BAB 2

1150 Words
Javier POV Anna yang aku tau dia gadis yang masih duduk dibangku SMA. Sebulan lebih ia tinggal di kamar kos sebelahku. Aku hampir tidak pernah memperhatikannya karena aku tipe orang yang cuek dan pendiam namun Irene sering mengajaknya untuk masuk ke kamar kami tentunya saat aku tengah tidak berada di kosan. Aku sempat berpapasan dengannya saat baru pulang kerja. Ia baru keluar dari kamarku, Anna tersenyum ramah padaku dan aku pun membalasnya. Gadis ini jika diperhatikan ternyata lucu juga. Pagi ini aku akan berangkat ke kantor dan tanpa sengaja berpapasan dengannya yang akan berangkat sekolah. Aku perhatikan Anna mengenakan rok coklat yang masih mamel dan bajunya pun terlihat kering karena di seterika dan dibagian yang agak tebal terlihat masih basah. Dia juga mengenakan sepatu tanpa kaos kaki. Ouh bukan aku melihatnya memasukkan kaos kaki basahnya di kantong kresek Aku bekerja sebagai General Manager di salah satu maskapai penerbangan. Memang terdengar aneh dengan posisi ku yang tinggi tetapi aku tinggal di kosan sepetak dengan Irene tunanganku. ---- Pagi ini aku melihat Anna duduk didepan pintu kamarnya dengan berseragam sekolanya. Anna terlihat kesakitan.. Lutut Anna terluka, sepertinya baru saja mengalami kecelakaan. Aku langsung masuk kedalam kamar ku mengambil obat merah dan meneteskan pada kakinya. Setelah ia mengucapkan terimakasih ia beranjak untuk pergi ke sekolah. Aku menawarkan untuk mengantarnya namun dia menolak. Semangat belajar anak ini sungguh luar biasa dalam kondisi kakinya yang terluka masih kekeh untuk berangkat ke sekolah. Kebetulan hari ini aku tengah cuti, Anna mengirimkan pesan padaku meminta bantuan ku untuk menjemputnya di sekolah karena dia merasa kakinya sangat sakit. sekolahnya mengizinkan dirinya pulang hanya jika ia dijemput keluarganya. Aku pun bersedia membantunya menjemput Anna disekolahnya dan mengaku sebagai sepupunya. Aku menjemputnya bersama asisten ku yang sedang di kosan ku untuk mengantarkan barang dari rumah orang tuaku. Aku membonceng Anna dengan motorku sedangkan motornya aku minta untuk membawa asistenku. Aku selalu menanyakan kondisinya dan sesekali mengirimkan makanan untuk dia karena aku tau ia tinggal sendirian dan juga beberapa hari ini aku tidak melihatnya keluar kamar. Mungkin kakinya cukup terasa sakit untuk jalan "Aku melihat mu mengendarai motor malam-malam kemana ?" Aku mengirimkan pesan untuk Anna menanyakan kepergiannya yang aku lihat jam sudah menunjukkan pukul 11 malam namun Anna tak kunjung membalasnya Anna beberapa hari sudah tidak membalas pesan-pesanku membuatku khawatir dengannya. Aku mengetuk pintu kamarnya untuk melihat Anna dan menanyakan alasan ia tidak membalas pesanku. Meski sebenarnya ia juga tidak memiliki kewajiban untuk itu tetapi.. Sudahlah aku hanya ingin mengetahui kondisinya saat ini... Ceklek "Ada apa om ?" Anna yang baru membuka pintunya bertanya padaku dengan ketusnya "Kenapa tidak membalas pesanku ??" Tanyaku balik "Maaf jika hanya untuk bertanya mengenai itu saya sangat sibuk" ucapnya "Tunggu" sergah ku seketika ia akan menutup pintu dan aku menahannya "Ada apa lagi" ia menjawabku dengan nadanya yang meninggi "Tante Irene bukan istri ku" terangku yang membuatnya menaikan satu sudut bibir dengan mata kesal "Aku tidak tertarik dengan hubungan kalian" ucapnya yang mendorong pintunya dengan keras hingga tertutup dan aku mendengar ia mengunci pintu Aku berusaha menghubunginya namun tidak juga mendapat balasan pesan darinya bahkan aku meneleponnya ia juga tidak mengangkat telepon dariku. Setelah hampir satu minggu aku menghubunginya Anna pun mengangkat telepon dariku. Aku mengajaknya keluar untuk berbicara dan dia menyetujuinya. Aku segera keluar kamar dan menunggu beberapa menit hingga Anna keluar. Aku mengajaknya untuk menggunakan motorku namun dia menolak. Ia takut jika dilihat orang akan sangat malu karena tetangga kosku mengira Irene adalah istriku. Aku menarik lengannya memintanya masuk kedalam mobilku dan ia mengiyakan. Aku menyalakan mobilku mengendarainya keluar perumahan kos kami. "Mau kemana ? Kalau mau bicara ya tinggal bicara saja. Ini sudah malam besok saya harus sekolah" ucapnya dengan ketus "Irene bukan istriku, dia hanya tunanganku" terangku "Lalu kenapa om jelaskan itu ke saya ?? Saya tidak tertarik mendengar kisah cinta kalian" sahutnya "Aku suka sama kamu An. Makanya aku jelaskan ini biar kamu gak salah paham" balasku yang ditertawakannya "Maaf om saya tidak berminat merebut pacar atau tunangan bahkan suami orang" jawabnya membuatku tidak menyerah sama sekali "Apa kamu sudah punya pacar ?" Tanyaku dengan ragunya "Saya tidak tertarik untuk berpacaran saat ini" senyuman lebar terukir jelas di bibir ku seketika ia mengatakannya Setidaknya aku masih memiliki harapan memasuki hatinya saat ini. Aku memang terdengar egois ingin memilikinya saat masih bersama Irene namun jujur saja aku sudah muak dengan Irene yang selalu memerintahku. Aku sebagai lelaki tidak pernah dihargainya Bahkan caranya berbicara padaku tidak bisa aku terima namun aku selalu mengingat bahwa Irene memiliki sakit jantung yang tidak bisa untuk dibentak maupun ditolak. Disaat dia kelelahan saja ia akan sakit namun Irene selalu memaksa untuk tetap bekerja meskipun ia telah tinggal bersamaku karena ia menanggung kehidupan ibu dan adiknya di kampung Aku menghentikan mobilku di restauran dan mengajak Anna makan bersama. Memperhatikan Anna yang makan dengan lahapnya membuatku semakin bahagia. Bagaimana jika kami makan bersama seperti ini setiap hari aku akan menjadi lelaki yang sangat bahagia. "Berapa usia om ?" Tanya padaku membuatku terbangun dari lamunanku "25... Kamu ?" Tanyaku balik "15" seraya mengecap makanannya "Selisih 10 tahun saja denganku.. panggil kakak saja bagaimana ?" Tawarku digelengkannya dengan mulutnya yang penuh makanan "Kenapa ?" Aku tanyakan alasan ia menolak memanggil ku kakak yang jelas usia kami tidak begitu jauh bahkan masih pantas jika aku dibilang kakaknya "Sudah biasa panggil tante Irene dengan sebutan tante.. tante sama om sudah panggilan sepaket untuk suami istri" terangnya yang ku tertawai pelan "Kan sudah aku bilang kami belum menikah" "Aku tidak perduli.. yang aku tau sekarang kalian suami istri" tolaknya dengan tegas Setelah menghabiskan makanannya ia berpamitan untuk ke toilet. Hampir 20 menit sejak ia pergi aku mulai khawatir dengannya Kling "Terimakasih makanannya aku sangat kenyang.. pulanglah aku sudah sampai kosan" pesannya sontak membuatku menahan tawa. Dia gadis yang sangat menarik. Aku semakin ingin terus menemuinya. Anna POV Ahh aku kekenyangan setelah makan malam bersama om Javier.. Ingin tertawa rasanya jika mengingat kejadian barusan.. Om Javier mengajakku keluar ia ingin menjelaskan hubungannya dengan tante Irene yang jujur saja aku tidak ingin mendengarnya karena itu tidak penting untukku. Tetapi aku risih dengan pesan-pesan yang dia kirimkan juga telepon nya yang terus menerus menghubungi ku Aku pun mengiyakan ajakannya. Ia ingin memboncengku dengan motornya namun aku menolaknya dan ia menarik lenganku untuk masuk kedalam mobilnya Yasudah lah aku menerima saja.. lagipula ini mobil orang tidak akan melihatku dengan jelas jika bersama om Javier dan juga ini sudah gelap Dia terus berbicara padaku namun aku enggan menanggapinya dengan serius. Ia mengatakan ia menyukaiku namun aku menolak pernyataannya padaku.. aku benci orang yang suka mendua sepertinya Om Javier menghentikan mobilnya di restauran mengajakku makan dengan senang hati aku menerima. Siapa yang akan menolak jika di traktir makanan gratis Dia terus bertanya padaku dan aku menjawab seadanya. Aku menyelesaikan makanku dengan cepat dan berpamitan padanya untuk pergi ke toilet. Aku mencari cara untuk pergi meninggalkannya. Aku mengendap menghindari kursi kami dan sorotan matanya. Aku perlahan keluar restauran dan memanggil ojek online untuk mengantarku kembali ke kosan
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD