5. Bau badan

1088 Words
Hari ini, Rexvan, Bu Dina, Dewa dan Intan sudah berkumpul di sebuah ruangan kerja yang jarang sekali digunakan. Intan dan Dewa sudah paham garis besarnya kenapa dia dipanggil ke sini. Ah tiba-tiba Intan menyesal menjadi orang jujur. Harusnya dia ikut korupsi agar cepat kaya. Namun malaikat baik membisikan kalimat 'uang haram tidak berkah' membuat Intan menghela nafasnya.  "Tidak apa-apa deh gaji pas-pasan, penting halal buat makan. Hihihi!" ucap Intan terkikik geli, sampai tidak sadar ketiga orang menatapnya heran. "Ekhem!" Rex berdehem keras membuat Intan tersentak. Sedangkan Dewa mencubit paha Intan dengan keras.  "Jangan malu-maluin!" bisik Dewa. Rex yang melihat Dewa berbisik pada Intan, langsung menggeram marah. "Biar enak posisinya begini, Intan kamu duduk di samping Pak Rexvan, dan kamu Dewa duduk sini sampingku!' ucap Bu Dina. Ini salah satu perintah Rexvan sebelum masuk ruangan ini. Tanpa membantah, Intan bergeser duduk di samping Rex. Bertukar posisi dengan bu Dina. Dalam hati Rex tertawa keras. Akhirnya dia bisa bersandingan dengan Intan. Sedangkan Dewa, berfikir aturan duduk ini sungguh tidak masuk akal. "Silahkan dimulai, pak!" ucap Dina mempersilahkan. Rex berdehem sebentar seraya mengangguk. "Pertama-tama saya ucapkan terimakasih kepada Dewa dan Intan yang memenuhi panggilan saya. Semoga kita semua di sini dalam keadan sehat semua. Mungkin kalian berdua sudah tau garis besarnya dari Bu Dina. Biar aku jelaskan lagi secara rinci. Jadi, di devisi keuangan ita ada beberapa oknum yang dengan sengaja membuat kesalahan dan memalsukan data. Beberapa rupiah uang juga kandas dibawa kabur. Terimaksih pada Dewa yang sudah melaporkan masalah ini. Dan kecurangan mereka sedang kami tangani lebih lanjut. Dan saat ini saya meminta bantuan kalian untuk mengecek ulang data yang sudah keluar masuk. Untuk Dewa, saya apresiasi kejujuran kamu. Dalam waktu dekat kamu akan saya angkat menjadi manager devisi keuangan menggantikan bu Ola. Saya percaya kepadamu." ucap Rexvan panjang lebar. Intan dan Dewa melongo mendengar penjelasan gamblang atasannya. Dewa tidak habis pikir kalau dia akan naik jabatan secepat ini. Padahal, ia melaporkan kecurangan bukan karena dia mau cari muka, tapi lebih ke rasa cintanya pada tempat kerja yang selama bertahun-tahun mengayominya.  Sedangkan Intan sangat terpesona dengan penjelasan atasannya yang sangat memukau. Rex tidak gengsi mengucapkan terimakasih dan sangat mengapresiasi kinerja karyawan. Rex yang sadar Intan mencuri-curi pandang ke arahnya, hanya tersenyum miring penuh kemenangan. "Kena kau! akhirnya kau terpesona denganku!" bathin Rex terkekeh.  Rex merasa bangga kalau Intan terjerat dalam pesonanya. Bibir Rex juga terus berkedut ingin tersenyum, tapi dia tahan. "Saya merasa terhormat atas apresiasi bapak," ucap Dewa dengan jujur. "Aku yang terimakasih kepadamu. Sekarang, ayo kita sama-sama mengecek ulang berkas-berkas ini." ucap Rex menunjukkan tumpukan berkas-berkas tebal yang isinya arsip keuangan bulanan sampai taunan. Dewa dan Intan mengangguk. Membuka berkas itu dan membacanya dengan teliti. Rex menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Dia tidak akan ikut  mengerjakan karena hitung-hitungan sungguh membuatnya pusing. Rex malah sibuk mencuri-curi pandang ke arah Intan. "Kalau kita nikah, pasti kita saling melengkapi. Aku kurus kamu gendut, aku ganteng kamu jelek, aku bodoh kamu pinter." ucap Rex dalam hati.  "Ah gak sabar pengen menikoeh!" kekeh Rex lagi.  Intan yang merasa ditatap pun hanya bergidik ngeri. Apalagi Rex juga tersenyum sendiri seperti orang sinting. Apa Rex tanda-tanda gila? mungkin saja Rex menuju gila karena frustasi banyak yang korupsi. Intan ikut terkiki geli dengan pemikirannya sendiri. "Ngapain kamu tertawa seperti itu?" tanya Rex yang menyentak ketiga orang yang ada di sana. Intan plonga-plongo. "Kamu itu loh, Intan! malah ngowoh aja." ucap Rex.  "Hah?" Intan makin ngowoh mendengar ucapan Rexvan. Orang pendidikan tinggi dengan jabatan CEO mengatainya ngowoh? mungkin Rex memang sekolah akademik, tapi lupa menyekolahkan mulutnya agar lebih ber-attitued.  "Tidak ada yang boleh tertawa di sini kecuali aku!" ucap Rexvan dengan telak. Intan mengangguk kikuk. Sedangkan Bu DIna dan Dewa juga ikut mengangguk. "Kerjakan dengan teliti, kalau tidak ada yang mengerti tanyakan saja pada Bu DIna!" titah Rex lagi. Dalam hati Intan sudah berusaha memfokuskan pikirannya agar berada di berkas-berkas. Namun apa daya kalau pikirannya terbagi dengan Rexvan. Enaknya jadi bos, tinggal nyuruh-nyuruh dan duduk di kursi dengan anteng. Hanya saja Intan tidak tau kalau Rexvan tidak sepintar yang orang-orang kira. Rex tidak pintar matematika dari kelas satu SD. Namun Papanya malah memilih Rex untuk jadi CEO meneruskannya.  Selang satu jam mengerjakan, Intan mulai tidak nyaman. Beberapa kali Intan tampak menutup hidungnya dengan tangan. Sesekali juga Intan tampak melirik Rex sebelum menutup kembali hidungnya. Rex yang merasakan gelagat aneh Intan, lantas mencium sendiri bau badannya. Baunya wangi, lalu apa yang salah? "Intan, ada apa? kayaknya kamu kurang nyaman." tanya Bu Dina. "Bu, bolehkah saya pindah posisi di samping pak Dewa?' tanya Intan memelas. Rex menggeram marah. Ia mengepalkan tanggannya erat.  "Kenapa?"  "Aku tidak tahan dengan parfum pak Rexvan, maaf!" ucap Intan merasa tidak enak. Rexvan, Dewa dan Dina membulatkan matanya lebar-lebar. Rex makin mencium dalam-dalam bajunya, sama sekali tidak ada bau badan. Parfumnya pun juga wangi karena dia menggunakan dari produk dalam negeri yang limitid editon.  Sebenarnya Intan tidak ingin mengatakannya, tapi dia beneran tidak tahan dengan harum kayu manis dari tubuh atasanya. "Maaf bila bapak tersinggung, badan bapak wangi kok. Cuma saya tidak suka aroma kayu manis, jadi saya sedikit mual." jelas Intan. "Yasudah tidak apa-apa, aku keluar dulu. Selesaikan itu!" titah Rex beranjak berdiri. Laki-laki itu jelas saja merasa terhina dengan kejujuran Intan, apalagi ada Dewa di sana. Pasti Dewa tengah menertawakannya. Dan lagi,  Rex sudah menganggap Dewa sebagai ancaman tikungan tajam dalam mendapatkan Intan. Rex berjalan dengan tergesa-gesa ke ruangannya. Tangannya merogoh saku celananya untuk mengambil hp. Yang menjadi tujuannya saat ini adalah adiknya, Rey. "Halo kak!" sapa Rey saat panggilan Rex sudah tersambung. "Belikan gue minyak wangi yang harumnya menangkan dan tidak tajam, oh iya jangan yang berbau kayu manis. Belikan sebanyak-bannyaknya!" titah Rex cepat. "Lo telefon gue cuma mau nyuruh beliin minyak wangi?" tanya Rey kaget. "Iya lah, apa gunanya adek kalau bukan untuk disuruh-suruh kakaknya." jawab Rex. "Kurangajar banget lo, gue sibuk."  "Oh udah berani bantah kakak sendiri? okey gak papa Rey gak papa. Gue udah biasa lo zolimi." ucap Rex mulai playing victim. "Gak usah ngebacot seolah-olah gue yang salah. Iya gue beliin se-pabrik-pabriknya, puas lo!" teriak Rey di sebrang sana yang sudah pasti sedang emosi. "Bagus, uangnya ngutang dulu, saat barang datang nanti gue ganti." ucap Rex. "CEO apa lo sukanya ngutang orang," Pip!  Rex mematikan sambungan telfonnya sepihak. Pria itu menjatuhkan dirinya di sofa. "Tenang Intan, aku akan berusaha buat kamu nyaman di samping aku. Kalau perlu nanti deodorant ketek aku ganti yang lebih wangi. Jadi kalau kamu mau sembunyi di ketek aku, gak bakal kebauan." ucap Rex terkekeh geli. "Ahay dasar aku kebucinan!" teriak Rex tanpa sadar sambil melempar bolpoint ke luar jendela saking gemasnya dengan diri sendiri.  Gerald dan Keyara yang sejak tadi berdiri di ambang pintu, hanya menatap kelakuan anaknya dengan heran.  {Itu yang kangen sama Gerald dan Keyara, part selanjutnya mereka akan hadir. Janganlupa baca juga possesive series 2}
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD