Prolog

606 Words
  Sorak-sorai suara siswa siswi di depan sekolah sma Tri bakti. Mereka semua tengah merayakan kelulusan sekolah. Topi-topi beterbangan, kegaduhan itu tidak terelakkan. Seragam di warnai dengan piloks warna warni, bertabur tanda tangan dari para most wanted.   "Hai gaeeeeesssss ...." Suara cempreng yang sangat nyaring lewat pengeras suara. Semua anak mendongak menatap seorang gadis yang tengah berdiri di atas gedung.    "Ya, Apa lagi yang mau dilakukan si sinting itu?" celetuk Alfaro, menghela napasnya dengan kasar.   "Jangan-jangan dia mau loncat?" Alfi bergidik ngeri membayangkan gedung sekolah yang menjulang begitu tinggi.   "Pasti seru," sahut Gilang terkekeh geli membayangkan apa yang akan dilakukan sahabatnya di atas sana.   "Gue luluusssss gaeessss ...." "Aaaaaaa!!" pekik semua anak saat akhirnya apa yang mereka khawatirkan terjadi, gadis itu menjatuhkan diri dari atap gedung lantai lima. Semua anak menutup mata kecuali Alfaro, Alfi dan Gilang. "Ngapain kalian tutup mata? gak seru!" celetuk gadis itu seraya terkekeh geli, melihat reaksi teman-temannya yang menurutnya lucu. Anak-anak membuka mata dan melongo melihat gadis itu sudah mendarat sempurna, dengan parasut. Mereka masih tidak percaya dengan apa yang barusan dilakukan gadis itu, harusnya mereka tidak heran jika pelakunya Aeera ocean wiguna. Gadis paling sinting se-sma Tri bakti.   Cewek petakilan, hobi tawuran. Casing cewek jiwa laki, tabiatnya yang bar-bar tapi juga childish. Bahkan para guru sudah menyerah menghadapi kegilaannya yang selalu bikin ulah di sekolah. Beruntunglah otaknya sedikit encer sehingga ia tidak di tendang dari sekolahan bergengsi itu.   "Gimana gue keren, kan?" Oca tersenyum lebar menunjukkan deretan giginya yang putih dan rapi, ia berjalan menghampiri ketiga sahabatnya.   "Sinting iya," cibir Alfi, memutar bola matanya malas melihat sikap Oca yang selalu diluar nalar.   "Sirik bae lo wlekk ...." Oca menjulurkan lidahnya ke arah Alfi. "Aeera ocean wiguna!!" Suara melengking itu membuat keempatnya menoleh bersamaan. Mungkin semua anak juga, yang tadinya riuh kini seketika hening. "Tamat riwayat lo Ca," celetuk Gilang yang sudah bergidik ngeri lalu memilih bersembunyi di balik punggung Alfaro.  Bagaimana tidak bu Jannah guru bk paling killer sudah berdiri menatap nyalang ke arah Oca. "Halah, sama manusia sumo aja takut dasar lemah." Oca berbalik menghampiri bu Jannah. "Halooo Bu Jannah ku sayang," sapa Oca dengan gaya slengekannya. "Hari ini bikin ulah apalagi?!" sarkas bu Jannah dengan mata melotot hampir keluar. "Cuman kasih pertunjukan buat kenang-kenangan." Oca tersenyum lebar sambil menaik turunkah kedua alisnya. "Atap sekolahan kamu bikin bocor! kamu bilang itu pertunjukan? Hah!" Oca garuk-garuk kepala dengan kekehan menyebalkan! "Hehe, itu gak sengaja Bu," sanggah Oca percaya diri. "Untung kamu lulus, gak tahu lagi kalo sampai kamu gak lulus mau jadi apa kamu ini, Ca?" "Tapi Ibu seneng, kan? secara Oca gak bakal bikin Ibu repot lagi," goda Oca dengan seringainya. Bu Jannah sudah siap menceramahinya tetapi secepat kilat mulutnya di bekap oleh Oca. "Wahh, gila tuh anak.  Bu Jannah di bekap gitu," celetuk Gilang sambil geleng-geleng kepala. "Pasti Oca bakal kangen banget sama Bu Teraaajaaaannnnnahhhhh, Teraaaajannnah," ledek Oca sambil menirukan lagu 'terajana'. "Kmsmhhaydmkkdk ...." "Ngomong apa si, Bu? Uluh-uluh." Anak-anak sudah ingin tertawa, tetapi mereka menahannya karena takut akan di hukum nantinya. "AEERA OCEAN WIGUNA!!" Suara bariton itu membuat Oca menoleh tatapannya bertubrukan dengan mata elang, tatapan tajam mengintimidasi ditambah wajah garang serta kumisss tebal itu begitu menyeramkan. Oca terlonjak mundur melepaskan bekapan tangannya pada bu Jannah.   Bu Jannah langsung menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Mampus aki-aki ngapain kesiini? Oca melotot menatap horor pada pria paruh baya itu. "Bu Jannah, Oca pergi dulu ya byeeee ...." Oca mengecup pipi bu Jannah, membuat guru itu terkejut dengan tindakan Oca. Sedangkan Oca sudah lari terbirit-b***t. "OCAA! Mau kemana kamu?" Suara menggelegar itu terdengar membahana, pria paruh baya itu lantas mengejar Oca. "Amppunnn paah ...." Oca terus berlari  menghindari kejaran dari Arya wiguna, papanya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD