Aprilia Kamila

1541 Words
Jika ditanya 'what's your biggest dream in your life?' maka akan banyak muncul jawaban-jawaban hebat dari berbagai orang yang mendengar pertanyaan itu. Namun bagi seorang wanita bernama Aprilia Kamila, wanita berusia dua puluh dua tahun itu pasti akan menjawab bahwa mimpi terbesarnya adalah bisa menikmati hasil kerjanya sesuai dengan keinginannya. Mila ingin menikmati hasil dari kerjanya selama satu bulan di sebuah perusahaan untuk sedikit menyenangkan dirinya sendiri bukannya memenuhi segala tagihan-tagihan yang sudah menunggu untuk dibayarkan. Mila harus memenuhi kebutuhan keluarganya sementara dirinya sendiri pun memiliki kebutuhan pribadi dan perlu mempersiapkan masa depannya juga. Ia memang belum memiliki kebutuhan besar karena ia belum berkeluarga namun walau demikian bukan berarti ia belum perlu mempersiapkan masa depannya sendiri. Mila sendiri memiliki prinsip bahwa ia harus memiliki persiapan yang matang untuk masa depannya sendiri. Ia tidak mengetahui seperti apa jodohnya dan bagaimana kehidupan keluarganya nanti. Untungnya Tuhan berbaik hati pada Mila dengan mempermudah jalannya masuk ke dalam perusahaan besar yang menjadi incaran para lulusan baru. Mila berhasil melewati serangkaian test panjang Algantara Group yang membuka lowongan pekerjaan untuk posisi staff business analyst. Mila berhasil menjadi salah satu dari lima orang yang berhasil lolos dalam rangkaian proses penerimaan karyawan baru perusahaan besar tersebut. Dengan gaji umr, Mila mulai menggantikan peran orang tuanya untuk membiayai keluarganya. Keluarga Mila memiliki sebuah toko kelontong yang terletak di depan rumah mereka, namun karena munculnya beberapa mini market di dekat rumah mereka, toko kelontong milik keluarga Mila pun perlahan sepi. Uang yang dihasilkan dari toko itu tidak bisa mencukupi kebutuhan di dalam rumah itu. Beruntung kedua adik Mila, Kemal dan Kikan bersekolah di sekolah negri yang tidak dipungut biaya, namun walau demikian kedua adiknya tetap membutuhkan biaya untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan mereka dalam proses belajar disekolah. Bekerja di Algantara Group bukan hal mudah bagi Mila. Mila bekerja dibawah pimpinan Ryandra Algantara yang berhasil mengacak-acak isi kepalanya untuk belajar segala sesuatu dari awal. Ia harus bekerja dengan fokus tingkat tinggi, minim kesalahan dan hasil sempurna. Beruntung Mila memiliki Keyra sebagai senior satu timnya. Namun ada masanya Mila bersikap idealis ingin menunjukkan kemampuannya tanpa bergantung dengan seniornya. Tapi sialnya langkahnya salah besar dan ia menyebabkan kekacauan. Mila merasa bersalah dan belajar untuk percaya akan seniornya. "Mbak Key, Gue udah kirim laporan yang mesti gue kasih ke Pak Ryandra sore ini ke email lo, Mbak. Minta tolong dicekin dulu ya, Mbak." Keyra mengangguk, "Lo udah periksa ulang?" Mila mengangguk, "Udah, Mbak. Tapi gue takut nanti ada yang gak pas." Seseorang melakukan kesalahan adalah sebuah tindakan wajar dan manusiawi namun tidak menjadi manusiawi dan tidak wajar jika kesalahan itu terus berulang-ulang terjadi. Mila mencegah kesalahannya terulang kembali. Mila harus mempertahankan pekerjaannya demi keluarganya. Mereka semua bergantung pada Mila. Jam istirahat, Mila dan keempat temannya memilih istirahat di dalam ruangan mereka. Mila selalu membawa bekal demi mengirit pengeluarannya. Mila harus pandai-pandai mengatur keuangannya demi terbayarnya semua tagihan-tagihan yang keluarganya miliki disaat teman-temannya bebas membeli apapun yang mereka mau. Menyedihkan. Mil, nanti temenin Ibuk ke arisan keluarga. Jangan alasan terus. Satu pesan dari Ibunya berhasil membuat Mila menghela nafas panjang. Teror mamanya agar ia ikut ke acara keluarga lebih menyeramkan dari omelan bosnya. Mila malas untuk ikut karena menurutnya pergi ke acara arisan keluarga hanya akan menguras emosinya mendengarkan sindiran-sindiran soal statusnya yang masih sendiri sedangkan para sepupunya sudah memiliki pasangan bahkan ada yang sudah merencanakan pernikahan mereka. Mila bukannya tidak memiliki teman dekat. Mila saat ini pun sedang dekat dengan seorang pria. Seniornya di kampus dulu bernama Reyhan. Pria itu juga bekerja di Algantara namun berbeda divisi dengannya. Reyhan bekerja dibagian human resources namun hubungan mereka hanya sekedar dekat tanpa ikatan. Statusnya tetap saja jomblo. High quality jomblo. "Kenapa muka lo mendung begitu?" Ardian bertanya padanya dengan wajah bingung. Mila menghela nafas panjang dan menunjukkan ponselnya pada teman satu divisinya itu. Mila, Ardian, Jess, Imran dan Doni adalah lima orang yang berhasil masuk ke divisi yang dipimpin oleh Ryandra Algantara namun Imran dan Doni akan segera resign karena tidak kuat dengan load kerja yang Ryandra berikan. Ardian meringis membaca pesan yang Mila tunjukkan. "Lo dikejar-kejar emak lo soal jodoh? Emak lo kayak emak gue." Mila meringis mengangguk. "Perlu gue bantuin?" Mila langsung menatap Ardian. Wajah Mila berubah mendengar pertanyaan Ardian barusan. "Gimana cara lo bantuin gue, Ar?" Ardian nampak berpikir sejenak, "Ngopi?" Mila langsung menyipitkan matanya mendengar ucapan Ardian. " Mending lo ngelembur, Ar. Kerjaan lo belom beres, kan? Makanya lo kerja yang serius. Lo sih sambil nonton. Ati-ati ada salah. Bisa ditelen bulet-bulet lo kayak tahu bulat sama Pak Ryandra." Ardian langsung bergidik ngeri. "Gue bisa selesaiin tanpa ngelembur. Tenang aja, Mil. Lagi omongan lo serem banget sih, Mil." Mila menggelengkan kepalanya mendengar tanggapan Ardian. Karena rencana resign Imran dan Doni, hubungan Mila, Jess dan Ardian semakin dekat. Mereka bertiga masih mencoba menilai senior mereka karena memang mereka belum lama bekerja disana. *** Lelah diteror oleh Ibu Widyawati, Mila pun akhirnya ikut ke acara arisan keluarga ibunya itu. Dengan memakai celana jeans dengan kaus berkerah berwarna biru muda, Mila akhirnya ikut pergi malam itu. Tempat acara arisan keluarga itu memang tidak jauh. Masih satu kawasan dengan tempat tinggalnya dan Mila pergi bersama Ibunya menaiki 'siti', nama motor honda beatnya berwarna pink. Warna yang dengan sengaja dipilihkan oleh adik-adiknya untuknya yang tidak menyukai warna pink. "Ya ampun, ndukk.. Udah lama banget Budhe nggak liat kamu. Makin ayu aja kamu ini," Budhe Aya, kakak dari Ibunya Mila. Mila dengan sopan santun langsung mengambil tangan Budhenya untuk mencium tangan wanita yang lebih tua dari Ibunya itu. "Apa kabar Budhe?" Budhe Aya tersenyum dan menepuk bahu Mila, "Baik.. Kamu baik, toh? Ayo, masuk." Mila dan Ibunya masuk mengikuti Budhe Aya. Semua keluarga besar Ibunya sudah berkumpul di dalam. Budhe Aya adalah anggota keluarga tertua saat ini. Budhe Aya, Budhe Lita, Budhe Mima dan Ibunya, Widya. Ibunya adalah anak paling kecil yang memiliki tiga kakak perempuan. Keluarganya sibuk bercengkrama namun Mila tidak pernah bisa berbaur dengan sepupu-sepupunya. Ia merasa tidak sefrekuensi dengan mereka semua. Disaat Mila sibuk memikirkan universitas mana yang akan menjadi tempat kuliahnya, sepupu-sepupunya malah sibuk membicarakan soal pria yang dekat dengan mereka. Sepupu-sepupunya tidak pusing ke universitas mana tempat mereka akan melanjutkan pendidikan mereka karena kedua orang tua mereka mampu menguliahkan mereka ke universitas mana pun yang mereka mau. Sebenarnya dulu pun kedua orang tua Mila sama dengan keluarga bude-budenya walau kini kondisinya berbeda karena persaingan usaha yang terjadi. Namun saat itu Mila merasa ia harus belajar dengan benar untuk meraih beasiswa dan masuk ke universitas yang ternama sebagai bentuk bantuannya untuk orang tuanya. Walau tidak mendapat beasiswa penuh namun Mila berhasil mendapatkan keringanan sebesar lima puluh persen asal ia mampu mempertahankan prestasinya dan Mila belajar dengan giat demi menjaga beasiswanya. Mila hanya tidak ingin membebani orang tuanya terlalu berat. "Pacar Mila kemana? Kok gak diajak?" Satu pertanyaan menyebalkan dari Ajeng, sepupunya yang merupakan anak dari Bude Lita. Mendengar pertanyaan itu Mila hanya tersenyum berusaha menjaga wajahnya tetap terlihat bersahabat walau rasanya ia ingin menyemburkan kalimat 'KEPO BANGET SIH LO!' "Mila masih sendiri, Jeng." Ibu Widya menjawab pertanyaan Ajeng, sepupu Mila yang melontarkan pertanyaan kepo tersebut. "Kenalin Mila coba, Jeng. Biar gak sendirian terus." Bagian yang paling menyebalkan dari kumpul keluarga dalam bentuk arisan atau apapun adalah bagian pertanyaan tentang pasangan. Mila sungguh kesal namun ia berusaha menjaga wajahnya agar tetap bersahabat. "Buk.." Mila memperingatkan Ibunya. "Ya, ndak apa-apa toh, Mil. Siapa tau jodoh kamu itu temen sepupu kamu sendiri." Ibu Widya dengan santai mengabaikan peringatan putrinya sendiri. Mila hanya bisa menggelengkan kepalanya menahan emosinya sendiri sambil melihat tingkah ajaib Ibunya. Mila sungguh berharap ia memiliki kekuatan menghilang saat ini juga karena rasanya ia tidak bisa tahan berlama-lama di tempat ini. *** "Kenapa muka lo begitu? Kurang tidur lo semalem? Nonton film korea lagi?" Jess bertanya dengan alis berkerut melihat temannya berwajah lesu dipagi hari. Mila yang sedang berdiri menunggu lift pun menggelengkan kepalanya, "Bukan karena nonton korea. Gue kurang tidur karena dengerin ceramah Mamah Widya." Jess mengerutkan alisnya mendengar ucapan Mila, "Mamah Widya?" Mila mengangguk lesu, "Nyokap gue semalem coba-coba jadi Mamah Dedeh. Dakwah tentang pentingnya mencari jodoh sedari dini." Jess pun sontak tertawa mendengar jawaban Mila, "Kualat lo sama nyokap lo sendiri." Keduanya sampai di ruangan divisi mereka tepat jam delapan pagi. Kalau menurut teman-teman Mila, mereka menerapkan time management. Datang dan pulang kerja sesuai waktu yang seharusnya. Namun berbeda dengan Mila. Ia pulang dan datang tepat waktu karena ia harus mengantar Kikan ke sekolahnya terlebih dahulu dan sore ia harus menjemput Kemal di tempat lesnya. Mila duduk di kursinya dan memandangi seniornya yang memasang wajah lesu, "Kenapa, Mbak?" Keyra menghela nafas panjang dan memandang Mila dengan pandangan nelangsa, "Kerjaan kita nambah, Mil. Bos gila itu baru aja kirim email baru ke gue. Dia juga kirim ke elo." Mila pun panik. Ia dengan cepat membuka laptop yang selalu ia tinggal dikantor itu. "Ada tiga proposal baru yang perlu kita review dan deadlinenya jumat ini, Mil." Keyra melanjutkan dengan nada lemas. Mila ikut lemas mendengar ucapan Keyra. Deadline jumat dan sekarang hari Rabu. Tiga proposal, tiga hari. Mila pun memandang lemas seniornya itu, Keyra menghela nafas panjang, "Fokus ya, Mil. Jangan sampe ada salah. Kita usahain dulu aja." Mila menatap layar laptopnya dengan pandangan nelangsa. Gimana mau cari jodoh kalo kerjaannya aja gak kelar-kelar. Mungkin dirinya memang masih ditakdirkan menyandang predikat high quality jomblo.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD