bc

SETTING ROMANCE

book_age16+
542
FOLLOW
3.2K
READ
forced
popstar
drama
bxg
ambitious
office/work place
lies
gorgeous
seductive
stubborn
like
intro-logo
Blurb

Georgia Jenskin adalah gadis muda yang berambisi untuk menjadi aktris terkenal yang diakui kemampuannya. Ia akan melakukan apa pun untuk mewujudkan mimpinya, bahkan sekalipun itu akan menuai hujatan dan mencoreng nama baiknya.

Nicholas Brewer adalah seorang pemuda berbakat yang menjalankan dua profesi, sebagai pengusaha dan juga sebagai actor. Namanya cukup terkenal di dunia keartisan, namun nama baiknya dipertaruhkan ketika ia harus dipasangkan sebagai kekasih Georgia Jenskin dalam sebuah film dan juga kehidupan nyata.

Bagaimanakah perjalanan karir dan kehidupan Georgia selanjutnya ketika ia juga harus menjual perasaan demi popularitasnya? Dan bagaimana perasaan Nicholas sesungguhnya terhadap Georgia?

chap-preview
Free preview
CASTING
    PART 1 – C A S T I N G Walker Industries Building   Seorang penulis terkenal, Jane Spalding dan sutradara kawakan ternama bernama Rick Dant sedang mendiskusikan mengenai aktor mana yang cocok untuk memerankan karakter dalam cerita yang ditulis Jane. Mereka membayangkan seorang laki laki yang tinggi, berambut cokelat dan bermata perak untuk menjadi karakter dalam film yang akan mereka garap.    “Saya kira Nicholas Brewer memang sangat cocok untuk karakter ini,” ujar Jane sambil menggeser layar ponselnya untuk melihat foto Nicholas yang lainnya. Rick mengangguk satu pikiran dengan Jane. “Ya, saya setuju. Aktingnya tidak perlu diragukan lagi. Kita akan test kecocokan Nicholas dengan karakter yang akan dia perankan, namun kita tahu itu hanya formalitas saja, karena kita tetap akan memakainya untuk film ini” ujarnya. Jane mengangguk cepat tanda dia juga sependapat dengan pria tampan berusia empat puluhan itu. “Karena dia juga masih terikat kontrak dengan perusahaanmu ini, kan?” Rick mengangguk, “Ya, benar.” Pria itu tersenyum tipis sambil menghela napasnya. “Lalu bagaimana dengan pemeran wanitanya? Siapa yang ada dalam pikiranmu, Jane?” tanya Rick. Jane memutar matanya membayangkan tokoh Evangeline dalam ceritanya. Sosok wanita yang sederhana dan berkepribadian yang kuat. Beberapa nama juga sempat singgah di kepalanya merujuk pada karakter yang akan mereka perankan. “Saya terpikir beberapa nama Rick,” ujarnya. “Angel Staineld, Georgia Jenskin dan Rebecca Mild,” sebutnya, “bagaimana menurutmu?” tanya Jane sambil menunjukkan foto-foto para aktris terkenal itu di layar ponselnya. Rick mengamati foto-foto tersebut sambil menganggukkan kepalanya, “Kenapa Georgia Jenskin ada dalam pikiranmu?” tanyanya penasaran. Karena menurutnya aktris yang satu itu hanya bermodalkan wajah cantik dan sensasi saja. “Entahlah, setelah melihat beberapa film yang diperankannya… menurutku aktingnya cukup lumayan. Dan secara fisik kurasa Gia adalah wanita yang paling cocok untuk memerankan karakter Evangeline Rick,” urai Jane. “Berambut panjang berwarna pirang kecokelatan, memiliki wajah polos tapi seksi sekaligus menggoda. Kurasa bisa menarik penonton karena gelarnya sebagai ratu sensasi itu Rick…,” tambahnya sambal tersenyum penuh arti. Rick mengangguk paham, “Oke kalau menurutmu begitu. Aku percaya pada penilaian dan instingmu Jane, walau dari pandanganku sendiri aku tidak begitu yakin Georgia bisa memerankan karakter Evangeline ini dengan maksimal. Akan tetapi kita akan adakan screen test untuk ketiga wanita ini, bukan begitu? Atau kau mau Georgia saja yang ikut tes kecocokan untuk karaktermu ini?” “Aku mau melihat mereka semuanya, Rick,” jawab Jane. “Baiklah,” sahut Rick singkat dan ia melihat ke arah seorang Casting Director di depannya. “Zie, coba kamu hubungi manajer Nicholas Brewer, dan tiga aktris yang tadi disebutkan Jane,” ujar Rick pada sang penata peran. “Atur jadwal screen test dengan mereka semua,” lanjutnya lagi memberi perintah. Zazie, sang Casting Director itu mengangguk sambil mencatat nama sang aktor dan aktris tadi dalam memo pada tabletnya. *** “Selamat siang Jez, saya Zazie, Casting Director dari Walker Movie Industry....” Jez Bob membesarkan matanya pada Nicholas yang sedang duduk di depannya—sedang melahap setengah burger favoritnya. “Hallo Zazie… apa kabar?” balasnya basa-basi sambil meletakkan burger yang hampir dia masukan ke dalam mulutnya. “Saya ingin mencocokkan jadwal dari Nicholas Brewer untuk melakukan screen test di Walker Industries Building , bagaimana jika besok lusa pukul satu siang?” “Ya tentu saja dia bisa! Nicholas sedang free saat ini. Jadi besok lusa pukul satu siang di Walker Industries Building... tentu kami akan ke sana Zie!” Jez menjawabnya dengan sangat antusias. “Baiklah, terima kasih Jez. Saya akan kirimkan via email informasi lebih detail mengenai genre film-nya, sinopsis, dan juga potongan naskah sekitar tiga halaman, jadi Nicholas bias mempelajari karakter apa yang akan diperankan pada saat test screen besok,” terang Zazie sejelas mungkin. “Jika ada pertanyaan lain, kamu bias hubungi saya di nomor ini ,Jez,” tambahnya lagi. Jez Bob menganggukkan kepalanya walau dia tahu Zazie tidak akan bisa melihatnya, “Terima kasih Zazie,” balasnya dan mereka sama-sama menutup percakapannya. Jez memukul meja cukup keras dengan tangannya sambil berseru, “Setelah beberapa bulan vakum tampil di televisi dan bermain film, akhirnya kau akan bermain film lagi Nich! Walker Movie Industry akan merilis sebuah film baru dan kau akan jadi pemeran utamanya!” Nicholas menatapnya dengan mata menyipit dan kening yang berkerut, laki-laki itu berdecak, “Aku kan memang masih ada kontrak satu film lagi dengan mereka, jadi kenapa kau harus seantusia itu?” ujarnya datar. “Film apa memangnya?” Jez menggeser layar ponselnya sambil bersungut dalam hati, “Aku akan meneruskan email Zazie tentang synopsis dan peran yang akan kau mainkan Nich. Dan lusa jam satu siang, kamu harus datang ke Walker Industries Building untuk screen test sebuah peran!” terangnya. “Ini memang kontrak terakhir dengan perusahaan itu, setelah dua film sebelumnya yang berhasil sukses dan menduduki Box Office di Canada, Nich. Aku sangat bangga padamu,” tambah Jez seraya memberikan satu jempolnya di depan wajah Nicholas. Nicholas berdecak dan meneruskan menggigit burgernya yang masih tersisa, ia menghela napasnya pelan. “Mungkin ini memang kontrak terakhirku sebagai aktor Jez.” Jez melempar bantal yang ada di belakangnya, “Serius Nich, kamu masih muda, tampan, kaya raya dan bujangan 27 tahun! Kenapa harus berhenti?!” tanyanya dengan nada tinggi. Nicholas mengembalikan bantal tersebut dengan melemparnya kembali. “Kalau kamu mau meneruskan karirku silakan saja!” *** “Ya hallo....” Gabrielle melirik ke arah Georgia yang sedang membaca buku di kursi berayunnya dengan santai. “Hallo, saya Zazie dari Walker Movie Industry. Hari Kamis besok, kami menjadwalkan Georgia Jenskin untuk melakukan screen test di perusahaan kami, apakah jadwalnya cocok?” tanya Zazie di ujung telepon. “Huh? Eh—iya! Tentu saja cocok. Paginya Gia ada syuting live sebagai bintang tamu di sebuah acara quiz, sekitar tiga jam. Bisakah setelah itu kami datang?” tanya Gabrielle. “Tentu, pukul dua siang?” Gabrielle mengangguk senang, “Ya pukul dua sangat cocok!” “Baiklah, saya akan kirimkan via email informasi lebih detail mengenai genre film nya, sinopsis, potongan naskah sekitar tiga halaman, agar Georgia bisa mempersiapkan diri pada saat test screen besok,” katanya. “Oke, terima kasih Zazie,” sahut Gabrielle sambal tersenyum. “Sampai bertemu besok lusa, Gaby,” ujar Zazie dan menutup percakapannya. “Terima kasih!” Gabrielle masih menjawabnya walau teleponnya sudah mati. Dia berjalan menghampiri wanita yang sedang serius membaca buku di sebuah kursi ayun yang bergoyang pelan, “Gia! Walker Movie Industry barusan meneleponku dan minta kamu datang besok lusa untuk screen test!” “Huh? Serius??” Gabrielle mengangguk cepat untuk meyakinkan, “Seriuslah! Gabyyy gitu lho...,” sergahnya menyombongkan diri. Georgia berdecak pelan, “Film apa ya?” Gabrielle mengangkat bahunya, “Aku belum tahu, nanti mereka akan mengirimkan email untuk detail dan potongan adegannya.” Senyum Georgia mengembang lebar. Sebagian mimpinya akan terwujud, dia memang sangat berharap bisa bekerja sama dengan perusahaan film terbesar tersebut—Walker Movie Industry. *** Georgia menambahkan olesan lipstiknya dan juga riasan di wajahnya sekali lagi—untuk sebuah tes peran yang akan  dijalani sekitar satu jam lagi. Dia dan Gabrielle, manajernya sudah ada di Walker Industries Building. Aktris tersebut langsung jatuh cinta pada peran Evangeline setelah membaca sinopsis ceritanya secara keseluruhan. Dan dia sangat berharap untuk bisa mendapatkan peran ini. Georgia sengaja menggerai rambut pirang kecokelatannya yang panjang, dia juga menggunakan baju warna favoritnya—merah menyala. Georgia Jenskin memang dikenal sebagai aktris yang cantik dan sangat menyukai warna merah. Walau dia memiliki banyak penggemar, Georgia juga memiliki banyak haters. Tidak sedikit yang mengatakan bahwa Georgia Jenskin hanyalah artis yang mengandalkan kecantikan dan kemolekan tubuhnya semata. Peran yang didapatkannya pun banyak yang bilang dia dapatkan lewat jalur belakang dan lain sebagainya. Namun wanita itu tidak pernah memedulikan julukan buruk yang diberikan padanya. Georgia merasa tidak pernah merugikan orang lain dengan apa yang ingin dicapainya. Dan dia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. “Selamat datang Gia,” sapa Jane Spalding, selaku penulis skenario filmnya. Georgia mengangguk, “Terima kasih, Jane,” balasnya dan dia melihat ke arah Rick Dant, “Selamat siang, Rick,” sapanya sambil mengembangkan senyum terbaiknya dari bibirnya yang merah merona. Lalu dia melihat ke arah seorang wanita yang berada di sebelah Rick, sang sutradara. Wanita itu berdiri dan mengulurkan tangannya pada Georgia, “Saya Zazie, Casting Director,” sebutnya. “Oh, hallo Zazie...” cetus Georgia sambil menyambut tangannya. Rick mengangguk cepat, “Oke... ehm Gia. Zazie pasti sudah mengirimkan detail mengenai filmnya padamu.” Georgia mengangguk. “Saya ingin kamu mainkan satu atau dua adegan dari karakter Evangeline....” “Tentu,” sahut Georgia cepat dan dia sedikit menjauh dari meja ketiganya. Dalam hitungan detik Georgia sudah mampu merubah dirinya seolah-olah menjadi Evangeline dalam cerita tersebut. Matanya langsung berkilau dan berkaca-kaca, lalu dia mengucapkan dialog yang sudah dihapalnya di luar kepala dengan penuh penghayatan. Dialog yang mengharukan atau menyedihkan itu mengharuskan Georgia meneteskan air mata. Hal ini bukan lagi suatu yang sulit bagi Georgia, cairan sebening cristal itu meluncur dari kelopak matanya sepanjang dialog yang dia ucapkan. Wanita itu pun merasa lega sekaligus puas ketika ketika melihat ketiga jurinya tersenyum. “Oke, cukup!” seru Rick. “Good!” pujinya. “Saya ingin kamu mencoba adegan lain...,” ujarnya lagi diikuti dengan anggukan kepala Jane Spalding di sebelahnya. Lalu Georgia pun dengan semangat dan sungguh-sungguh melakukan apa yang diperintahkan sang sutradara dan juga melakukan semua arahan yang diberikan. Beberapa masukan dari sang penulis pun dia tampung untuk mengasah lagi aktingnya. Beberapa kali dia melihat Rick menganggukkan kepalanya kepada Jane dan Zazie. Hatinya berkata dengan yakin bahwa dia pasti akan mendapatkan peran Evangeline ini. “Saya ingin sekali mendapatkan peran ini Rick, dan Anda harus percaya bahwa saya tidak akan mengecewakan Anda,” ujar Georgia dengan penuh percaya diri. “Penampilan kamu bagus Georgia. Kami akan menghubungi lagi setelah tes peran ini selesai,” sambar Zazie memotong percakapannya dengan Sang Director. Georgia menghela napasnya dan memandang Zazie sambal tersenyum tipis. “Baiklah, tapi bolehkah saya tahu siapa yang menjadi nominasi pemeran Tyler dalam film ini?” Rick menggeleng sambil tersenyum, “Kami belum memutuskannya Georgia, Zazie akan menginformasikannya padamu nanti,” jawabnya bijak. Georgia memiringkan kepalanya, “Baiklah, terima kasih banyak,” ucapnya dan berjalan menuju pintu keluar. “Tolong panggil Gia saja,” ralatnya sambil tersenyum. Rick dan Jane mengangguk bersamaan. Menuju pintu keluar, Georgia tidak menyangka akan bertemu dengan dua aktris wanita terkenal lainnya, yaitu, Angel Staineld dan Rebecca Mild. Mata mereka bertemu dan saling melemparkan senyum sinis. Georgia menganggap mereka berdua adalah saingannya dan bisa menghambatnya dalam hal mendapatkan peran Evangeline ini. Apalagi Angel dan Rebecca adalah aktris yang beberapa kali mendapatkan penghargaan dalam dunia perfilman. Sebagai seorang aktris terkenal Georgia memang tidak banyak mempunyai teman artis, terlebih yang tidak satu pikiran dengannya. Dia merasa tidak ada satu pun yang tulus berteman dengannya, semua memiliki motif dan tujuan masing-masing. Entah menumpang ketenaran padanya atau hanya sekadar ingin mengetahui kelemahannya dan lain sebagainya. Angel Staineld dan Rebecca Mild adalah hambatannya sekarang, bisa saja Rick dan Jane akan langsung jatuh cinta pada akting mereka berdua dan menyingkirkannya begitu saja. Untuk itulah saat ini Georgia makin membenci mereka berdua. “Hai Gia....” sapa keduanya ketika Georgia melewati mereka. Georgia hanya membalasnya dengan senyuman tanpa repot-repot harus membalas sapaan mereka yang dinilainya tidak tulus itu. “Jangan bilang kalau kamu ke sini untuk tes peran Evangeline?” tanya Angel sambil memandangnya dari atas kepala sampai ujung sepatunya. Georgia mengangguk sambil menyahut dengan enggan, “Memangnya kenapa kalau aku ikut tes peran ini?” Lalu mereka berdua terkekeh pelan, “Humm… sepertinya percuma juga kalau kamu ikut tes peran di depan Rick Dant. Karena dia berbeda dengan sutradara lainnya yang mudah tergiur dengan tubuh yang kamu tawarkan itu,” tuding Angel Staineld pedas. Georgia ikut tertawa pendek mendengarnya sindiran Angel, tapi dia juga sudah terbiasa dengan tuduhan seperti ini, karena itu dengan santai dia menanggapi, “Oh Angel sayang, perlu kamu tahu satu hal, tidak ada satu pun laki-laki di dunia ini yang sanggup menolak keindahan tubuh wanita, apalagi wanita itu seperti aku—pantang menyerah...,” balasnya, “mereka pasti akan bertekuk lutut ketika melihatku tanpa sehelai benang pun.” Kedua pasang mata di depan Georgia melebar dan saling berpandangan. Mereka pasti berpikir bahwa Georgia adalah wanita yang tidak tahu malu. “Kamu….” Angel menghentikan kalimatnya saat Georgia menyodorkan telapak tangannya di depan wajah wanita itu. “Sebaiknya kalian yang tidap perlu ikut tes peran ini, karena sudah pasti peran Evangeline akan jatuh ke tanganku….” Lalu Georgia melenggang pergi sambil tersenyum puas. Sekarang terserah mereka mau berpikir apa tentangnya, Georgia sama sekali tidak peduli. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

BILLION BUCKS [INDONESIA]

read
2.1M
bc

Chain Of The Past ( Indonesia )

read
4.1M
bc

My Ex Boss (Indonesia)

read
3.9M
bc

Sepenggal Kisah Gama ( Indonesia )

read
5.0M
bc

HYPER!

read
557.8K
bc

PASSIONATE LOVE [INDONESIA] [END]

read
2.9M
bc

DESTINY [ INDONESIA ]

read
1.3M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook