. Mencoba menghentikan Michelle yang sudah bersiap untuk melompat dari jendela itu. Wanita itu hanya bisa meraung dalam ketakutan dan juga perasaan mendebarkan yang seakan mampu meledakkan jantung. Sophia tak bisa membayangkan jika anaknya itu nekat untuk melompat dari lantai tujuh gedung rumah sakit. Tak peduli dengan apapun, ibu dari Michelle itu menarik kuat dan memegang erat anaknya agar tak jatuh. Melihat pemandangan yang sangat dramatis, Jasmine merasa iba pada mantan istri dari Kendrick. Ia pun meminta suaminya masuk ke dalam sebuah perempuan itu benar-benar melompat dari jendela kamar rumah sakit. Meskipun tak rela, Jasmine harus mengikhlaskan hatinya. Setidaknya demi anak dari suaminya yang sudah seperti anaknya sendiri. "Masuklah, Ken. Sebelum segalanya makin terlambat," ucap Jasmine lirih di samping lelaki yang baru saja menikahinya itu. Kendrick memandang istrinya yang tampak cemas. Terlalu berat baginya untuk masuk ke dalam kamar perawatan dari Michelle. Seolah ia merasa akan berangkat untuk berperang. Andai ia bisa menolak, Kendrick memilih tak lagi berurusan dengan seorang wanita yang sudah mengkhianati pernikahannya. Dengan langkah berat dan tentunya sangat terpaksa, Kendrick akhirnya masuk ke dalam kamar yang terlihat hancur berantakan. Tentunya hal itu karena ulah Michelle yang baru saja mengamuk dan menghancurkan seisi dari ruangan. "Turunlah, Michelle!" Hanya kalimat itu yang diserukan oleh Kendrick pada mantan istrinya. Ia merasa enggan untuk menghampiri wanita yang hampir melompat dari jendela kamar rumah sakit itu. Michelle langsung menoleh begitu mendengar suara yang sangat familiar baginya. Ia pun turun dari jendela itu lalu berlari memeluk seorang lelaki yang dipikirkannya masih menjadi suaminya. "Aku merindukanmu, Ken!" ungkap Michelle tanpa melepaskan pelukannya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD