Chapter 3

930 Words
Selamat membaca Riana kembali melihat pantulan dirinya di cermin untuk memastikan jika penampilannya sudah keren. Karena ia tidak ingin terlihat paling buluk di antara teman-temannya yang mantap. Setelah di rasa cukup, Riana mengambil tas dan berjalan keluar dari kamar. Lalu ia duduk kembali di sebelah Alfa untuk menunggu taksi yang ia pesan. Alfa menoleh ke arah Riana yang sudah berganti baju dan memakai riasan. Kemudian ia mencolek pipi Riana dengan jari, lalu mengusapkan jarinya ke baju hitam yang Riana pakai. "Ya Allah, ini bedaknya berapa senti?" komentar Alfa tidak habis pikir saat melihat jejak warna putih di baju Riana. "Nggak usah mulai julid, ya!" tukas Riana ketus. "Bukannya julid, tapi saya nggak tahan lihat muka Bu Riana yang mirip ondel-ondel," ucapnya tanpa dosa. "Pak Alfa!" pekik Riana dengan mata yang melotot tajam kearah Alfa. Sebelum Riana mengeluarkan suaranya yang melengking, Alfa sudah lebih dulu menutup kedua telinganya. "Hapus sana, bikin sakit mata aja," tutur Alfa ketus. "Nggak mau. Muka imut-imut kayak gini dibilang kayak ondel-ondel. Katarak lu, ya?" Alfa tersentak kaget. "Bu Riana sering ngomong kayak gini sama orang lain?" "Ya cuma bercanda doang," sahutnya ringan. Alfa menghela napas pelan. "Lain kali jaga ucapan, jangan di biasakan ngomong pakai bahasa yang terdengar nggak sopan. Karena nggak semua orang bisa menerima candaan kita. Walaupun kita memang niatnya bercanda, tapi bisa aja orang itu merasa tersinggung dengan ucapan kita. Saya bukannya sok mengajari, tapi hanya ingin memberitahu. Karena seringkali masalah muncul hanya karena sebuah lelucon." Riana terlihat fokus mendengarkan Alfa. "Sekarang Bu Riana ngerti?" Bibir Riana tersungging membentuk senyuman lebar. "Enggak, hehe," sahutnya nyengir seperti orang bodoh. Alfa menepuk jidatnya. "Pokoknya sekarang nggak boleh ngomong kasar lagi, oke?" "Oh, oke." Tin Tin Tin "Itu taksinya udah datang, kalau gitu saya pergi dulu," ucapnya riang dan bergegas keluar. Tapi saat Riana ingin melangkah, tiba-tiba ujung bajunya ditahan oleh Alfa. Namun Alfa tidak mengatakan alasan kenapa ia menahan baju Riana. Ia hanya diam sambil menatap Riana yang terlihat kebingungan. Seketika Riana tersadar. "Oh!" Riana mengambil tangan kanan Alfa yang sedang menahan ujung bajunya, lalu ia menempelkan punggung tangan Alfa ke dahinya. "Baik-baik di rumah, ya," pamit Riana ceria sambil mengecup pipi Alfa seenaknya. Tubuh Alfa seketika menegang. Ia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat Riana menciumnya, meskipun itu hanya sebuah kecupan ringan di pipi. "Bu Riana ngapain cium saya?!" "Yaelah, dicium istrinya sendiri nggak mau, dasar aneh," sahut Riana enteng. "Udah lah, saya mau berangkat." Saat ingin menekan daun pintu, Riana membalik tubuhnya ke belakang. "Kalau kangen, jangan malu-malu telfon, ya," godanya tersenyum tipis. Kemudian ia segera menutup pintu dari luar sambil tertawa cekikikan saat melihat raut wajah Alfa yang terlihat kesal dengannya. ***** "Suaminya nggak mau ditinggal, Bu?" sindir Nata ketika melihat Riana baru saja datang ke cafe setelah terlambat 10 menit dari waktu yang sudah ditentukan. Riana menyeret kursi kosong, lalu menyenderkan tubuhnya lelah. "Apanya yang nggak mau ditinggal? Dia malah yang nyuruh gue pergi," ungkapnya sebal. Nata dan Vera tertawa. "Hahahaha!" "Jadi gimana rasanya nikah? Enak?" tanya Vera. "Nggak tau, biasa aja gue," sahut Riana enteng. "Tuh kan, apa gue bilang. Nih anak emang yang paling nggak waras di antara kita," pungkas Nata. "Dan lo yang paling frontal," balas Riana menunjuk Nata. "Gue frontal, lo nggak waras, terus Vera ...." Vera memutar bola matanya jengah ketika dua sahabatnya kompak menatap ke arahnya sambil tersenyum penuh arti. "Iya, iya. Gue yang paling pinter," sahut Vera kesal. Sekarang gantian Riana dan Nata yang tertawa. Walaupuan terkadang ucapan mereka sering kali kasar kepada satu sama lain, tapi mereka bertiga tidak pernah sedikit pun tersinggung dengan ucapan yang dilontarkan oleh salah satu dari mereka. Ikatan persahabatan yang terjalin di antara mereka bertiga sangat erat, karena mereka sudah berteman sejak masih duduk di bangku SMA. Bahkan cita-cita mereka juga sama, ingin menjadi guru. Dan beruntungnya mereka berhasil mewujudkan itu, meskipun tidak mengajar di sekolah yang sama. "Jadi pas malam pertama nggak terjadi apa-apa di antara lo dan suami?" tanya Nata tanpa basa-basi. Riana tersenyum m***m menatap ke arah Nata dan Vera secara bergantian. Dua sahabatnya itu terlihat tidak sabar menunggu jawaban Riana. "Enggak," ungkap Riana datar. "Yah!" Mereka berdua terlihat kecewa dengan jawaban Riana. "Udah ah, males bahas ini," tutur Riana jengah. "Ini kenapa pesanannya belum datang?" tanyanya heran. "Kita kan emang belum pesan," sahut Nata ringan. "Lah? Terus dari tadi lo berdua ngapain?" tanya Riana ngegas. "Nungguin lo!" jawab Nata dan Vera kompak. ***** Sebelum jam enam sore, Riana sudah tiba di rumah. Siang itu, setelah makan di cafe, ia dan teman-temannya langsung menuju ke salah satu pusat perbelanjaan untuk mencuci mata. Saat Riana membuka pintu rumah, ia terkesiap kaget ketika Nirma memeluknya tiba-tiba. "Riana!" pekik Nirma ceria. "Eh?" "Mama kapan datang?" tanya Riana senang. "Baru aja, Mama rencananya mau menginap di sini dua hari. Boleh kan?" tanya Nirma dengan mata yang berbinar-binar. Riana tidak langsung menjawab, tapi ia justru melirik ke arah Alfa yang sedang berusaha keras memberi kode agar menolak permintaan mamanya. "Emm ...." Riana bergerak tidak nyaman dan kebingungan ketika ibu mertuanya terus menatap ke arahnya dengan tatapan penuh harap. Riana menghela napas pelan. "Boleh, Ma," jawabnya tersenyum kecil. Nirma memekik kegirangan. "Makasih, Sayang. Kamu memang yang terbaik, nggak seperti seseorang," sindirnya tersenyum manis. Alfa yang berada di belakang Nirma seketika mengusap wajahnya kasar karena kesal dengan keputusan Riana yang justru menerima permintaan mamanya untuk menginap di sini. Ia sangat yakin jika mamanya itu sedang merencanakan sesuatu yang aneh-aneh. Itu kenapa mamanya keras kepala ingin tetap menginap, meskipun dari awal ia sudah menolak dan menyuruhnya untuk pulang. TBC.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD