Perasaan....

4267 Words
Rina terlihat cantik malam ini, untuk bertemu secara pribadi dengan Aldo, tanpa Bram ataupun Seno. Lamunannya terhenti saat bel berbunyi. “hmmmm.” Siapa seeeh. Gerutu Rina sambil membuka pintu. Wajah kagetnya melihat Seno di berada di hadapannya. “Abaaaang.” Rina cemberut. “Mau pergi kan.?” Tanya Seno. “Iya.” “Pakai mobil Abang aja yah.?” Rina bingung. Sambil menatap wajah Seno. “Rina pakai mobil Rina aja bang…” Rina menegaskan. “Udah… biar Abang pakai mobil Rina, oke. Ni kunci.” Sambil mencium pipi Rina, mengambil kunci mobil yang tergantung di gantungan kunci. Seno berlalu pergi. Rina hanya fokus pada Aldo. Semoga malam ini menjadi malam terbaik bagi Rina dan Aldo, itu adalah harapan. “Aldo…” Rina bertemu Aldo di lantai atas gedung teringgi Semanggi melihat Kota Jakarta dari ketinggian. Restoran fovorit Arjuna dulu. Aldo tersenyum, melihat kehadiran Rina sendirian dengan sangat anggun dan cantik. Merangkul pinggang Rina, sambil mencium kedua pipi Rina. “Udah lama.?” “Baru nyampe.” Jawab Aldo. Aldo memanggil wanita yang lagi berdiri di bar memilih minuman yang cocok untuk mereka malam ini. “Mi… kenalin ini Rina teman kuliah Papi.” Rina tertegun mendengar panggilan Aldo terhadap wanita itu. Wanita cantik, tinggi, putih, berambut panjang blondy, semampai, sexy. Mengulurkan tangan kepada Rina. “Jessy…” Senyumnya sangat menawan. Wanita oriental bule ini sangat sempurna. “Rina…” Rina mengulurkan tangan kepada Jessy. Rina tertegun melihat senyuman Aldo yang sangat sempurna di malam ini. “Haaaaiiii Rin… napa loe.? Kaget yah… istri gue cantik dari Sisi.” Ledek Aldo sambil tertawa. “Kaget gue… spechles.” Rina duduk di hadapan Aldo dan Jessy. Menikmati indahnya kota Jakarta malam hari. Tanpa di sadarinya Seno ada di hadapan Rina. “Abang…” Wajah Rina kaget, nggak jadi obat nyamuk gue. Pikir Rina. Rina memeluk Seno sambil menggengam tangan Seno. Merasa kehadiran Seno dapat menyelamatkan hati yang sedikit kecewa. “Kenapa Aldo nggak cerita bahwa dia telah menikah. Kenapa dia datang sekarang, tanpa membawa harapan. Rina sangat mengagumi dan jujur dulu sempat mencintai Aldo. Tapi semua berubah, karena Aldo lebih memilih Sisi.” . “Haloooo….” Seno dengan hangat mengulurkan tangan ke Aldo. “Haiii yang kemaren malam, calon suami Rina.?” Sambil melirik Rina Rina tersentak. “Oooh,, hmmm iya…” Rina merangkul tangan Seno. Jessy melihat kehadiran Seno duduk bersama mereka, serasa tak percaya. “Senoo…” sambil mengulurkan tangan. Aldo terperangah kaget. Ternyata Seno dan Jessy saling kenal. “Jessy… oh God… you Jessy. The doctor who treated us in Melborn.?” Jessy tersenyum melihat Seno. Yang tak pernah menyangka akan bertemu kembali, setelah sekian lama tak bertemu. Seno dan Jessy pernah ada kedekatan waktu mereka sama sama di Melbourn Australi beberapa tahun sebelum Seno melanjutkan ke Rusia. “Ya.” Jessy tersenyum ramah. “Are you sure you know Seno Jessy.?” Aldo merasa tak yakin. “Yes… I’m sure Pap…” Jessy dengan simple meyakinkan Aldo. “God, this world is so small.” Aldo merasakan pertemuan malam ini tidak di rencanakan. Rina tertegun, ternyata lingkungannya adalah orang - orang hebat. Malam yang hangat dan indah itu menjadi sejarah bagi mereka. Semua bahagia bisa tertawa lepas sebagai teman lama yang tak pernah berjumpa, setelah menyelesaikan study masing – masing. Antara Rina dan Aldo begitu pula Seno dan Jessy. Sempurna. *** “Mba… Abang di bawah.” Bram berbisik ke telinga Rina yang sejak tadi sibuk membuat draft. “Oke… thanks you Bram.” Rina bergegas turun kebawah untuk menemui Seno yang sudah menunggu di restorant tempat mereka biasa menghabiskan waktu. “Haiii…” Rina mulai nyaman merangkul dan mencium pipi Seno. “Haiii… Geulis.” Seno membuka kursi duduk di sampingnya. “Abang udh pesen yang biasa.” “Oooh… oke.” “Abang besok berangkat Rin.” Jelas Seno. “Kemana..?” Rina mulai merasa tak ingin terulang kejadian Arjuna. “Biasa… dinas geulis, nggak lama, Cuma seminggu.” Jelas Seno kapada Rina. “Jauh…” Rina melihat Seno butuh jawaban yang pasti. “Deket… deket di sini.” Seno menunjuk dadanya. Sambil menggenggam tangan Rina. “Serius atuh Abang.” Rina mulai manja. Seno menatap bibir Rina yang tak begitu tipis, sambil berbisik, “neng ada klien, nanti malam Abang mampir yah ke apartmen.” Berlalu pergi meninggalkan Rina dengan sejuta pertanyaan membuat Rina penasaran. “Hmmmm…. Abang…” Rina menatab punggung Seno tak seperti biasa. Tapi Seno tetaplah Seno, tak pernah mau berbalik jika sudah pergi jika merasakan wanitanya sudah aman terkendali. Tiiiing tooong…. Rina bergegas lari ke pintu untuk membuka pintu, tak lupa mengintip. Memastikan bahwa Seno yang ada di depan pintu. “Abaaang…” Rina memeluk Seno di depan pintu. Seno membalas pelukan Rina sambil mengecup kenging gadis manja itu. Antara Seno dan Rina tak pernah ada ucapan jadian atau apapun. Mereka sangat menikmati kedekatan saat ini, tanpa ada ikatan. “Udah makan neng..?” Seno menutup pintu apartmen. “Lagi nunggu Abang.” manja Rina, sambil berlalu ke meja makan menghidangkan makan malam, dengan lampu remang remang. h ni pikiran Abang Rin..” Seno mulai menggoda Rina. “Apaan seeh… nyalain aja kalau merasa nggak nyaman sama kegelapan.” “Abang nyaman kok.”Seno memeluk Rina dari belakang, membuat hati Rina merasa tak nyaman. “Abang sayang Rina.” Bisik Seno. Rina membalikkan tubuh nya, rasa nggak percaya akan ucapan Seno. Rina merasakan bayangan Arjuna yang ada di hadapannya. “Rina kangen Juna.” Rina memeluk Seno. Seno melepaskan tangannya dari pinggang Rina. Menggenggam pipi Rina. “Sampai kapan neng mengenang Juna.?” Seno serius mentap mata Rina. Rina tertunduk, memeluk kembali Seno. Seno mengangkat kepala Rina dengan penuh kelembutan, mencium bibir Rina dengan lembut. Rina membalas ciuman pertamanya, merasakan darah mengalir deras ke seluruh tubuhnya. Seno adalah pria pertama yang berani menyentuh bibirnya, penuh kelembutan tanpa di duga. Dada Rina terasa sesak saat ciuman berubah menjadi nafsu yang mulai meningkat perlahan. Rina meremas bahu Seno yang tegap. Rina sangat menikmati lenguhan desah nafas Seno sambil memeluk Rina menciumi leher Rina hingga Rina merasakkan ada sesuatu. Sesak, desahan nafasnya. Seno terhenti dengan getaran hp yang berdering sejak tadi. Rina mengatur nafasnya. Bisa dikatakan 27 tahun dia menjalani hidup, inilah the first kiss nya bersama Seno, Abang Arjuna kekasih yang telah tiada. Rina berlari ke kamarnya merasa tak percaya apa yang baru iya lakukan bersama Seno. Inikah dunia Dewasa…? “Rin…. Rina…” Seno menggedor pintu kamar Rina. Rina membuka pintu kamarnya, “Heeeeiiii…” Rina mentap Seno penuh harap lebih. Seno memeluk Rina sambil merangkul ke meja makan. “Lapeeeer.” Canda Seno. Selesai makan Seno menerima telfon kembali dari Papa nya. Besok pagi akan bertemu di Bandara Soeta Jakarta. Rina mencoba memahami kondisi Mama Seno yang tak begitu sehat setelah kepergian Arjuna. “Papa mau kemana bang.?” “Besok ada urusan dulu Abang ama Papa. Kamu baik baik yah. Nggak lama, Cuma seminggu.” Jelas Seno. Rina yang dari tadi melihat pria gagah di hadapannya ini mulai merasakan sesuatu. “Kenapa…?” Seno mulai risih di liatin gadis geulis sunda itu. “Abang… Kalau malam ini nginap di sini mau nggak.?” Pinta Rina manja. “Jangan malam ini yah, Abang jam 1 mesti balik.” Rina melihat jam dinding yang menunjukkan jam 11.00 malam. Seno merangkul Rina kembali. Sambil berbisik, “Masih kangen yah.?” Seno mulai menggoda Rina. “Hmmmmm… geer aaah…” Rina beranjak duduk di sofa depan tv. “Pulang dari Dinas yah. Kita jumpa. Kangen kngenan lagi.” Ledek Seno. “Hmmmm…” Seno mencubit pipi gadisnya. “Bang, serius abang sayang ama Rina.?” Tiba - tiba wajah Rina berubah manja. Usia Seno 30 tahun. Pria sempurna. Masih single. Dari keluarga terhormat. “Serius neng, masak bercanda.” Seno mulai menggoda lagi. Seno bukan Pria romantis seperti Arjuna, melainkan dia menunjukkan dari sikap dan tindakan saja, Seno tak pernah tau apa itu Cinta. Melainkan, dengan sikap dan perhatian yang penting bisa sama - sama nyaman. “Pulang dari Dinas, Abang lamar neng yah. Ke Mami Papi.” Rina kaget. Merasa Seno mulai ngawur. “Serius atuh.” Seno mendekat ke Rina,”Serius neng… Abang serius.” Rina berharap ada bunga, kalung, cincin, atau apalah. Ini sama sekali nggak ada apa apa. Seno merangkul gadis sampai tertidur, sambil menatap wajah Rina yang terlelap di bahunya. Dengan sigap Seno mengangkat gadis itu ke kamar. Mencium kening dan menyelimutkan Rina dengan penuh kedamaian. Dalam wajah gadis itu, ada rasa iba. Tampak lelah dari raut wajah Rina. Menutupi kesepian hatinya. Wanita tangguh yang manja, akan di persuntingnya demi Arjuna. Seno mematikan lampu kamar dan berlalu pergi meninggalkan Rina. Tiiiiiing toooong….. Pagi bel berbunyi. Rina yang baru terjaga dari perasaan tadi malam melihat di depan pintu ada sepasang pria dan wanita. Rina segera membuka pintu apartmen, “Haaaaaaaiiiiiiii…..” Teriakan Sisi sahabatnya yang baru datang dari Texas mengejutkan Rina. “Sisiiiiiii……” Sahabat terbaik Rina hadir tanpa mengabari terlebih dahulu. “Masuk masuk….” Rina melihat Irham dan Sisi baik - baik saja, tanpa baby stelah 4 tahun pernikahan mereka.. “Udah lama gue nggak kesini.” Teriak Sisi. “Hmmmm… baru 4 tahun.” Ledek irham. Rina menelfon kantor untuk nggak masuk hari ini. Minta off 3 hari, karena mau balik ke Bandung. “Kapan loe married.?” Sisi nyeletuk. “Upps… sory…” Sisi menutup mulut, baru menyadari Arjuna telah tiada. “Gue turut berduka..” Sisi memeluk sahabatnya itu. Rina mengahapus dukanya, “Hmmmm… nggak apa - apa.” “Setau gue Arjuna ada Abang. Seno.” Irham mencoba mengingat tentang keluarga Jendral itu. “Udah nikah belum yah..?” Irham berusaha mengingat. Rina hanya tersenyum. Mendengar celotehan suami istri ini yang jauh - jauh datang dari Texas hanya untuk melepas rindu sebagai mak comblang selama dua minggu. “Neng… Abang udah sampai. Bye.” Wa Seno masuk. Hati Rina merasa tenang. Rina nggak pernah mau mengganggu kegiatan pria itu. “Heeeiii… Rin… ini baju siapa..?” Sisi melihat baju kaos milik seorang pria yang ada di kursi tamu. “Ooooh… ehmmmm…” Rina merebut baju itu dari Sisi, Sisi melihat Irham sambil mengedipkan mata. “Udah dewasa loe yah, main rahasiaan ama gue.” Sindir Sisi, Irham hanya melihat berita sambil melahap kue yang ada diatas meja depan Tv. “Brisik…” Celetuk Rina. “Kita balik yah ke Bandung..?” Rina bertanya pada Sisi. “Ogah… gue mau stay di Jakarta dulu.” Sisi sambil memeluk Irham. “Tapi gue udh izin cuti.” Rina bingung ngadapin Sisi, datang mendadak. “Gue mau stay di Jakarta. Irham ada urusan.” Jelas Sisi. Irham yang kelelahan di perjalanan tertidur di sofa depan Tv. “Ya udah deh, kalian istrahat dulu, gue kerja aja. Kamar loe di situ yah.” Rina menunjuk salah satu kamar tamu. Yang akan di tempati Sisi beberapa hari ke depan. “Gue berangkat. Bye.” Rina berlalu pergi meninggalkan Sisi dan Irham di Apartmen milik keluarganya. Di kantor Rina membayangkan wajah Seno yang mulai menganggu pikirannya. Kriiiiing…. Hp Rina berdering, Bram hanya melihat sambil tersenyum. “Abang.” Bisik hati Bram. “Halooo.. Abang.” “Neng, lagi apa.? Ngebayangin Abang yah.” Goda Seno. “Hmmmm… Iya.. ngebayangin kamu ngajakin makan laper.” Rina sambil tertawa menggoda. “Iya, Ntar lagi pulang kok. Oke. See you.” Telfon terputus dari seberang sana. Rina hanya merasakan kerinduan yang mendalam kepada Seno. Perasaannya mulai tumbuh dengan seiring waktu kebersamaan mereka berdua di Ibu Kota. Seminggu kepergian Seno dengan alasan dinas membuat Rina, mencari kesibukan sendiri dengan padatnya jadwal pekerjaan. Hingga cuti yang di ambil di batalkan untuk nanti jika ada urgent untuk balik ke Bandung. Sisi dan Irham pasangan tersweet ini sibuk menghabiskan waktu memanjakan diri ke salon. “Rin… besok ke Bandung yuuk.” Pinta Sisi sambil manicure kuku suaminya. “Ntar dulu deh, kerjaan gue lagi banyak. Malas pulang.” Rina fokus ama android dan laptop. Tiiiiing Toooong… Bel apartmen berbunyi. “Abaaaaang….” Rina memeluk Seno yang berada di hadapannya. Seno membalas pelukan Rina, kaget melihat Irham dan Sisi yang juga kaget melihat kehadirannya di apartmen Rina. “Seno.. ?” Sapa Irham sambil memeluk abang Arjuna. “Ya… How are you.” Seno membalas pelukan Irham. Sisi terkesima dengan ketampanan wajah Seno yang gagah, wajah yang baik penyayang. “Eheeem….” Sisi merangkul tangan Irham, berharap di kenalkan dengan Seno. “Oooh iya… ini istri gue Sisi, sahabat Rina.” Seno tersenyum melihat Rina yang makin hari terlihat cantik di mata Seno. “Kalian nggak lagi reuni kan.?” Seno merasa kehadirannya, tidak tepat. “Hmmmm….nggak kok bang.” Sahut Sisi. “Pantes beberapa hari ini ada yang galau bang.” Sisi mulai meledek Rina yang sedang manatap Seno menyimpan kerinduan sangat dalam seminggu ini. Mata Seno tak berkedip melihat Rina. “Rin… Gue keluar dulu yah. Cari angin.” Sisi berlalu pergi sambil merangkul tangan Irham. Rina hanya memandang Sisi sambil tersenyum, beberapa hari lalu Sisi memaksa Rina untuk cerita deket ama siapa. Rina enggan bercerita. Seperginya Sisi dan Irham, Rina tak berenti berada di pelukan Seno. Sambil memandangi wajah Rina, Seno pun tak pernah merasa senyaman ini dengan gadis indo. Rina merasakan damai dan nyaman selama berada di dekapan Seno. “Neng, Minggu depan kita nikah yah.” Pinta Seno. “Abaaaang.” Rina membelalakan mata serasa tak percaya, di lamar dengan cara begini. “Ini perintah atau ajakan nikah seeh bang.” Rina duduk sembari mangambil teh mint yang di bawa Sisi dari Texas. “Serius… Nikah.” Pinta Seno, sambil mengelus rambut panjang Rina. “Iiiigh… Abang.. Iya, serius. Tapi apakah begini cara ngelamar neng.?” Rina membalikkan wajahnya di hadapan wajah Seno. Seno terdiam, sambil mengelus pipi halus Rina. Jujur Seno bingung memperlakukan wanita manja seperti Rina. Kerena Seno bukan pria romantis. Seno mencium bibir Rina dengan penuh kerinduan. Rina sangat merindukan Seno saat ini. Semua berlalu hingga nafas Rina terasa hangat. Merasa sesak di dada.Hingga…. Tiiiing tooong… Rina tersadar bel berbunyi. Seno mencium kening Rina sambil menghela nafas panjang. Ciuman itu membuat Rina yakin, akan perasaannya, Seno lah pengganti Arjuna. “Hmmmm…” Rina membuka pintu karena yakin itu adalah Sisi. “Nnnneeeng…” Suara Mami Rina yang terdengar seperti suara artis lawas, melengking membangunkan Rina dari lamunan perasaan yang lagi di landa virus cinta. “Kunaon hp nteek di angkat atuh neng. What strong.?” Rina memeluk Mami berlalu masuk. “Mami bang.” Seno berdiri, menyalami Mami yang selalu berpenampilan waaaaaw. “Eeeeh… ayak si Abang. Kumaha.? Damang.?” “Baik Bu.” “Mami rehat dulu nyak, habis shoping di Pondok Indah.” Berlalu pergi masuk ke kamar khusus yang di siapkan kalau ke Jakarta. “Kebiasaan.” Rina menggelengkan kepala melihat Mami, selalu seperti ini kalau lagi riweh di Bandung. Seno mengambil kunci mobilnya, meminta izin, karena waktu sudah menunjukkan jam 11.00 malam. “Besok di jemput.?” Pinta Rina manja. “Oke.” Seno berlalu pergi sambil mencium kening Rina. Rina melihat Seno dari belakang hingga menghilang. Rina melihat satu kotak yang di bawa Seno tertinggal. Hp Rina berbunyi. “Abang nggak bisa romantis, minggu depan kita Nikah, itu ada bingkisan dari Rusia. Nice dreams, bye.” Rina melihat pesan itu terasa terbang keawan. Merasakan makin damai jiwanya. Di buka bingkisan itu, ada kotak cincin, dan tulisan.. “menikahlah dengan ku Rina Brata” Rina bahagia dengan perlakuan Seno. Terlalu menjadikan Rina special. Seperti di cerita Korea indahnya. Mata Rina tertuju dengan isi kotak cincin itu. Sebuah cincin indah berwarna merah muda di hiasi berlian sangat indah. ‘Oooh God… Beautiful.’ Rina bergumam dalam hati, hingga terbang ke awan mimpi. “Sweeet… seperti cerita dongeng.” Ledek Sisi yang sibuk ngobrolin Seno dengan Mami. “Si… Minggu depan neng maried… kamu di sini dulu yah.” Mami meyakinkan Sisi. “Mi… belum tau. dadakan.?” Rina meyakinkan Mami. “Riweh teh budak teh nyak. Seno udh lamar geulis Mami kan.?” Mami menatab mata anak gadisnya yang sudah tak muda lagi. “27 tahun neng. 27. Looong time itu geulis.” Mami menegaskan harus menikah. Sisi tersenyum, melihat sahabatnya di omelin Maminya di usia yang tak muda. “Seno teh kasep, pinter, perwira, bager, tajiiiir, Mami teh seneng ku Seno.” Mami sedikit meyakinkan Rina. “Cuti yah… kita ke Bandung.” Mami Rina meneruskan celotehnya. “Mi… please…” “Please naon neng.?” Mami melotot. Tiiing toong…. “Seno tuh neng.” Mami tau semua gelagat anak gadisnya. Lagi bahagia folling in love kata urang sunda. Rina berlari ke pintu ruang tamu, melihat kedatangan Seno. “Seno… Kadiek atuh, breakfast ku Mami.” Seno mencium pipi Mami, yang dari tadi asyik ngobrol sama Rina, Sisi sebagai pendengar. Rina mencium Mami dan Sisi kemudian berlalu pergi, “Neng… don’t forget cuti, oke.” Mami menegaskan. “Iya.” Rina berlalu pergi dari Sisi dan Mami menggandeng tangan Seno. Seno seperti biasa membukakan pintu mobil dan mengantarkan pujaan hatinya ke kantor. “Bye..” Seno mencium kening Rina. Sambi melihat jari manis Rina. Yang di lingkari oleh cincin pemberian Seno tadi malam.Seno betul - betul menjadikan gadis ini lebih special. “Congret yah Rin.” Terdengar suara Aldo dari belakang. Menghentikan langkah Rina. “Aldo…” Rina tersenyum. “Gue denger dari Jessy, loe mau nikah sama Seno.” “What…. Secepat itukah.?” Rina terperangah. “Nothin’k imposible sis. Trust me.” Aldo pergi meninggalkan Rina, karena ada meeting dengan klien lagi. Aldo adalah partner di perusahaan Rina, memiliki banyak link dan kemampuan untuk semua urusan pembangunan RS, Sekolah, Panti Jompo. Semua mereka yang handle. Bram mendengar berita manis ibu bosnya akan menikah sangat bahagia. Ternyata Bram adalah sepupu dari Mama Seno. Tanpa sengaja bekerja di perusahaan Rina bekerja. “Mba, Abang tadi ngajak saya keluar buat makan siang. Mba rin mau ikut bareng.?” Tanya Bram. “Hmmmm… Lihat nanti yah Bram, Saya mau menemani Sisi hari ini untuk program bayi tabung.”Jelas Rina. “Oke mba.” Bram kembali ke mejanya. Menyiapkan berkas Rina yang di butuhkan Seno. Rina merasa Seno hanya bercanda dengan ajakan pernikahan mereka. Berharap semua segera terjadi. “Ini bang.” Bram menyerahkan berkas Rina ke Seno. “Oke, Makasih yah Bram. Rina jadi pergi.?” “Sepertinya masih diatas bang.” Bram tau Seno sangat mencintai Rina. Bosnya yang baik hati, manja tapi keras kepada Bram. “Bang…” Rina menghampiri Seno lagi ngobrol dengan Bram di restorant gedung. “Haaaai sayang.” Seno berdiri membuka kursi di sampingnya. Rina duduk di samping Seno, sambil melihat - lihat menu apa yang cocok untuk di santap siang ini. “Saya pesen ini aja yah mba.” Pinta Rina menunjuk Pasta dan Salad. “Abang Order apa.?” Rina melihat makanan Seno yang sebentar lagi akan habis. Rina sangat hoby makan beberapa hari ini. Mungkin karena akan menjadi pengantin baru. Bram memohon izin naik ke kantor, selesai makan siang meninggalkan bu bos dan sepupunya itu. “Bang… Kita ke Bandung.?” Pinta Rina. “Nggak bisa sayang, kan sibuk. Ngurusin berkas.” Seno berbisik ke telinga Rina dengan lembut. “Ooooh, ya udah deh, neng ke Bandung nanti pulang kantor ama Sisi dan Mami yah.?” Suara manja Rina membuat gemas Seno. Seno berfikir, apakah gadis manja ini bisa menjadi istrinya nanti.? Dengan beribu kesibukan pekerjaan, dunia yang sangat berbeda sekali dengan Seno. Apakah Rina bisa meninggalkan pekerjaannya dan ikut selalu bersama Seno. Hal ini belum pernah mereka bicarakan. “Neng… Kalau menikah, neng stop kerja yah…?” Pinta Seno dengan lembut. Rina terdiam, membayangkan apa yang harus dia lakukan tanpa pekerjaan. Dengan wajah memelas Rina memohon.”Please… not now bang.” Rina memohon. Seno tersenyum melihat si geulis Rina yang terlalu manja memohon seperti anak kecil. “Oke.. Abang pergi dulu yah.” Sambil merangkul Rina dan mencium kening berlalu pergi dari pandangan Rina. Rina balik ke Kantor, sambil menelfon Mami yang dari tadi menunggu kabar Rina. Sisi udah deluan berangkat ke Bandung bersama Irham di jemput sopir pribadi. Rina bingung. Ini yang dia takutkan jika dia menikah nanti. Dia akan berhenti dari pekerjaannya. Rina harus menunda kepulangannya, karena ada beberapa hal yang harus dia selesaikan hingga bonus keluar, pikir Rina. “Neng… Mami deluan ke Bandung yah, kasihan Papi.” Suara Mami mengejutkan Rina yang tengah berbaring di kamarnya. “Ya Mi… hati hati. Salam buat Papi.” Rina memeluk Mami dan mengantarkan Mami hingga sampai kedepan pintu Apartmen. “Inget… Go home cepet. Sungkem ama keluarga.” Ledek Mami ke Rina. “Iya…” Rina balik ke kamar hingga terlelap. Rina tak menyadari hari ini adalah hari Sabtu, pulas tidur hingga Jam 10 malam. Hp nya berdering hingga 20 miscall dari Sisi, ilham, Seno, Papi dan bi surti. Rina memeriksa, makanan apa yang ada malam ini yang tersisa dari kepergian Mami dan Sisi. Rina memakan kue yang ada di kulkas, sambil menonton Tv. Tiiiiiing toooong….” Rina mengintip dari lubang kecil pintu ruang tamu. “Abaaang.” Rina membuka dengan wajah polos, bego bangu tidur. “Hmmmm… tidur neng geulis.?” Ciuman abang mendarat di pipi Rina. “Iya… Ngantuk.” Rina berlalu sambil tidur di sofa depan Tvnya. “Ada bawa kue nggak bang.?” Pinta Rina manja. Seno nggak ada membawa apa - apa, dia hanya mampir sebentar. Karena ada tugas yang harus di selesaikan besok. Seno menarik tangan Rina menuju balkon apartmen. Melihat indahnya kota Jakarta dari atas Apartmen. “Hmmmmmm….” Rina hanya menikmati pelukan Seno. “Menikah yah.?” Pinta Seno Rina hanya tersenyum mendengar permintaan Seno. Rina hanya memeluk Seno, sambil berbisik, “nikah tetap kerja yah.?” Seno mengangkat alisnya yang tebal. Hanya bisa menarik nafas dalam. “Kalau neng nggak kerja neng ngapain.?” Tanya Rina dengan wajah memelas. “Hmmmm… Geulis kan bisa lanjutin kebun Papi.” Ledek Seno meyakinkan Rina. “Kasih waktu bang. Please..” Rina memohon. “Sampai kapan.?” Seno berusaha mengerti Rina yang belum siap menjadi seorang ibu rumah tangga. “Sampai neng siiap.” Rina mulai bercanda di hadapan Seno. “Hmmmm… kalau nunggu nanti, abang cari Rina lain aja deh yah.” Seno melepaskan pelukan, melihat reaksi Rina. “Kok..?” bibir Rina mulai manyun. Seno mencium bibir mungil Rina, kali ini Rina tak dapat mengehentikan keinginan Seno untuk segera menikahinya. Secara usia sudah cukup untuk mereka berdua. Rina larut dalam ciuman Seno malam itu. Perlahan Seno melepaskan baju kaos tipis yang di gunakan Rina. Nafas Rina tersengal larut dalam gairah cinta Seno. Payudara Rina mengeras, Seno mulai melumat menggunakan lidahnya, masih bersih tanpa noda, di balut oleh bra pink Rina, Rina terangsang hebat, membuat hasrat Seno ingin memiliki tubuh Rina secara keseluruhan malam ini. Rina menikmati setiap sentuhan yang di berikan Seno. Nafas Seno mendesah di telinga Rina, dengan penuh gairah. Rina hanya bisa membalas dengan geliat cinta tubuh yang mulai menginginkan lebih jauh lagi. Sangat bersih dua insan hanyut dalam suasana malam yang makin larut. Rina makin menggeliat saat lidah Seno sudah menjalar sampai ke perut langsingnya. Desahan Rina makin membuat gairah Seno menjadi gila, benar – benar gila. Seno perlahan memasukkan jarinya kedalam celana Rina menyentuh bagian intim Rina yang sudah basah. Rina yang tak pernah berpengalaman dalam hubungan percintaan dewasa hanya bisa pasrah menikmati sentuhan di tiap lekuk tubuhnya. Seno begitu mesra menggoda gadis ini membuat nafas Rina makin tak beraturan. Rina meremas tangan Seno yang berusaha memainkan klitorisnya. “Sabar sayang…” Seno sangat lihai memberikan kenikmatan luar biasa yang belum pernah Rina rasakan. “Uuuuuugh aaaaagh abang… aaabang.” Desahan nafasnya membuat Seno mengetahui Rina merasakan sesuatu. Seno bahagia melihat kekasih hatinya merasa sampai ke puncak walau dengan permainan jari. Seno mencium bibir Rina yang desahannya sangat menggoda, degupan jantung begitu cepat sambil memeluk Seno. Seno seorang militer, bisa menahan apapun. Seno hanya ingin membuat Rina senang tak lebih. Di sofa mereka bermesraan, Rina masih ada rasa penasaran. Memeluk Seno tak ingin membiarkan malam ini menjadi malam penasaran. Jujur Seno sebenarnya tak tahan mendengar bisikan Rina meminta untuk lebih. “Abaaaaang.” Rina mengusap wajah Seno. Seno menggendong Rina ke kamarnya. Dalam hatinya sangat menyayangi Rina, tapi tak ingin merusak masa depan gadis ini sebelum mereka resmi menikah. “Neng, istirahat yah. Abang tidur di depan Tv.” Seno memeluk tubuh Rina yang lelah seperti habis lari 1000 meter. Tak lama Rina menarik Seno memberikan ciuman yang makin luar biasa. Rina meminta lebih malam itu. “Neng…” Seno memeluk Rina erat mengusap kepalanya. “Abang sayang neng, tapi nggak bisa kita lakukan sekarang.” Jelas Seno. Rina membelai tubuh kekar Seno yang berada di sampingnya. Akhirnya membuat Rina terlelap. “Ooooh God… Apa yang gue lakuin ama anak gadis orang.” Bisik Seno. Seno mengambil segelas whine yang ada di kulkas Rina. Menenggak beberapa loki. Lanjut Seno mencuci muka, merasa menyesali perbuatannya ini sudah terlalu. Tapi dia merasa Rina sangat menikmati sentuhannya. Seno teringat masa indah saat bersama Jessy istrnya Aldo saat ini. Tapi tak seorang pun tau hubungan mereka, kecuali Docter Cris. Terjadi begitu saja. Hanya sekali itu melakukannya, beberapa kali bertemu Jessy hanya untuk sesuatu, dan Jessy sudah memiliki tunangan waktu itu. Jessy bukan cinta pertama Seno. Itu hanya hubungan yang berlandaskan suka sama suka. Perasaan ada. Tapi tak pernah bicara tentang hati mereka. Seno sudah melupakan Jessy, dari awal dulu hingga saat ini. Seno tak pernah berhubungan dengan wanita seserius dengan Rina. Seno menginginkan Rina untuk menebus semua kesalahan, yang telah membuat Arjuna tertembak saat itu. Bukan karena Seno sayang atau cinta, melainkan rasa kasihan yang kemudian timbul rasa sayang karena sering bersama. Seno tak tahu apa itu cinta. Yang penting saat ini hati dia tau sangat menyayangi Rina. Just it.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD