bc

Kepincut Satpam Cantik

book_age18+
3
FOLLOW
1K
READ
HE
boss
mafia
bxg
kicking
assistant
seductive
like
intro-logo
Blurb

Dariel, CEO sad boy dari cerita 'Antagonist in Action' akhirnya terpincut lagi pada seorang perempuan setelah sepuluh lamanya menjomblo. Sekar namanya.

Sekar adalah seorang janda muda yang baru bercerai dari suami kejamnya. Ditambah lagi, dia juga sudah punya anak berusia 9 tahun. Sudah begitu, ternyata dia memiliki rahasia gila lain yang sulit dipercaya!

Dapatkah Dariel menanggalkan gelar sad boy-nya kali ini? Atau dia akan mempertahankan gelarnya?

chap-preview
Free preview
BAB I - PERTEMUAN
Sad boy. Begitu sebutan teman-teman Dariel untuknya selama sepuluh tahun ini. Panggilan itu tidak bisa Dariel hindari, karena memang itu kenyataannya. Setelah putus dari pacar terakhirnya, Dariel belum sekalipun melirik perempuan lain. Bukan karena belum move on, tapi dia belum sembuh dari trauma yang disebabkan mantannya itu. Padahal Dariel sendiri juga sudah berusaha membuka hati. Dia bahkan menginstal 3 aplikasi kencan online di ponselnya, dengan harapan bisa menemukan pelabuhan hati yang baru. Dariel bahkan pernah melakukan kencan buta yang diatur oleh Ibu dan teman-temannya. Tetapi, sampai sekarang tidak ada hasilnya sama sekali. “Pak, ini Mbak Rizka dateng lagi di kantor.” lapor Hani, sekretaris Dariel melalui panggilan telfon. Dariel mendengus kasar. Sudah berkali-kali perempuan bernama Rizka itu terus-terusan mengganggunya. Padahal waktu itu Dariel hanya memberi Rizka kesempatan untuk dua kali bertemu dengannya atas desakan teman-temannya. Tapi, nampaknya Rizka salah mengartikannya. “Saya baru aja sampai di Bandung. Tolong suruh dia pulang aja.” perintah Dariel dengan menambahkan dusta. Tanpa babibu, Dariel menutup telfonnya. Dia tidak mau lagi mendengar soal Rizka dari siapapun. Harapannya, Rizka paham dengan kode halus yang dia berikan dan mau menjauh darinya. Tidak seperti yang dia katakan tadi, Dariel sebenarnya masih ada di Ibu kota. Dia baru saja selesai dari kunjungan bulanan ke Hardiansyah Grand Mall, salah satu pusat perbelanjaan besar yang dia kelola. “Apa kita akan langsung ke kantor, Pak?” tanya Bagas, sekretaris Dariel yang menemaninya hari ini sekaligus menjadi sopir. “Gak usah. Kita langsung aja ke cafe tempat janjian kita dengan Pak Rusli.” Tujuan Dariel jelas, untuk menghindari Rizka. Waktunya akan terbuang sia-sia kalau mengurusi perempuan itu. “Baik, Pak. Tapi, apa gapapa? Kita masih ada waktu sekitar dua jam lagi dari perjanjian.” “Lebih baik menunggu daripada kita balik ke kantor, eh malah telat gara-gara satu cewek itu.” Bagas, sebagai sekretaris Dariel, tentu tahu seperti apa hubungan bosnya dengan perempuan bernama Rizka itu. Meskipun Dariel sudah bilang tidak, Rizka tetap saja memaksa. Dengan kekuatan ayah Rizka yang juga seorang pengusaha besar, perempuan itu selalu mampu mendapatkan kesempatan untuk bertemu Dariel. Bisa saja sebenarnya Dariel bertindak lebih tegas lagi, tapi dia tidak tega. Dan Ayah Rizka sebenarnya juga hanya pria jujur yang dimanfaatkan oleh anaknya. “Ng... Pak, sepertinya ada dokumen yang kelupaan.” ujar Bagas saat memeriksa isi tasnya. “Halah... ya sudah. Saya tunggu di parkiran aja.” Terpaksa Dariel berjalan sendirian ke parkiran khusus karyawan. Kunci mobil masih dia bawa, jadi sebetulnya Dariel bisa pergi lebih dulu meninggalkan Bagas. Tapi, itu terlalu boros. Lagipula seperti yang tadi dikatakan, waktu mereka masih cukup. ‘Trak’ Sebuah suara mengalihkan perhatian Dariel. Parkiran karyawan saat itu cukup sepi, karena belum masuk jam pulang. Pengunjung mall juga tidak ada yang ke sana, karena sudah pasti tidak ada mobil pengunjung yang terparkir di area parkir khusus itu. Pria itupun memelankan langkahnya. Sambil sedikit melirik ke samping, Dariel terus berjalan perlahan ke mobilnya yang jaraknya tinggal beberapa langkah lagi. Sementara itu, tangannya merogoh saku dalam jasnya, mengambil sebuah pisau yang sudah dia siapkan untuk berjaga-jaga. ‘Tap... tap...’ Suara langkah kaki semakin mendekat dan semakin cepat. Saat dirasa sudah saatnya, Dariel pun membalikkan badannya, bersiap untuk menghadang penguntitnya itu. ‘SRATS!’ Namun rupanya, ada orang lain yang lebih cepat darinya untuk menghalau serangan itu. “Bapak gapapa?” tanya seorang perempuan berambut medium yang sudah berdiri di hadapan Dariel. Terngiang di ingatannya, sebuah pemandangan yang sama di masa lalu. Saat itupun dia diselamatkan oleh seorang perempuan. Perempuan yang kemudian menjadi kenangan terburuk yang pernah dia miliki seumur hidup. “Pak!” seru perempuan itu lagi. Tidak. Ini bukan perempuan yang sama. Tinggi badannya pun tidak setinggi ‘dia’. “Saya... saya gapapa. Kamu...” Mata Dariel tertuju pada tangan pelaku yang tengah membawa pisau. Rupanya perempuan itu masih selamat, karena tangannya berhasil menghalau pisau tersebut. “Syukurlah.” ujar perempuan itu lega. Dia kemudian memelintir lengan si pelaku hingga menjerit kesakitan. Dan dalam waktu sekejap, penguntit yang badannya dua kali lebih besar dari perempuan itupun terbanting. ‘BRUAKH! Trak!’ Tidak hanya membanting, perempuan itu juga memukul tengkuk pelaku hingga tidak sadarkan diri. Setelah itu, barulah terdengar dengusan lega dari mulutnya. “Waduh, ternyata saya gak terlalu dibutuhkan. Bapak udah siap tangkis toh.” kata perempuan itu saat melihat pisau kecil di tangan kanan Dariel. “Kamu karyawan di sini?” tanya Dariel saat menyadari bahwa perempuan itu mengenakan seragam satpam. “Iya, Pak. Saya sedang patroli. Terus, saya lihat ada orang aneh di belakang Bapak.” jawabnya. Dariel malah termenung tanpa mendengar jawaban perempuan itu. Dia masih memperhatikan perempuan itu dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana perempuan seramping itu memiliki kekuatan yang luar biasa? “Pak. Halo? Bapak beneran gapapa kan?” tanya perempuan itu sambil melambaikan tangannya di depan wajah Dariel. “Oh, maaf. Tadi gimana?” akhirnya Dariel sadar dari lamunannya. “Begini, tadi saya bilang kalau sebaiknya Bapak bawa bodyguard. Masa bos besar kayak bapak dibiarin sendirian gini.” jelas perempuan itu, mengulang perkataan yang tadi tidak Dariel dengar. “Tentu, tentu... tunggu! Kamu tahu saya?” Perempuan itu lalu tersenyum. Anehnya, senyum perempuan itu seakan membius Dariel hingga napasnya terasa sesak dan jantungnya berdebar-debar. “Ya ampun, Pak. Saya memang orang baru di mall ini, tapi masa gak tahu wajah pemiliknya? Bapak kan juga sering muncul di berita tv dan internet.” Segera Dariel menghapus lamunannya. Tidak baik jika image-nya menjadi buruk di depan karyawannya sendiri hanya karena melamun. “Kalau begitu, saya permisi dulu. Orang ini akan saya bawa. Mari.” kata perempuan itu lagi. “Oh, iya iya. Baik. Silakan. Saya akan ke mobil.” sahut Dariel sambil membalikkan badannya. Bodohnya, Dariel baru menyadari sesuatu setelah berjalan beberapa langkah. Bagaimana perempuan itu membawa pria tadi? Apakah dibopong? Sepertinya mustahil. Sekuat apapun dia, membopong pria sebesar itu sudah pasti menyulitkan. Atau jangan-jangan diseret? Bisa jadi. Sudah begitu, Dariel juga baru sadar kalau dia belum mengucapkan terima kasih. Diapun berbalik lagi. “Hey, saya belum...” Siii...ng Kalimat Dariel terhenti, karena ternyata sudah tidak ada siapapun di belakangnya. Padahal seharusnya mereka berpisah baru beberapa detik yang lalu. “Ha... ha..ha... tadi itu... bukan dedemit kan?” gumam Dariel sambil tertawa miris.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
102.1K
bc

My Secret Little Wife

read
97.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.0K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook