Bos Gendeng!

1572 Words
Seorang wanita menggunakan pakaian sopan dengan blouse lengan panjang berwarna biru langit dengan celana panjang bahan berwarna hitam berlari menggunakan sepatu model flat memasuki gedung megah bertuliskan HEAD OFFICE ALGANTARA GROUP. Gedung yang baru mereka tempati satu tahun terakhir itu begitu besar untuk menampung ribuan karyawan Algantara yang bekerja dalam gedung itu. Wanita itu berlari secepat yang mampu ia lakukan karena hari ini wanita itu terancam terlambat mengikuti rapat mingguan yang biasa di adakan oleh head departemennya yang ekspresinya selalu menyebalkan layaknya monster yeti. Wanita itu berlari secepat yang ia bisa dan berhasil masuk ke dalam lift sambil terengah-engah. Jam tangannya menunjukkan bahwa ia masih memiliki waktu sepuluh menit sebelum ia terlambat namun sialnya lift yang ia tumpangi saat ini malah berhenti di setiap lantai dan lantai tempatnya bekerja berada di lantai lima belas dari total dua puluh delapan lantai gedung head office Algantara Group. Dengan perasaan tidak sabar wanita itu melihat ke arah layar yang menunjukan angka lantai dimana lift berhenti dan ketika lift sampai di lantai lima belas, wanita itu secepat kilat menuju sebuah pintu. “Terlambat lagi di hari senin, Aprilia Kamila?” Langkah Aprilia Kamila yang biasa dipanggil Mila itu pun berhenti berlari dan memasang wajah waspada saat suara yang amat sangat ia kenal masuk ke dalam pendengarannya. Dengan terengah-engah Mila menoleh kebelakang dan mendapati seorang pria yang jauh lebih tinggi darinya itu sedang mengelap tangannya dengan tissue dan berjalan ke arah tempatnya dengan langkah santai. Mila pun berusaha mengatur nafasnya dan melihat jam tangannya. “Saya belum terlambat, Pak. Masih ada satu menit lagi,” Mila berusaha membela diri. Adriel Dirgantara, head departemen business analyst yang tadi memanggil Mila tadi pun tersenyum sinis melalui Mila begitu saja dan masuk ke dalam ruangan tempat departemennya sekaligus tempat Mila bekerja. Ruangan besar itu di dalamnya dibagi menjadi tiga lapis ruangan dimana pertama masuk akan bertemu dengan meja staff dan mini pantry serta fasilitas warisan Keyra dan Ryandra dulu lalu setelah itu ada pintu masuk ke ruangan bagian para manager lini usaha dimana Mila bekerja lalu selanjutnya ada pintu menuju ruangan kerja Adriel yang terletak di paling dalam dengan tambahan jendela dengan pemandangan kota. Ruang meeting mereka terletak di samping ruangan departemen mereka. Adriel masuk diikuti Mila dan tepat saat di dalam ruangan para manager lini usaha, Adriel berjalan lurus ke arah ruangannya dan berhenti tiba-tiba sambil menatap sinis Mila. “Kamu terlambat, Aprilia Kamila.” Mila yang baru beberapa langkah dari pintu masuk pun menatap sengit atasannya itu, “Saya gak akan terlambat kalo bapak gak nahan saya di depan tadi.” Suasana tegang pun terasa di dalam ruangan itu. Dua orang yang tidak pernah akur itu membuat semua orang yang berada di dalam ruangan pun memandang keduanya dengan wajah was-was. Bayu adalah orang pertama yang selalu menjadi penyelamat suasana. “Driel, tadi elo dicariin bos besar. Calling sekarang gih sebelom elo ditelen doi,” Bayu dengan seluruh kenekatan yang ia punya masuk ke dalam suasana tegang antara Adriel dan Mila. Hari masih pagi dan Bayu tidak mau harinya suram karena pertengkaran dua manusia yang tidak pernah akur itu. Adriel menoleh ke arah Bayu dan mengangguk. Adriel pun masuk ke dalam ruangannya meninggalkan Mila begitu saja. Mila yang masih dalam mode sensi level cabe sebaskom itu pun menyumpah serapahi atasannya. “Duduk, Mil. Lo lama-lama kayak titisannya si Keyra, kerjaan lo marah-marah mulu,” Emily menyuruh juniornya untuk segera duduk agar tidak kembali terkena masalah. Mila pun menghela nafas panjang dan dengan wajah tertekuk sempurna berjalan menuju meja kerjanya dan menempati tempat kerjanya itu. “Anak gadis gak boleh cemberut pagi-pagi gini nanti cantiknya hilang,” Langit menggoda Mila seperti biasanya. Grup The Mighty Kacung Kampret yang dulu beranggotakan delapan orang kini tersisa lima. Kembali ke jumlah awal namun dengan formasi yang berbeda. Dalam grup itu ada Mila, Emily, Langit, Hilman dan Bayu yang masih bertahan bekerja di Algantara Group dengan loyalitas tanpa batas karena tuntutan kehidupan mereka masing-masing. Jelas jabatan mereka kini pun bukan kacung kampret biasa melainkan kacung kampret manager karena kelimanya kini sudah menjadi manager dari lini usaha yang mereka masing-masing pegang dan mereka semua memiliki anak buah yang selalu berhasil menguras emosi kelimanya. Bayu, Emily, Langit dan Hilman masih memegang lini usaha mereka sedari dulu. Hanya Mila yang menggantikan posisi Keyra karena Keyra akhirnya memilih resign setelah menikah dengan bos mereka, Ryandra Algantara. Mila memegang lini usaha food and baverages, Emily memengang lini usaha Fashion, Bayu memegang usaha Tourism, Hilman memegang lini usaha transportation, dan Langit memengang lini usaha Mining. “Untung lo bilangnya anak gadis, Lang. Kalo lo bilang jomblo pasti sudah kena tebas samurai lo pasti,” Hilman menanggapi godaan Langit pada Mila barusan. Mila yang baru saja duduk setelah berlari sekencang mungkin pun dengan cepat meminum air putih yang sudah terisi di botol minum warna biru miliknya itu. Mila memandang ruangan Adriel dengan tatapan permusuhan. Mila memang tidak menyukai atasannya itu. Bagi Mila atasannya itu monster yeti yang gila kerja. Setelah kejadian tadi pagi, wanita dengan tubuh mungil dengan rambut yang selalu dicepol dengan pensil yang menjadi tusuk cepolnya itu keluar ruang meeting dengan wajah tertekuk sempurna. Setelah insiden telat karena ulah Adriel kini Mila mendapat banyak tugas baru dari pria itu membuat wajah cantik itu tidak tertekuk sempurna setelah mengetahui ia mendapat banyak tugas baru. “Sabar ya, Mil. F&B Sekarang memang lagi booming. Lo tahu bagaimana menjamurnya resto dan cafe baru sekarang ini. Jelas ini kesempatan. Lo harus sabar-sabar terima kerjaan dari si Adriel, toh bonus lo juga berlipat-lipat dari doi. Jangan menyerah,” Bayu mendekati Mila dan menepuk bahu juniornya. Keduanya berjalan beriringan menuju meja kerja Mila. Wajah Mila yang tertekuk sempurna kini berubah pasrah. Ucapan seniornya adalah fakta yang tak terbantahkan. Saat ini memang banyak restoran dan cafe baru bermunculan dengan konsep yang beragam. Ia yang bekerja sebagai analis untuk lini usaha food and baverage Algantara Group pun akhirnya memiliki segudang proposal yang harus ia review atas pengajuan pembukaan resto dan cafe yang diajukan oleh team F&B. “Lo coba nanti minta Adriel tambah anggota team lo. Anak buah lo kayaknya juga udah keteteran, Mil.” Mila menghela nafas panjang dan mengangguk sambil duduk di kursinya. Mila kembali fokus pada laptopnya saat Adriel keluar dari ruang meeting dan hendak keluar dari ruangan divisi business analyst, Adriel berhenti menatap Mila. Dari ujung matanya Mila menyadari posisi Adriel yang diam tidak jauh dari posisi mejanya. Adriel Dirgantara, Pria yang menggantikan Ryandra Algantara yang menjadi atasannya dulu itu adalah monster kerja yang menyeramkan lebih menyeramkan dari Ryandra. Mila berusaha mengabaikannya hingga Mila memejamkan matanya saat mendengar Adriel memanggilnya. “April...” Mila pun mengabaikan panggilan Adriel. Mila heran hanya Adriel yang memanggilnya April saat semua orang memanggilnya Mila. “Aprilia Kamila,” Adriel kembali memanggil Mila dengan nama lengkap wanita itu dan memasang wajah datar. Mila pun mengangkat wajahnya, “Bapak panggil saya?” Mila bertanya dengan wajah polos. “Yang namanya Aprilia Kamila disini cuma kamu, Pril. Jangan banyak drama kamu,” Adriel menjawab dengan sarkas plus nada ketus level dewa. Mila meringis, “Panggil saya Mila, Pak. Saya biasa dipanggil Mila, kalo dipanggil yang lain suka gak enggeh.” Adriel memandang datar Mila, “Gak usah banyak alasan. April kan bagian dari nama kamu juga,” Adriel lalu menatap tabletnya sejenak lalu kembali menatap Mila, “Saya kirim email lagi ada lima proposal baru yang harus kamu review. Saya tunggu semua laporannya hari jumat,” Adriel dengan santai memberitaukan pekerjaan baru Mila sambil melihat tabletnya. Bukan hanya Mila, semua karyawan yang berada di dalam ruangan itu pun terhenyak mendengar tugas baru yang Adriel barusan sampaikan. Mereka mulai khawatir bukan hanya Mila yang mendapat tambahan tugas. Benar saja, ketika Adriel menatap Bayu, Adriel dengan santai kembali berucap, “Gue juga baru kirim email ke elo, Bay. Ada tiga proposal baru. Semua laporannya gue tunggu jumat. Presentasi gak pake drama. Harus perfect.” Mila dan Bayu saling berpandangan dengan wajah pasrah. Keduanya hanya bisa mengangguk dan keduanya kompak menjawab, “Akan kami usahakan, Pak.” Adriel menatap sinis Mila karena jawabannya, “Kalo enggak kalian usahain berarti kamu main-main disini, Pril. Saya gaji kalian buat kerjain kerjaan kalian dengan benar. Kerjaan kalian gak akan berhasil kalo gak kalian usaha kerjain.” Mila sudah hendak menjawab ucapan Adriel namun Bayu sudah mendahului, “Ashiaappp, Driel. Shiappp... Gue sama Mila pasti kasih yang terbaik.” Mila pun mengalihkan tatapannya dengan cepat menatap tajam Bayu. Bayu pun tidak mau kalah dengan membesarkan matanya seolah melalui matanya seolah memberi kode peringatan keras agar Mila diam sambil tersenyum terpaksa. Mila pun menyerah mengikuti seniornya itu dengan menghela nafas panjang. Mila pun diam. Adriel menatap kelima manager lini usahanya satu per satu secara bergantian, “Kalian ini manager lini usaha. Kalian harus bisa delegasiin tugas ke anak buah. Jangan semua dikerjain sendiri. Kasih kesempatan anak buah kalian buat belajar maju dan berkembang juga. Belajar jadi team leader yang benar.” Setelah mengucapkan kalimat itu Adriel pun meninggalkan ruangan menyisakan para karyawannya yang mulai kasak-kusuk mengenai pekerjaan baru yang sudah menunggu mereka. Mila menatap Bayu yang sudah terkekeh melihat wajah lesunya, Mila pun mendengus sinis, “Lancar bener ngomongnya dese. Judul jabatan sih boleh manager tapi nasib kacung kampret mah tetap aja jadi kacung kampret biar manager juga!” Bayu tergelak mendengar ucapan misuh-misuh Mila, “Kita ini kan kacung kampret manager, Mil!” Mila mendengus kesal memandang ruangan kosong yang biasa ditempati oleh bosnya itu. Ugh, Dasar bos gendeng!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD