bc

Keluarga Palsu

book_age18+
1.3K
FOLLOW
7.1K
READ
contract marriage
goodgirl
genius
highschool
spiritual
wife
husband
like
intro-logo
Blurb

Yasmin hidup dalam kepalsuan di keluarganya sendiri. Sejak kecil semua cinta orang tuanya hanya untuk saudara kembarnya, Yeri.

Di saat dia lelah dan ingin menyerah, Daren datang membawa bayi mungil dan menawarkan sesuatu yang menarik.

.

chap-preview
Free preview
1. Gelandangan
"Yeri akan segera datang, cepat kau keluar." Mama memasukkan baju secara asal, menarik resletingnya dan membawa tangan Yasmin keluar kamar. "Tapi, Ma. Ini udah malam, besok aja ya aku perginya." Yasmin memakai hijabnya asal, Mama terus menarik hingga ke lantai bawah, di musim semi akhir bulan maret, udara masih terasa dingin, ia hanya memakai sweater. Mama menaruh tas ransel ke dadanya, menyuruh pergi kembaran Yeri tersebut. "Kamu tahu sendiri Yeri tidak suka bertemu denganmu, jadi cepatlah pergi dari rumah ini." "Aku harus pergi ke mana malam-malam begini, visa ku juga belum diperbarui." "Pikirkan sendiri, jangan jadi gadis bodoh!" Yasmin diseret hingga keluar gerbang, tak diizinkan masuk lagi. Ia kebingungan di luar rumah. Mamanya bahkan tidak memberi waktu untuk memakai sepatu. Kakinya terasa sangat dingin karena hanya memakai kaos kaki dan sandal. "Seenggaknya kasih aku uang," gumamnya. Melihat rumah lantai dua yang terlihat mewah di tengah kota Seoul, Korea Selatan. Dia memutuskan untuk menunggu sang papa, mungkin papanya akan berbaik hati mengizinkannya menginap semalam lagi. Walaupun itu seperti tidak mungkin. Akhir-akhir Yasmin sibuk UAS dan belum memperbarui visa, meski keluarganya di sini, tapi dia warga Indonesia sejak berusia 8 tahun. Sekarang dia kuliah di Seoul untuk menggantikan Yeri. Sejak kecil Yeri sakit, semua perhatian fokus padanya, Mama pergi ke dukun karena semua pengobatan dokter tidak bisa menyembuhkannya. Dukun itu bilang Yeri akan mati kalau masih serumah dengan kembarannya, lalu semua orang mulai menyalahkan kehadiran Yasmin sebagai pembawa sial. Itulah alasan kenapa dia dikeluarkan dari kartu keluarga 12 tahun lalu dan dikirim ke rumah kakeknya di Indonesia. "Papa!" Teriak Yasmin ketika mobil papanya datang. Yasmin segera berlari mendekat, Papa menurunkan jendela mobil, membenarkan kacamata dan melirik Yasmin. "Kenapa belum pergi?" tanya Papa. Di samping Papa ada Yeri, menatap Yasmin tidak suka. "Visa ku belum diperbarui, aku nggak bisa tidur di hotel. Aku takut dideportasi." "Tidurlah di tempat Yoon-gi." "Aku nggak punya ongkos ke sana." Papa langsung mengeluarkan dompet, melempar seratus ribu won. "Cepat pergi dan jangan kembali lagi sampai selesai liburan musim semi." Papa menaikkan jendela mobil. Tidak peduli pada Yasmin lagi. Mobil memasuki halaman rumah. Yasmin mengambil uang tersebut, melihat Yeri disambut oleh Mama. Mencium kanan dan kiri, Mama membawakan tas ransel Yeri. Dari balik gerbang ia bisa mendengar percakapan mereka. "Kamu pasti capek ya di rumah sakit terus?" tanya Mama. "Nggak, Ma. Kan demi bisa sembuh." Yeri tersenyum lebar, sangat cantik meski wajahnya pucat. "Kata dokter kesehatan putri kita semakin baik," kata Papa sembari mengusap pucuk kepala Yeri penuh sayang. "Hebatnya putri kita, Pa. Oh ya Mama sudah masak sup kesukaan kamu sayang." Yasmin paling suka ketika Mama tersenyum hangat seperti itu. "Wah, kebetulan aku pingin makan sup." Yeri tersenyum bahagia. "Ayo, masuk. Di luar dingin nanti kamu flu." Papa mengajak Yeri masuk. Yasmin hanya bisa melihat itu semua dari luar gerbang, betapa bahagianya mereka bertiga tanpa dia yang dianggap sebagai pembawa sial. Dari kecil Yasmin disuruh mengalah, hal kecil sekalipun tidak boleh membuat Yeri tersinggung. Dia ingat ketika mereka berusia 6 tahun, Yasmin mengerjakan PR di ruang tamu karena lampu meja belajarnya mati. Mama langsung marah besar. "Apa yang kamu lakukan, Yuri!" Teriak Mama. Yuri adalah nama Yasmin sebelum dikeluarkan dari Kartu keluarga dan dikirim ke Indonesia. "Yuri mengerjakan PR, Ma." Yasmin mendongak ke atas sembari takut. "Sudah Mama bilang, jangan belajar di depan Yeri, kamu ingin membuat dia iri karena dia tidak bisa sekolah?!" "Ng-ngak, Ma. Yuri nggak bermaksud kayak gitu." "Dasar anak tidak tahu diuntung! Kalau saja para tetangga tidak melaporkan ke polisi, kamu tidak akan pernah disekolahkan!" Mama merobek PR Yasmin, membuatnya menjadi potongan kecil-kecil. "Ma.... Jangan sobek." Yasmin mencoba menghalau Mama yang terus menyobek bukunya. Air matanya mengalir deras. Berpikir pasti besok dia akan dimarahi guru karena tidak mengerjakan PR. "Lihat Yeri yang terbaring sakit! Kamu malah enak-enak belajar dan bermain." Yasmin menangis sesenggukan, Mama terus menanamkan rasa bersalah padanya, tidak boleh melakukan apapun yang membuat Yeri iri. Itu adalah dosa besar. Karena mereka kembar, penderitaannya harus sama. Sampai dia berusia 20 tahun pun, tetap tidak boleh belajar di depan Yeri, atau melakukan kegiatan orang normal. Dia sehat dan Yeri sakit, dinilai sebagai kesalahannya. "Di sini aku juga kedinginan, Ma." Yasmin memeluk tubuhnya sendiri, mengambil tas dan berjalan menjauh dari rumah. Sudah jam setengah sepuluh malam, ia harus ke stasiun sebelum kereta terakhir. Dia akan pergi ke apartemen kakak laki-lakinya yang seorang idol terkenal. Orang-orang melihatnya dengan tatapan aneh, penampilannya memang tidak karuan dengan hijab coklat dan sweater pink. Serta celana olah raga ditambah sandal jepit. "Ini bukan pertama atau kedua, seharusnya aku sudah biasa." Yasmin terus berjalan menuruni tangga stasiun bawah tanah, lalu masuk kereta. Apartemen kakaknya dekat dengan bandara Incheon, lumayan jauh dari rumah. Beruntung dia dapat kereta terakhir. Dia menyandarkan kepala ketika kereta berangkat, memikirkan kenapa masih betah tinggal bersama orang tua yang memperlakukannya tidak adil. Kakek neneknya sudah tua, tidak lagi bisa merawatnya, sementara biaya kuliah sangat mahal. Dia pikir orang tuanya akan membiayai kuliahnya, ternyata tidak. Dia tidak punya banyak pilihan, kerja dengan ijazah SMA mentok jadi kasir, ART atau buruh pabrik. Dia ingin kuliah. Maka dari itu ia mengumpulkan uang jajan yang diberikan orang tuanya. Juga merintis jualan online. Kalau semuanya sudah siap, dan hatinya cukup lelah dengan semua ini, maka ia akan pergi. "Tinggal bareng Papa Mama sebenarnya nggak seburuk itu," gumamnya lagi. Masih dengan mata terpejam. Dari kecil tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua, bisa merasakan masakan Mama dan melihat Papa setiap hari terasa menyenangkan. Selama kuliah menggantikan Yeri, orang tuanya sangat perhatian, Papa mengantar ke kampus dan Mama membawakan bekal, hal kecil itu membuat Yasmin bahagia. Dia ingin bertahan lebih lama lagi. Setelah Yeri lulus kuliah, ia tidak yakin bisa kembali bertemu dengan keluarganya di sini. Bisa dibilang, inilah kesempatan satu-satunya tinggal bersama mereka. Kereta berhenti setengah jam kemudian, ia membawa ransel keluar stasiun, berjalan kaki menuju apartemen kakaknya. Sesampainya di sana, pintu apartemen kakaknya dipenuhi wartawan. "Ah, pasti Oppa terlibat skandal lagi." Yasmin berdecak dan meninggalkan tempat itu, kini tak tahu harus ke mana. Yasmin kembali ke stasiun, sudah sepi. Tak ada kereta lagi. Dia duduk di sana bersama para gelandangan. Tak tahu harus berbuat apa. Sudah jam sebelas malam. Ingin ke kantor KBRI dan konsultasi tentang izin tinggal di Korea. Dia masih memakai visa pariwisata, kalau keluar memakai identitas Yeri tidak masalah, tapi kalau memakai identitasnya sendiri akan sangat rumit. "Mau koran?" tanya seorang gelandang. Yasmin mengangguk, ikut tidur sebagai gelandangan sambil berpikir apa yang harus dilakukan. Memakai Koran sebagai selimut dan tas sebagai bantal. Dia tidur di stasiun. Hingga tiba-tiba ada orang yang menginjak pahanya, membuatnya menjerit kesakitan. "Akhh sakit!" Teriaknya reflek. Menatap pria yang menginjakkan itu dengan tatapan marah. "Josimhae!" Pria itu melepas gendongan bayinya dan memberikan bayi itu pada Yasmin. "Kamu pasti dari Indonesia, tolong jaga bayi ini sebentar. Aku akan memberikan imbalan yang sangat banyak nanti." "Hey! Kenapa kamu tiba-tiba nitipin bayi?!" "Ini penting, hidup bayi ini tergantung pada bantuanmu! Aku akan segera kembali." Setelah mengatakannya, pria itu langsung pergi. Kepala Yasmin mendadak pening, hidupnya sudah rumit, sekarang ditambah harus menjaga bayi. Malam ini semuanya sangat kacau.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
94.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook