bc

Sekeping Hati

book_age18+
1.1K
FOLLOW
8.7K
READ
family
arranged marriage
confident
dare to love and hate
drama
tragedy
sweet
bxg
first love
polygamy
like
intro-logo
Blurb

Cerita dewasa. Mengandung unsur 21+

Ini pindahan dari aplikasi sebelah yaa! Aplikasi kuning. Dan napenku berbeda di sana. Jika kalian menyukai cerita ini mohon dukungannya dengan Tap Love dan follow akun penulis saya. Terima kasih

Clara seorang penyanyi dan artis papan atas yang memiliki karier cemerlang. Kehidupannya nyaris sempurna. Hanya satu yang ia sesali di dalam hidupnya.

Lima tahun silam, ketika umurnya masih sembilan belas tahun. Clara membuang putri kandungnya demi cita-cita menjadi penyanyi dan artis terkenal.

Semakin dirinya terkenal ternyata semakin kesepian yang ia rasa. Terasa kosong dan hampa. Setelah sukses menjadi bintang top, Clara mencari kembali putri yang telah ia titipkan di panti asuhan.

Namun ternyata putrinya telah di adopsi oleh orang lain. Yang ia tahu, nama putrinya adalah Diva. Dengan cara dan usaha, Clara mencari keberadaan putri yang pernah ia sia-siakan.

Suatu ketika detektif bayaran memberitahu Clara, bahwa putrinya telah ditemukan. Betapa senangnya Clara.

Namun ternyata Diva di asuh oleh Reno dan istrinya. Laki-laki yang telah memberikan benih di rahim Clara lima tahun silam. Laki-laki yang Clara tinggalkan tanpa memberitahu Reno bahwa dirinya telah mengandung anaknya.

chap-preview
Free preview
Separuh nafasku
“Tunggu ...! Aku mohon jangan pergi ....” Seorang wanita terlihat menangis sambil mengemis kepada lelaki di depannya. Si lelaki yang memakai setelan jas rapi dan sepatu hitam mengkilat seakan tidak peduli dengan suara tangisan wanita yang ada di dekatnya. Dengan angkuh dan tidak peduli, si lelaki itu berjalan meninggalkan wanita yang terduduk lemas di atas tanah bebatuan. Kerikil-kerikil yang mengenai betisnya tidak dihiraukan. “Cut!!” seru seorang sutradara yang duduk di atas kursi. “Oke, kita break dulu ....” Suasana yang tadinya sepi berubah menjadi hiruk pikuk kumpulan artis dan kru syuting bersuara. “Clara ... Sejak tadi ada telpon yang mencari kamu,” kata Gina asisten pribadi Clara. Berjalan tergesa-gesa menghampirinya. Kemudian memberikan ponsel milik Clara. “Dari siapa?” tanya Clara. “Katanya dari Toni,” jawab Gina. Clara mengambil ponselnya dari Gina. Dan kemudian melihat log panggilan telpon masuk. Toni telah menelponnya beberapa kali. Clara menekan nomor Toni dan kemudian menelponnya. Suara nada panggilan terdengar di telinga Clara. Tidak begitu lama, terdengar suara Toni yang memanggil namanya. “Miss Clara ... Aku punya kabar bahagia untuk kamu.” Sirat wajah kegembiraan langsung terhias. Kedua mata Clara bersinar terang. Semoga ini adalah kabar yang di tunggu-tunggu olehnya. “Apa kamu sudah mendapatkan informasinya?” tanya Clara penuh harap. Di seberang sana Toni, si detektif bayaran menganggukan kepala sambil tangan kanannya memegang ponsel yang ia sematkan di telinga dan bahunya. “Aku sudah menemukan alamat dimana anakmu tinggal dan dirawat oleh sepasang keluarga muda.” Hati Clara langsung penuh kebahagiaan dan berbunga. Sudah hampir satu tahun ia menanti kabar ini. “Dimana? Aku ingin kesana setelah syuting.” Agar Clara tidak lupa alamat anak yang telah di carinya selama ini. Toni memberitahukan alamatnya dengan sebuah pesan chat. Setelah mengucapkan terima kasih dan berjanji akan mentransfer sisa pembayaran. Clara menutup teleponnya dan kemudian melihat pesan chat yang dikirimkan oleh Toni. Di sana tertulis alamat anak Clara yang bernama Diva. Ya, setahun yang lalu saat Clara kembali lagi pada yayasan panti asuhan dimana Clara menitipkan bayinya. Hanya informasi sebuah nama Diva yang Clara dapatkan. Pengurus yayasan sama sekali tidak mau membocorkan informasi lanjutan demi menjaga kebahagiaan orang tua asuh adopsi. Karena memang lima tahun silam, Clara dengan relanya menyerahkan bayi perempuan mungil pada yayasan panti asuhan ini. Setelah syuting selesai. Clara meminta ijin pada Nia, managernya. Nia terperangah mendengar pengakuan Clara yang akan mendatangi putrinya. “Apa? Setelah bertahun-tahun? Aduh ... Kamu engga takut karier kamu hancur?” “Aku hanya ingin melihat dan ketemu putriku aja ... selama ini, aku hidup dalam rasa bersalah.” Pandangan Clara tertunduk. Nia menepuk pundak Clara. “Aku ngerti. Tapi apa kedatanganmu, tidak membuat anakmu menjadi bingung?” Clara terdiam. Perkataan Nia ada benarnya. “Aku engga akan bilang apa-apa padanya. Aku hanya melihat.” Nia tersenyum simpul menanggapi. Percuma saja ia melarang Clara yang tidak dapat di atur. Segala sesuatu yang ia katakan, pasti Clara tidak akan mendengar. Karena Clara selalu mengikuti kata hatinya sendiri. Entah itu benar atau salah. *** Clara memperhatikan sebuah rumah yang sederhana namun tampak indah dan nyaman. Rumah ini bernomer sepuluh dengan alamat yang sama seperti Toni beritahukan di pesan chat. Clara mengetuk-ngetukan jarinya di setiran mobil. Kuku jarinya sedikit panjang bercat kuteks merah dengan hiasan ukiran indah tampak beradu. Clara menarik nafas dalam. Dadanya seakan sesak. Perasaannya tidak menentu. Jantungnya berdebar. Clara memutuskan untuk menunggu Diva keluar dari dalam rumahnya. Langit sore telah berwarna jingga. Burung-burung terbang di langit mengepakkan sayapnya ingin kembali pulang ke sarang mereka. Sudah hampir dua jam Clara menunggu di dalam mobil, tepat di bawah pohon besar depan rumah bercat hijau. Rasa kebosanan mulai menyapa Clara. Clara berniat turun dan mengetuk pintu rumah bercat hijau itu. Mungkin ia akan pura-pura menanyakan alamat agar dapat bertemu dengan Diva atau orang tua asuh Diva. Clara hanya ingin melihat wajah putrinya. Saat Clara hampir memutuskan untuk membuka pintu mobil. Tiba-tiba suara gelak tawa terdengar nyaring. Suara anak kecil. Clara langsung menoleh ke depan. Tangannya ia urungkan untuk membuka pintu mobil. Clara tersenyum lebar. Air matanya tergenang di kedua pelupuk matanya ketika ia melihat seorang anak kecil perempuan. Yang Clara yakini, bahwa anak itu adalah Diva. Putrinya. “Diva ... Putriku ...,” desis Clara. Seorang laki-laki dan seorang perempuan yang berjalan mengikuti Diva dari belakang menyita perhatian Clara. Laki-laki yang di panggil ayah dan dimintai gendong oleh putrinya membuat jantung di d**a Clara seakan terhenti. Clara menyipitkan kedua matanya. Meyakinkan apa yang dilihatnya adalah benar. “Reno ...?!” seru Clara. Reno, Diva dan seorang wanita yang ikut serta. Wanita yang di panggil Bunda oleh Diva, tampak bahagia sambil mengusap punggung Diva yang digendong oleh Reno. Mereka bertiga tampak seperti keluarga kecil bahagia. Clara menggelengkan kepalanya. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. “Reno?? Reno adalah ayah angkat anakku? Reno yang ....” Kedua mata Clara berkaca-kaca. Mengingat kenangan masa lalunya dengan Reno yang sudah lama terkubur. Kenangan lima tahun silam sudah tersimpan rapi di hati Clara yang paling dalam. Kini tanpa sengaja muncul dan mengingatkan Clara betapa jahatnya ia. Reno ... sama sekali tidak mengetahui bahwa ia telah memiliki anak di muka bumi ini. Reno, lelaki yang amat mencintainya. Lelaki yang telah mencuri sisa sebagian nafas kehidupannya. Lelaki yang cerita akhirnya telah di campakkan Clara dan malah membuang anak mereka. Tapi mengapa takdir berjalan tanpa di duga ...? Reno yang tidak pernah mengetahui ia memiliki anak di dunia ini. Malah menjadi orang tua asuh dari anak kandungnya sendiri. Obesesi Clara dan rasa ambisiusnya untuk menjadi artis terkenal, sukses, kaya dan terkenal telah mengalahkan cinta sejatinya. Cinta sejati Clara yang hingga kini tidak dapat terganti. Clara menghapus air mata yang mulai menggenang dan jatuh ke pipinya. Mengingatkan masa lalunya bersama Reno membuat hatinya terluka kembali. Ponsel Clara berbunyi di dalam tasnya. Ponsel yang bergetar membuat tas Clara pun ikut bergetar. Clara buru-buru mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya. Clara membaca nama si penelpon dengan cepat. Kemudian Clara menekan tombol hijau di layar ponselnya. “Clara ...! Kamu kemana aja? Aku tanya Gina dan Nia. Mereka bilang engga tau.” Suara Wildan langsung terdengar memberondong banyak pertanyaan. Sejenak Clara diam. Belum menjawab. Memang sebelum pergi, ia sudah menitip pesan pada Nia dan Gina jika ada yang mencari dirinya, bilang saja tidak tau. “Aku ada urusan Wil ...,” jawab Clara kemudian. “Kamu engga kangen sama aku?” tanya Wildan. “Seharian engga ada kabar ....” Clara tersenyum tipis. “Iya, aku juga kangen,” jawabnya sembari kedua matanya memandang Reno, Diva dan Astrid yang berjalan melewati mobilnya. Seakan waktu berhenti sesaat, ketika Reno dan Diva melewati mobilnya. Kedua mata Clara terus mengikuti gerakan Reno dan Diva yang lambat laun berjalan menjauhi mobil Clara. “Diva ...,” desis Clara sambil sebelah tangannya menempel pada kaca mobil. Berharap tangannya dapat mengusap wajah bidadari kecil yang pernah ia buang.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
50.2K
bc

Broken

read
6.4K
bc

Dependencia

read
186.9K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
52.6K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
49.1K
bc

AHSAN (Terpaksa Menikah)

read
304.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook