bc

CEO-KU TETANGGAKU

book_age16+
283
FOLLOW
2.5K
READ
HE
arrogant
boss
bxg
kicking
office/work place
like
intro-logo
Blurb

"Sekretaris atau asisten rumah tangga sih aku ini?" gerutu Mila sambil menyetrika kemeja putih milik Nico."Ya … kamu sebagai sekretaris merangkap tetangga harus selalu siap kapan aja aku perlu," ucap Nico santai melihat sekretaris cantik itu menyetrika baju miliknya, membuat gadis itu semakin menggerutu.***Selesai cuti dari Bali, Mila Hayfa, gadis cantik berambut coklat itu merasa hidupnya sangat apes karena diminta menjadi sekretaris pengganti untuk CEO baru sekaligus duda menyebalkan yang bernama Nico Ravindra. Tak hanya itu, kini pria itu menjadi tetangga sebelah rumahnya.Sifat keduanya yang bertolak belakang membuat mereka sering berselisih pendapat, tapi Mila hanya bisa mengalah dan melakukan perintah Nico dengan terpaksa.Intensitas kebersamaan mereka yang sering membuat rasa benci di awal mulai berubah menjadi percikan-percikan asmara yang terasa aneh bagi mereka berdua. Akankan restu berpihak pada mereka saat kenyataan di masa lalu terungkap?

chap-preview
Free preview
Kejadian Apes
Alarm yang gadis itu atur pukul setengah enam pagi untuk membangunkannya sama sekali tak ia dengar. Padahal biasanya ia akan tetap terbangun mengikuti alarm tubuh meski alarm di ponselnya tak terdengar dan seingatnya ia tidur tidak terlalu larut. Alhasil, ia terbangun di pukul enam lewat sepuluh secara terkejut. Tanpa basa basi ia langsung pergi ke kamar mandi dan memangkas waktu mandinya, yang biasanya sekitar lima belas menit menjadi lima menit saja. "Aduh pakai ini aja lah." Mila mengambil dress selutut berwarna biru malam dan membalutnya dengan blazer berwarna hitam. Ia tak memiliki untuk memilih-memilih baju saat genting seperti ini. Jarak antara kantor dan rumahnya yang cukup memakan waktu membuatnya memutuskan untuk tidak berdandan di rumah. Menyampirkan tasnya di bahu, ia lalu memasukkan beberapa alat make up serta beberapa skincarenya ke dalam tas kecil berwarna hitam. Tak lupa ia mengambil dua bungkus roti sebagai pengganjal lapar perutnya. Dengan sangat terburu-buru ia masuk ke dalam mobil dan bergegas menuju kantor dengan kecepatan yang sudah sangat maksimal. Reminder Seluruh karyawan segera berkumpul di aula kantor. Akan ada pengarahan dari CEO baru kita. Paling telat pukul 07.05 WIB Sebuah pesan pemberitahuan dari w******p grup kantor masuk di smartwatch yang Mila pakai. Satu tangannya meraih ponsel dan menghubungi Dea untuk menanyakan kejelasan pengumuman di grup kantor barusan. Ia semakin gugup saat Dea membenarkan pengumuman itu dan mengatakan kalau semua karyawan sudah berkumpul di aula kantor. Mengakhiri panggilannya dengan Dea, ia langsung tancap gas menuju kantor sebelum benar-benar terlambat. Tepat pukul tujuh Mila tiba di lobi kantor dan meminta tolong pada petugas keamanan untuk memarkir mobilnya. Tanpa membawa apa-apa ia segera masuk lift dan menekan angka sepuluh. Dengan napas yang ngos-ngosan ia berlari keluar dari dalam lift sambil melambaikan tangan pada salah satu karyawan yang hendak menutup pintu, beruntung ia masih sempat masuk di saat-saat terakhir. Berdiri paling belakang, Mila mengatur napasnya yang naik turun akibat berlari mengejar waktu. "Aduh, lupa bawa ponsel lagi," gumamnya dalam hati meraba saku blazernya. "Kelihatan capek kamu, Mil," tegur seorang pria di sampingnya. "Hampir telat," sahutnya pelan sambil merapikan sedikit rambutnya. Dari arah depan aula terdengar suara Priska-sekretaris bos yang sedang hamil besar meminta kepada seluruh karyawan agar merapikan barisan sesuai dengan divisi tempat mereka bekerja. Seketika suasana ruangan berubah menjadi gaduh karena sibuk mencari posisi masing-masing. Hal itu menjadi satu keberuntungan bagi Mila, jadi ia tidak ketahuan kalau datang hampir terlambat. Setelah celingak celinguk mencari keberadaan Dea dan teman seruangannya yang lain, ia langsung menerobos kerumunan orang saat melihat lambaian tangan Dea yang memberitahu posisi divisi mereka berdiri. "Gak dandan, Mil?" bisik Dea memberikan nametag pada teman seruangannya itu. Mila menggeleng cepat sambil mengalungkan kartu pengenalnya di leher. Suasana aula yang tadi gaduh seketika langsung hening saat seorang pria mengenakan jas hitam berdiri di depan mereka semua. Mila yang berada di barisan belakang tidak bisa melihat wajah pria itu, karena terhalang oleh tingginya badan salah satu teman seruangannya. Ia hanya bisa mendengar suara pria itu dari tempatnya berdiri, lagi pula ia juga tidak terlalu peduli dengan CEO baru itu. Mengawali pertemuan pagi ini, Priska selaku sekretaris CEO yang dulu, langsung memperkenalkan pria berjas hitam itu sebagai CEO baru pengganti CEO lama mereka. Ia mundur beberapa langkah setelah memberikan mic pada pria itu. Beberapa orang yang berdiri di sekitarnya tampak berjinjit, penasaran hendak melihat pria yang sedang berbicara di depan mereka. "Selamat pagi semuanya," sapa pria itu dengan suaranya yang berat. Serempak semua karyawan menjawab ucapan pria itu. Beberapa wanita terdengar berbisik-bisik memuji wajah tampan pria itu. "Saya Nico Ravindra, CEO baru yang ditugaskan untuk menggantikan Pak Prio." Ucapan tegasnya membuat semua orang menutup rapat mulut dan menatap lurus ke depan. "Tolong divisi head-nya memperkenalkan setiap karyawan yang berada di bawahnya," perintah Nico mengedarkan mata elangnya ke arah orang-orang yang berdiri tepat di hadapannya. Petugas teknisi sigap memberikan mic pada salah satu karyawan yang kemudian estafet berjalan menuju divisi head. Setelah beberapa divisi head memperkenalkan anak buahnya. Tiba giliran Pak Irwan yang memperkenalkan divisi apa yang ditangani dan anak buahnya. "Selamat Pagi, Pak Nico dan rekan-rekan semua. Perkenalkan, Saya Irwan Akbar divisi head keuangan yang berada di lantai dua belas," ucapnya melempar senyum pada Nico. Pak Irwan kemudian sedikit berpaling dan mulai memperkenalkan anak buahnya yang kebanyakan diisi oleh para wanita. "Ini Dea dan yang terakhir adalah Mila," ucap Pak Irwan mengakhiri perkenalan dari divisinya. Nico lalu berjalan lebih dekat ke arah Pak Irwan dan timnya. Menatap satu per satu orang yang ada di depannya, dan berhenti di depan Mila. Ia lalu menanyakan nama karyawan terakhir yang Pak Irwan perkenalkan barusan. "Kamu gak mandi ke kantor?" Pertanyaan Nico membuat semua orang yang ada di aula reflek menatap ke arah Mila. Memperhatikan penampilan gadis itu dari bawah hingga atas yang sekilas terlihat rapi, tapi hanya kurang fresh karena tidak menggunakan riasan wajah. Mila menelan salivanya. Ia sudah mandi hanya memang tidak sempat berdandan, beruntung ia masih sempat merapikan rambut. "Maaf, Pak," sahut Mila masih menunduk dan tak ingin memberikan pembelaan apa-apa. Ia pikir pembelaan itu tidak perlu ia berikan mengingat pekerjaannya tidak berhubungan langsung dengan bos barunya itu. Baru berjalan beberapa langkah, Nico berbalik dan menatap Mila lagi. "Saya harap kedepannya kita dapat membangun perusahaan kita ini menjadi lebih maju lagi," ucap Nico mengakhiri pertemuannya dengan seluruh karyawan. Begitu keluar dari dalam aula, Mila harus terima kalau beberapa karyawan yang berpapasan meledeknya belum mandi akibat ucapan Nico tadi. Ia hanya bisa tertawa kecil menutupi hatinya yang sebenarnya sedang kesal. Ia lalu menghampiri Pak Irwan dan meminta izin ke parkiran untuk mengambil tas dan peralatannya di mobil. "Ngeselin banget. Beda sama Pak Prio," umpat Mila dalam hati membandingkan Nico dengan CEO lamanya. Kejadian di aula barusan benar-benar membuatnya malu sekaligus marah bercampur kesal. *** "Dari tadi bete aja," ucap Dea menyenggol lengan Mila yang sejak kembali ke ruangan memasang wajah masam. "Gara-gara pertemuan tadi pagi? Yang kamu dibilang belum mandi sama Pak Nico?" Dea malah mengungkit kejadian tadi pagi dengan sangat jelas. "Gak usah dibahas lagi, De. Jadi makin bete," sahut Mila menekan tombol keyboard dengan sedikit keras. Melihat reaksi Mila yang seperti itu, Dea mengacungkan jempol dan kembali dengan pekerjaannya. Sambil menunggu cetakan laporannya selesai, Mila membuka salah satu sosial media melihat video-video lucu. Namun, saat asyik mengusap layar ponsel, ia menyadari kalau suasana ruangan yang tadinya gaduh tiba-tiba saja menjadi hening. "De, ada hantu lewat kayaknya deh," celetuk Mila berpaling menatap Dea. Wajah Dea sedikit tegang berusaha memberi kode dengan tatapan mata pada Mila, yang kemudian Mila reflek memutar kepalanya mengikuti gerakan mata yang Dea berikan. Matanya melotot melihat siapa yang berdiri persis di sampingnya, CEO mereka yang baru perkenalan tadi pagi. "Ini emang main sosmed aja kerjaannya?" tanya Nico melemparkan pandangan pada mereka yang ada di ruangan satu per satu. Mila terdiam sambil menunduk dan mengunci layar ponsel miliknya. Ia tak bisa mengelak karena yakin Nico pasti melihat apa yang sedang ia tonton melalui ponsel. "Gak juga, Pak," sahut Pak Irwan cepat, "kerjaan kamu sudah selesai kan, Mil?" Pak Irwan berjalan dan berdiri di samping Mila. Sebagai atasan dia tidak mau anak buahnya terlibat masalah, apalagi dengan top manajemen. Pak Irwan ini adalah salah satu atasan yang baik dan mau pasang badan untuk anak buahnya. "Sudah, Pak. Ini baru selesai cetakannya," sahut Mila mengambil lembaran-lembaran kertas dari printernya sembari mengetuk-ngetuk tumpukan kertas itu ke atas meja agar rapi. "Kalau gitu bawa laporannya ke ruangan saya," pinta Nico berpaling. Mila menarik-narik tangan Pak Irwan meminta tolong agar jangan sampai dia yang ke ruangan Nico. Takut melihat ekspresi Nico yang seperti itu. "Baik, Pak. Saya yang antar setelah saya periksa," ucap Pak Irwan coba menyelamatkan Mila. Namun, Nico dengan tegas menolak dan meminta Mila datang sendiri ke ruangannya untuk menyerahkan laporan itu. Begitu Nico telah keluar, Dea melangkah cepat ke arah pintu untuk memastikan kalau Nico sudah pergi menjauh. "Horor gitu CEO baru kita ya, Pak," celetuk salah satu dari mereka. "Bener banget. Pas tuh kayak yang di bilang Mila tadi, hantu lewat," sambung Dea membenarkan. Mila yang masih syok karena kepergok oleh Nico tadi, mendekat dan merengek minta tolong pada Pak Irwan. Ia sama sekali tidak pernah berurusan langsung dengan CEO terkait masalah pekerjaan. Kalaupun ada, itu karena dulu ia cukup sering di ajak oleh Pak Irwan hadir di acara kantor yang membuatnya dekat dengan CEO terdahulu. Sambil mengecek laporan Pak Irwan mencoba menenangkan Mila. Ia memastikan laporan yang Mila bawa sudah benar agar tidak menambah masalah lain. Pak Irwan kemudian memberikan laporan yang sudah ia periksa itu pada Mila dan memintanya untuk langsung mengantarkan laporan itu pada Nico di ruangan yang memang berada satu lantai dengan ruangan mereka. Dea yang berada di samping Mila, mengepalkan tangannya ke udara memberikan semangat pada seruangannya itu. "Apes banget hari ini," gerutu Mila melangkah menuju ruangan Nico yang berada sedikit ke ujung dekat dengan jendela kaca besar.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.5K
bc

My Secret Little Wife

read
98.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.0K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook