bc

BENIH MAS AJI

book_age18+
80
FOLLOW
1.0K
READ
HE
arrogant
heir/heiress
blue collar
drama
bxg
mystery
loser
city
harem
friends with benefits
like
intro-logo
Blurb

Menikah dan menjadi istri kedua bagi Aji Shankara Cakra Wangsa adalah hal yang tidak pernah dibayangkan oleh Jenar Nawa Kemuning, seorang sinden muda yang baru saja berusia dua puluh tahun. Namun, sebuah kejadian di hotel yang telah merenggut kehormatannya akhirnya membuat Jenar setuju menerima perjodohannya dengan Aji. Sayangnya, Aji tidak pernah ingat bahwa dirinya lah yang telah menggagahi Jenar pada malam itu. Aji selalu mempertanyakan tentang anak yang Jenar kandung karena masih belum percaya seratus persen bahwa itu adalah benihnya. Apalagi Alin selalu berusaha untuk memisahkan Aji dan Jenar. Lalu bagaimana Jenar menghadapi keras kepala Aji, sanggupkah dia berpisah dari anaknya ketika telah lahir kelak atas permintaan Alin?

chap-preview
Free preview
Bab 1 - Yang Terenggut
"s**t!" Aji terus mengumpat sedari tadi karena hari ini kepalanya pening menghadapi pertanyaan yang selalu sama. Pertanyaan yang dilontarkan berulang kali dari kedua orangtuanya yaitu kapan dia akan memiliki seorang anak. "Udah, Ji, kita party aja malam ini. Kamu tuh udah lama nggak refresh otak. Jangan uring-uringan terus, nanti lama-lama bisa stress." Beberapa kawannya mencoba menenangkan. Aji menatap mereka dengan pandangan malas. Namun, benar juga apa kata mereka. Lebih baik menghabiskan waktu di club malam yang sudah lama tak dikunjunginya daripada memikirkan masalah yang itu-itu saja. Jadilah malam itu Aji masuk lagi ke tempat yang telah lama tak didatanginya. Kepalanya sudah mulai pening ketika beberapa gelas minuman beralkohol masuk melewati tenggorokannya. Aji memutuskan untuk keluar dari club malam itu meninggalkan teman-temannya, dia menuju ke hotel yang kebetulan tak jauh dari club malam itu berada. Staff hotel tentu saja sudah sangat mengenal Aji, jadi mereka langsung membukakan kamar untuk lelaki itu. Lampu kamar sengaja tak Aji matikan karena kepalanya memang sangat pusing juga pengaruh alkohol membuatnya tiba-tiba saja berfantasi liar. Sementara itu di lorong hotel, seorang gadis dengan wajah berhias make up dan kebaya modern tampak kebingungan, dia berusaha mengenang nomor kamar dimana saat ini temannya sedang berada karena nomor telepon temannya itu tak tersambung, mungkin sudah kehabisan baterai temannya memang sudah lebih dulu sampai di hotel. Mereka baru saja selesai mengisi acara di kediaman seorang pejabat negeri ini. "Tadi Hesty bilang kamar berapa ya? Aku lupa lagi, 034 deh kayaknya," ujar gadis itu masih sambil mengenang. Karena tak kunjung bisa dihubungi, akhirnya gadis itu meyakinkan diri bahwa kamar yang sekarang ada di depannya ini lah kamar temannya itu. "Tadi Hesty bilang kamarnya kan gak dia kunci," ujar gadis itu lagi, jadi dia mulai menekan gagang pintu dan benar saja, pintu itu tidak terkunci sama sekali. Senyum gadis itu jadi mengembang, artinya dia tidak salah kamar. "Tuh kan bener ini." Dengan yakin akhirnya dia masuk. Namun, situasi di kamar itu begitu gelap. Apa iya Hesty sudah tidur? Dia jadi bertanya-tanya. Gadis itu semakin mendekat ke arah tempat tidur, cahaya remang dari lampu kecil dekat ranjang membuat dia akhirnya bisa melihat sekeliling. Tak ada seorangpun? Baru saja dia berbalik, tak sengaja tubuhnya membentur seseorang. Seseorang yang nampaknya baru saja keluar dari kamar mandi karena bajunya yang sedikit basah. Seseorang yang pastinya itu bukan temannya sebab di depannya kini berdiri seorang lelaki yang jauh lebih tinggi darinya. Belum sempat gadis itu bersuara, seseorang dengan lengan kekar itu sudah menarik pinggangnya yang ramping, merapatkan tubuh mereka hingga bisa dia rasakan aroma maskulin itu menguar ke indra penciumannya, bercampur dengan bau alkohol yang begitu kuat. “Lepaskan aku!” Seolah sadar bahwa dirinya dalam bahaya besar, gadis itu berusaha mendorong pemilik tubuh atletis itu. Tubuh yang dia tahu sekali sangat bagus saat dia tak sengaja menyentuh otot d**a bidang pria di depannya itu. Sayang, Aji sudah terbawa hasrat juga karena mabuk dan meracau tak jelas. Terasa kebaya yang dikenakannya terlepas paksa, robek di sembarang sisi. Kekuatannya tak sebanding untuk melawan tenaga orang mabuk yang tengah dikuasai nafsu durjana. “AAAKHHH!” Gadis itu memekik ketakutan sekaligus geram dengan pria yang kini sudah menekan tubuhnya di atas kasur yang empuk. Ia tak mampu melawan, tenaganya habis bukan semata karena berusaha habis-habisan untuk melepaskan diri tapi karena sekarang ada sesuatu yang bergejolak di dalam dirinya sendiri saat Aji memberikan sentuhan-sentuhan memabukkan di beberapa titik tubuhnya. Dia terangsang? Ia segera menggeleng, dia tidak boleh membiarkan kehormatannya hilang. "Jangan! Tolong lepaskan! Aku nggak kenal kamu! Lepaskan aku!" Mendengar gadis itu meronta-ronta, justru hasrat Aji semakin menggila hingga menguasai otaknya. Dia tak peduli, hasratnya harus segera dituntaskan. Salah sendiri gadis itu datang kepadanya di saat dia sedang mabuk dan dikuasai nafsu. Tanpa membuang banyak waktu lagi, dihimpitnya tubuh molek gadis itu dengan kedua kakinya, tangannya bergerilya, kembali merobek paksa setiap serat kebaya yang memang tidak terlalu tebal itu hingga kini menyisakan sebuah kemben hitam dengan dua buah d**a ranum di baliknya. Mata Aji nyalang dalam kilatan remang lampu. Gadis itu masih meraung, menangis tertahan seraya memukul-mukul keras d**a Aji yang bidang yang tak lagi alasi baju itu. "Diam!" bentak Aji tanpa mempedulikan rintihan kesakitan gadis itu. Hingga tak ada lagi tenaga bagi gadis itu untuk melawan. Ketika benda keras menghantam pertahanan terakhirnya yang selama ini dia jaga dengan baik, membuatnya kembali menjerit, barulah Aji menyadari bahwa gadis yang tengah digagahinya ini adalah seorang perawan. Namun, hasrat yang sudah membara tak bisa Aji hindari, dia terus aja memacu pertempuran yang tidak seimbang ini, membolak-balik tubuh perempuan yang tak lagi berdaya itu. "Jangan! Tolong lepas!" Gadis itu mencoba melepaskan diri ketika dia sadari Aji nampak berhenti sesaat dan menahan dirinya untuk tetap menyatu bersama lelaki itu. Gadis itu menggeleng, berharap cairan yang keluar dari tubuh Aji tidak membanjiri area sensitifnya apalagi sampai mengaliri rahimnya. Namun, sayangnya Aji juga tak bisa melepaskan gadis itu begitu saja. Hingga semuanya terjadi begitu saja. Aji terjerembab jatuh ke atas tubuh gadis itu. Gadis itu dengan susah payah Menyingkirkan beban berat di atas tubuhnya. Dia segera pergi ke kamar mandi, berusaha untuk membersihkan tubuhnya yang sebenarnya tak lagi ada tenaga untuk berdiri. Ini pengalaman bercinta pertamanya dan direnggut begitu saja oleh lelaki yang sama sekali tidak dia kenal. Keluar dari kamar mandi, gadis itu kebingungan harus memakai bajunya lagi karena sudah robek di sana sini. Namun, dia bersyukur rok semata kakinya masih bisa dipakai. Gadis itu kemudian memakai dengan terburu-buru, lalu melihat sekeliling dan melihat kemeja Aji yang terkapar di lantai. Tidak ada pilihan lain, dia hanya bisa memakai benda itu untuk menutupi atas tubuhnya. Dengan rasa sakit hati juga airmata yang terus meleleh, gadis itu berjalan keluar dari kamar, dilihatnya sekali lagi wajah lelaki yang telah merenggut kehormatannya itu. Tepat saat dia telah di luar, suara ponselnya berdering. "Jenar, kamu dimana? Aku tungguin loh dari tadi. " "Aku ..." "Aku di kamar 054. Tadi hapeku lowbet, makanya ku tunggu batrenya ngisi dulu. Kamu sini cepetan, aku udah ngantuk, besok kita musti balik ke kediri penerbangan pagi." "Iya, Hes aku ke sana." Jenar mematikan sambungan telepon. Ternyata dia memang salah kamar dan hal itu malah jadi malapetaka untuknya. Jenar berusaha menghapus airmatanya lagi dan menuju kamar dimana temannya sudah menunggu itu. Sementara pagi harinya, Aji terbangun dengan tubuh lebih segar, dia berusaha mengingat mengapa dia ada di kamar hotel dengan keadaan tanpa busana itu. Aji tak bisa mengingat apapun, dia mencari kemejanya tapi tak ada. Hanya ada celana juga kaus putihnya di dekat kasur. Aji segera ke kamar mandi, berusaha mengingat tapi kepalanya malah semakin pening. Karena belum juga bisa mengingat apapun, Aji memutuskan segera memakai baju kaus dan celananya itu. Ponselnya kemudian terdengar berdering, ada banyak panggilan telepon dari Alin, istrinya. Baru saja Aji hendak melangkah keluar, dia terhenti sesaat ketika melihat sebuah benda berwarna merah di dalam tong sampah. Benda itu sudah sobek di beberapa sisi. Aji mengabaikannya lalu segera pergi. Hingga satu bulan telah berlalu dari kejadian di hotel saat itu, Jenar merasa ada yang aneh dengan dirinya. Beberapa tanda-tanda dan gejala pada perempuan hamil membuatnya nekat membeli sebuah tespack. Pagi harinya Jenar langsung mencoba alat itu dan Jenar menutup mulutnya, melihat dua garis begitu jelas pada benda pipih itu. Dia hamil!

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook