bc

Menyingkap Masa Lalu Kelam

book_age18+
680
FOLLOW
1K
READ
revenge
dark
goodgirl
omega
drama
tragedy
bxg
small town
crime
wife
like
intro-logo
Blurb

Kalau suka cerita ini minta Lovenya ya, agar ada di rak buku kamu. Makasih.

Blurb :

Malam tragis membuat Melati kehilangan segalanya. Rudapaksa yang dialaminya telah mencoreng harga diri dan membuatnya kehilangan sang buah hati.

Ketika malam dia dinodai oleh tiga orang teman suaminya, putrinya yang masih berusia delapan bulan dibunuh dan dilempar dari jendela rumah di lantai dua.

Anehnya fakta yang didapatkan oleh pihak berwajib penegak hukum justru semua itu karena pertengkaran rumah tangga.

Ruben, suami Melati lah yang justru dihukum atas tuduhan membunuh putrinya sendiri.

Hidup Melati hancur. Ia menjadi gila. Namun James, dokter psikiatri yang baik hati membantunya bangkit dari keterpurukan.

Melati berniat untuk mengungkapkan apa yang terjadi sesungguhnya?! Kenapa hanya dalam satu malam kehidupannya hancur berkeping. Dan kenapa polisi tidak menemukan jejak pemerkosaan dan perampokkan yang terjadi di rumahnya?!

Ia menuntut keadilan dan balas dendam pada tiga orang yang telah menodainya!

Bisakah Melati membalas dendam?

– Kisah Melati yang tak harum lagi –

chap-preview
Free preview
Malam tragis
Sudah dua kali Melati memastikan pintu dan jendela sudah dikunci atau belum. Malam ini perasaannya sangat tidak nyaman. Seakan ada firasat buruk yang tak tahu itu apa. Beberapa kali ia menghubungi Ruben, suaminya untuk menanyakan keadaannya. Jawaban Ruben pun masih sama, jika dia sedang ada di kantor. Lembur mengerjakan tugas deadline pekerjaan yang harus diselesaikan malam ini juga. “Tidurlah lebih dulu. Jangan tunggu aku pulang. Aku benar-benar akan pulang tengah malam.” Suara Ruben seraya lebih menenangkan Melati. “Baiklah. Hati-hati pulangnya. Perasaanku tidak nyaman sejak tadi ....” Di seberang sana Ruben tiba-tiba diam. Lalu beberapa detik kemudian baru bertanya kembali, “Tidak nyaman kenapa?” “Firasatku tidak enak,” jelas Melati. Tidak ada tanggapan dari Ruben. Terdengar sunyi. “Sayang ... Kamu masih di sana?” tegur Melati. “Ah, iya Mel. Maaf aku tidak terlalu menyimak. Pekerjaan ini membuatku fokus dan menyita seluruh energiku,” jawab Ruben. “Ya sudah kalau begitu. Selamat bekerja. Dan jika sudah selesai. Cepat pulang ya. Hati-hati di jalan.” “Ya, pasti aku akan segera pulang setelah selesai semuanya.” “Bye sayang ....” “Bye My Lovely ....” Panggilan dimatikan. Melati kembali ke kamarnya dan dilihatnya bayi mungil tidur terlelap di atas springbed empuk berukuran besar. Ia segera ikut bergabung di atas ranjang nyaman tersebut. Namun saat baru saja sepasang matanya terpejam. Sayup-sayup Melati mendengar suara gaduh dan berisik suara beberapa orang pria. Seketika Melati langsung membuka matanya, ia sontak bergegas bangun dari tidurnya. Pikirnya, suaminya telah pulang kerja. Tapi kenapa Ruben membawa serta temannya pulang ke rumah di waktu larut malam begini? “Ruben ...,” panggil Melati saat ia keluar dari kamar. Suara gaduh yang tadi didengarnya kini terhenti. Netranya berpendar melihat ke sekeliling. Tidak ada siapa pun. Hanya gelap yang terlihat. Melati merambat ke dinding untuk menyalakan saklar. Tapi sebelum lampu kembali menyala dan membuat pandangan mata menjadi benderang. Tiba-tiba satu telapak tangan lebar membekap mulutnya. “Aaa!” Spontan Melati berteriak. Ia terkejut bukan main. Ia tahu tidak mungkin suaminya tiba-tiba membekap mulutnya. Teriakan Melati tidak terdengar. Tekanan dari telapak tangan lebar itu menekan suaranya. Sepasang matanya mendelik bulat. Seorang lelaki yang wajahnya tak asing tersenyum menyeringai kepadanya. Jantung Melati berdegup kencang. Ini bukanlah pertanda baik. “Sedang apa Frans ada di sini?” pikirnya. “Hai Melati ...,” sapa Frans dengan wajah tengilnya. “Kami ke mari datang untuk menemanimu ....” Kami? Melati masih mencerna satu kata yang diucapkan Frans. ‘Kami’ yang dimaksud Frans berarti bukan hanya dia saja yang ada di dalam rumahnya malam-malam. Bola mata Melati melirik ke arah sisi kanannya. Di sana ia bisa melihat bayangan dua orang pria. Damar dan Galih berdiri tak jauh dari mereka. “Kami tidak akan menyakitimu, asalkan kamu jangan berteriak lagi,” ujar Frans memberikan pilihan tawaran pada Melati. Sepasang mata Melati berkaca-kaca. Ia tahu tiga teman suaminya ini datang untuk niat jahat. Jika mereka memang berniat baik, untuk apa datang di waktu tengah malam dan juga menyelinap? “Aku akan melepaskan tanganku yang menyekap bibir manismu itu, asal kamu jangan berteriak,” ujar Frans sekali lagi. Suara Frans yang sengaja dilembutkan, sebetulnya menjijikkan. Tapi Melati berusaha tenang dan menganggukkan kepalanya pelan. Frans menurunkan telapak tangannya menyingkir dari bibir Melati. “Ka-kalian mau apa ke mari? Kalian masuk lewat mana?” “Pintu,” jawab Galih santai. Netra Melati menatap Galih, Damar dan Frans bergantian. Perasaannya sungguh tidak nyaman. Jantung di dalam dadanya pun berdegup dengan sangat kencang. “Pintunya aku kunci. Harusnya kalian tidak bisa masuk.” Frans, Damar dan Galih tersenyum sinis penuh arti. Seulas senyuman menyeringai itu membuat Melati semakin ketakutan. “Ruben sedang tidak ada di rumah. Mungkin sebentar lagi dia pulang. Maaf, kalian harus pulang, karena tidak baik bertandang ke rumah kawan saat istrinya hanya sendirian bersama bayinya,” ujar Melati berusaha bersuara tegas. “Justru memang hanya berduaan denganmu saja yang aku mau,” kata Frans dengan tatapan kurang ajar. Melati melangkah mundur perlahan. Ia tahu tiga teman baru suaminya ini pasti akan berniat buruk padanya. Perlahan tapi pasti, Melati ingin menyingkir. Di benaknya langsung terpikir kembali ke dalam kamar dan meraih bayinya. Memeluk Kekey dalam dekapannya dan segera kabur lewat jendela kamar. Walau kamarnya berada di lantai dua, Melati yakin ia bisa melompat. Walaupun semisal terjatuh, jika ia berteriak kencang dan lantang pasti para warga sekitar yang tengah melintas atau tetangga yang tinggal tak jauh dari rumahnya akan menolong. “Melati, apa kamu tidak menyuguhkan kami minum? Atau mau langsung main saja?” tanya Damar sembari tersenyum. Wajah tampan Damar kini terlihat menyeramkan. Bahkan rasanya tangan Melati gatal ingin menampar. Melati mengatupkan bibirnya. Netranya sejak tadi memandangi Frans, Damar dan Galih bergantian. “Aku yakin justru kamu yang akan ketagihan dengan kami.” “Apa kita rekam saja?” Galih memberikan ide b***t. Melati sadar ke mana arah pembicaraan ini. Di dalam hati ia berharap Ruben segera pulang dan menghajar tiga kenalannya yang sudah amat tidak sopan ini. “Kalian tidak pantas ada di rumahku,” kata Melati dengan suara bergetar. Ia melangkah mundur, dan ketiga pria itu semakin berjalan mendekat. “Kenapa kamu menjauh? Kemarilah, kita bisa bermain,” kata Frans dengan kerlingan mata menjijikkan. “Pergi! Jangan dekat-dekat denganku. Atau aku akan− ....” “Akan apa?!” seru Galih lirih. “Atau akan berteriak?” Air mata Melati sudah menggenang di pelupuk matanya. Lututnya sudah terasa lemas. “Jangan berteriak Mel. Kalau kamu berteriak Kekey akan terbangun dan mengganggu kita ....” Melati menggelengkan kepalanya. Ia kembali menelan ludah dan mengantupkan bibirnya. Langkah kakinya yang sedari tadi mundur ke belakang, beberapa langkah lagi akan mendekat ke kamar. Dan saat tangan Melati sudah memegangi gawang pintu kamar, ia segera masuk dan menutup pintu. Segera menguncinya dengan cepat. Frans, Damar dan Galih terkesiap. Melati secepat kilat menutup pintu kamar dan akan menguncinya. Tentu saja mereka tidak tinggal diam. Mereka segera mendorong pintu kamar. Melati susah payah menahan pintu yang didorong. Dengan seluruh kekuatannya, ia mendorong balik pintu yang akan dibuka. “Pergi! Jangan ganggu aku!” serunya dengan suara keras. Ia tidak menyangka tiga pria, kawan baru suaminya ini ternyata memiliki niat jahat padanya. “Melati, buka pintunya! Jangan melawan jika kamu tidak ingin disakiti!” “Tidak! Pergi! Jangan ganggu aku!” sahut Melati sembari bersusah payah mendorong pintu kamar agar bisa ditutup dan dikunci. “Toloooong! Toloooong!” Ia mulai berteriak. Membuat Frans, Damar dan Galih menjadi sangat panik. Bagaimana jika para warga datang dan menghakimi mereka?!

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook