BAB 4

1065 Words
Fero pun heran melihat cangkir kopi yang mungil dihapannya. 'Ku kira besar ternyata cuma segede gini!' Ucap Fero dalam hatinya mengomentari kopi Espresso. "kenapa cuma di diliatin saja?" Tanya Fey sambil meminum kopinya. Fero pun karena tidak mau terlihat aneh di depan perempuan tersebut dia langsung meneguk kopinya. Wwwwleeeeeeeeee...pruaaahhhhhhhh Fero memuntahkan kopi tersebut. Fey yang sedang asik menyantap Kentang langsung terkejut melihat fero dan beberapa detik kemudian dia tertawa. "Hahahahaha, kamu kenapa kok muntah? lagian espresso langsung di teguk ialah muncrat!" Ucap Fey menutupi tawan dengan tangannya. Fero pun menggaruk kepala dan tersenyum kecil dia malu kepada Fey. "Maap ya aduh!" Ucap Fero yang salah tingkah. "Gak papa santai aja kali, lagian kalo gk tau ngaku aja kali pake acara gengsi segala, udah pesen lagi aja yang manis biar aku pilihkan!" Ucap Fey sambil ikut membersihkan muntahan Fero. Fey pun memanggil pelayan dan memesankan Fero Green tea dingin. Singkat cerita Green tea nya sudah sampai di meja mereka. "Nah coba ini minum pasti cocok dengamu!" Ucap Fey menyodorkan Minumannya. Fero pun meminumnya dan memperlihatkan wajah gembira, pertanda minuman itu cocok untuknya, mau bagaimana tidak green tea merupakan minuman sejuta umat. "Enakk..enakkk!" Ucap Fero dengan wajah malu. "Tuhkann bener kata aku!" Jawab Fey dengan tersenyum. Begitulah Fero dia tidak biasa nongkrong di tempat-tempat seperti itu, meskipun hasil dari pekerjaannya cukup tinggi namun uangnya dia selalu tabung untuk kebutuhan hidupnya, dan sekarang Fero sudah memiliki rumah dan motor itu semua merupakan hasil dari petulangannya bersama banyak perempuan. "Kak kalau boleh tanya kak Fey kerja apa? soalnya jam segini belum pulang!" Tanya Fero mulai meng akrabkan diri dengan Fey. "Aku usaha Fer jadi santai kerjanya!" Jawab Fey sambil terus memakan kentang. "Ohw begitu, hebat ya!" Ucap Fero sambil ikut memakan kentang. "Entahlah, jika boleh milih aku ingin hidup biasa saja dan tidak memiliki banyak masalah!" "Kenapa begitu kak? tidakkah kau bahagia dengan apa yang kamu punya sekarang?" Tanya Fero dengan serius. Fey yang sedang asik makan itu tiba-tiba berhenti dan fokus kepada Fero. "Bahagia aku bahagia, hanya saja rasa bahagia itu kalah oleh rasa sakitku, aku tadi sudah katakan bahwa aku juga memiliki masalah yang rumit" Ucap Fey menatap wajah Fero. "Aku menjadi nakal seperti sekarang bukan tanpa alasan!" Ucap Fey mulai mengkerutkan wajahnya. "5 Tahun yang lalu aku memiliki seorang suami, 1 tahun pertama hubungan kita berjalan baik-baik saja jarang kami cekcok, mungkin karena aku bekerja dan begitupun suamiku, aku bekerja untuk membantu suamiku membenahi ekonomi keluarga!" Fey Mulai melemas nada bicaranya. "Setelah hubungan kita berjalan 1 setengah tahun aku mulai merasakan perubahan dari suamiku, dia sering marah-marah dan keluar malam, suamiku tidak pernah menyentuhku setelah itu, padahal aku selalu ada di rumah dikala malam hari, bahkan hari liburku pun aku selalu menunggunya mengajakku pergi atau b******u!" Fey matanya mulai berkaca-kaca. "Tak lama kemudian aku penasaran dengan apa yang dia lakukan setiap malam atau hari libur, aku kira dia bersama temannya untuk membicarakan bisnis, namun ternyata dia bersama perempuan lain, selama itu aku tidak tahu dia bersama perempuan lain, padahal aku begitu mencintainya, 70% gajihku aku berikan untuk keperluan bisnisnya, namun ternyata setelah bisnisnya berkembang dia malah bersama perempuan lain, akupun menanyakan kepadanya kenapa dia harus selingkuh!" Ceritanya terjeda karena Fey tak kuasa menahan tangis. Fero pun lalu duduk disampingnya dan memegangi tangannya dan sesekali mengusap air matanya. "Dengan teganya dia berkata bahwa aku tidak menarik, aku tidak bisa memuaskannya sebagai istrinya, kaataaaanyaaa aku tidak pandai merayu dan menggoda, bulsshittt ku katakan padanya urusan seperti itu bisa dibicarakan dan akupun bisa mengusahakan, itu hanya omong kosongnya saja!" Ucap Fey menangis dengan penuh emosi. "Dan yang lebih parah orang-orang disekitarku menyalahkanku, kata mereka itu semua salahku karena aku terlalu sibuk kerja, mereka telah di hasut oleh perempuan yang merebut suamiku, beritanya tersebar hingga sampai ke keluargaku, sampai-sampai aku di salahkan kembali oleh keluargaku, yang keluargaku tahu adalah aku tidak menjadi istri yang baik untuk suamiku di ceritanya aku menjadi arogan, pemalas, sampai-sampai aku dituduh seorang perokok!" Ucap Fey menunjukan mimik geram. "Apakah mereka tidak tahu kebenaran tentang suamimu? dan apakah kau tidak membela diri kak?" Tanya Fero yang ikut emosi mendengar cerita itu. "Bagaimanaa aku bisa menjelassskan, bagaimaaananaaaaa?, semua orang telah menyalahkanku semua orang telah mengutukku, jangankan untuk membela diri untuk berbicara saja aku tidak mampu pada saat itu aku tidak mampu menerima kenyataan, aku syok, aku hampir gila karenanya!" Fey Menangis sambil menginjak-nginjakkan kakinya ke teras. Fero mulai paham kondisi Fey, saat itu pasti batinnya sangat tergucang, kenyataan terlalu keras menghantamnya hingga dia tidak bisa berbuat apa-apa, hingga dia tidak bisa membela diri. "Mengapa begitu tidak adil kejadian yang menimpamu kak, seharusnya kakak dalam posisi yang di bela!" Ucap Fero. "Bukan hal yang suulit bagi b******n untuk memutar balikkan fakta!" Jawab Fey sambil mengelap air matanya. "Lalu apakah keluarga kakak masih berpandangan buruk kepada kakak sekarang?" Tanya Fero dengan lembut. "Entahlah aku belum berani mendatangi keluargaku lgi, untuk melampiaskan itu dan pengalih masalahku aku bekerja dan usaha dan sekarang usahaku maju dan aku memiliki tiga ruko emas, namun satu hal yang tidak aku dapatkan dari semua itu yaitu adalah obat luka hati ini yang mengakar, akupun melampiaskan amarahku dengan terjun ke dunia gelap, namun luka itu hanya menghilang sementara dan kemudian datang kembali!" "Keeenaaaapaaaa, keeeeennnaaaapaaa???" Ucap Fey mengadapkan wajahnya keatas dan menginjak-nginjakan kakinya kebawah dengan sangat cepat dan keras. "Maka dari itu aku menyewa banyak lekaki dan bertempur bersama mereka namun aku merasa bahwa aku cukup kuat di atas ranjang, aku cukup lihai diatas ranjang tidak sedikit lelaki yang ku sewa menyerah mengahadapiku, dan sekarang aku tahu bahwa ternyata sebaliknya suamikulah yang tidak bisa memuaskanku, dia lebih lemah dari kebanyakan lelaki pada kenyataanya!" Ucap Fey dengan raut wajah kesal. "Dan lama kelamaan aku malah nyaman di dunia kotor itu, aku mulai memiliki tempat untuk bersenang-senang, aku tahu banyak orang yang mencoba baik di hadapanku namun itu semua hanya karena hartaku, tapi aku tak peduli dengan itu!" Ucap Fey mengkerutkan wajahnya. Fero hanya bisa mendengarkan cerita dari Fey, seandainya dia di posisinya mungkin dia juga akan berbuat hal yang sama. Fey tidak membenarkan apa yang dia perbuat, dia hanya. mengeluh, masalah yang dia hadapi begitu tidak adil baginya, seharusnya dia di posisi korban namun malah di posisi sebaliknya dan semua itu tidak mampu dia telan begitu saja dia perlu merasa tidak baik-baik saja dia tidak boleh membohongi dirinya sendiri. 'Jika aku di posisinya mungkin ada 1 atau 2 yang akan ku bunuh' Ucap Fero dalam hatinya menggrutu. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD