4. Naughty Boy

1257 Words
"Ikhh! mit amit! dasar gilaaa! mit amiiit!" Gledys uring-uringan tidak jelas setelah kembali dari toilet dengan mengibas - kibaskan bajunya, menghadirkan kerutan di kening Chacha. "Kenapa sih lo?" Tanya Chacha menyesap jus apel-nya. Gledys duduk dengan kasar, "Awas aja. Gue hajar tuh cowok, dasar s****n!" Gerutu Gledys lagi kesal setengah mati. Bagaimana tidak, cowok gila itu memeluknya nakal. Kalau saja tidak ada murid lain yang lewat, pasti saat ini ia masih di ganggunya. "Lo lagi ngomongin siapa sih?" Chacha penasaran tentang sosok cowok yang membuat sahabatnya sekesal itu. Padahal selama beberapa hari ini ia berteman dengan gadis itu, Gledys terlihat kalem. "Itu tuh cowo b******k. Teroris, playboy, m***m! Pokoknya lengkep kejelekan tuh cowok! Ikhh Najisss!!!" Cerocos Gledys semakin emosi saja. kemudian menyesap jus stroberrynya sampai kandas. Sepertinya Chacha memang sudah memesankan semua makan siang untuknya. Chacha terkekeh, " lo lucu banget. Emang siapa sih?" "Percuma gue bilang sama lo. Lo enggak akan percaya! yang ada gue malah di anggep penyebar gosip lagi," sebal Gledys. Lalu ia mulai menikmati baksonya. Dari pada menjelaskan siapa laki - laki yang di temuinya di toilet yang menurutnya hanya akan membuat ia kehabisan energi. Dan lagi, belum tentu Chacha percaya dengan ucapan dirinya. Ia sangat tahu kalau gadis itu adalah pemuja abadi Sean si pencuri. Menyebalkan! "Emang siapa sih. Kok gue penasaran ya?" ujar Chacha dengan wajah mupengnya. "Udahlah. Gue males bahas ini, lagian gue janji pada diri gue sendiri. Gue enggak akan ketemu sama mahluk itu lagi, lihat saja!" Gledys menusuk-nusuk bakso dengan penuh nafsu. Seakan bakso itu adalah Sean cowo yang di bencinya. "Wah! Serem gue lihat lo kaya gini," Chacha merinding. "Eh, nanti siang bakal ada rapat OSIS. Apa gue bilangin aja ya? Kalau di sekolah ini, lagi ada teroris?" Usul Chacha dengan wajah polosnya. Dan itu membuat Gledys senyum geli. "Kenapa lo? Kok senyum - senyum gitu?" selidik Chacha. "Enggak! Sok bilangin aja, trus lo juga bilang sama Ketua OSIS lo itu. Kalo penguntit yang masuk sekolah kita itu. Selain teroris tapi juga dia cowo playboy yang m***m! Bilangin ya, jangan lupa!" jelas Gledys terlihat semangat. menimbulkan kesan aneh untuk Chacha, sehingga ia bengong. "Ko semangat banget lo ngomongnya?" menggaruk dagunya sendiri saking merasa tidak yakin Gledys melakukan itu. mengingat sahabatnya itu lebih terlihat murung akhir - akhir ini. Dan Gledys tidak peduli. Entah kenapa ia ingin sekali melihat Sean malu di ruang rapat nanti, "Iya dong. Kebenaran harus di tegak kan!" menyeruput es lemon teanya, kemudian Gledys tersenyum misterius yang entah apa artinya. Mampus lo Sean ... *** Setelah istirahat selesai para murid kembali masuk keruangannya masing -masing. Sean kesal karena ia belum selesai mengganggu anak baru itu. Dan itu gara-gara ada murid lain yang lewat. "Ahh, gue belum nanya. Sebenarnya kenapa tuh cewek benci banget sama gue?" gumam Sean pada dirinya sendiri. Ia merasa heran dengan tatapan tak suka Gledys tadi. "Sean lo ngomong sama siapa? Lo enggak gila kan?" Goda Aldo. Masalahnya ia melihat Sean terus bergumam tidak jelas di sana. Sean berdecak sebal, "Apaan sih lo? Nimbrung aja!" protes Sean. "Eh tahu enggak?!" Seru Dion. Membuat ke empat sahabatnya itu menatapnya penasaran. "Apa?" Erlangga bertanya. Dion sejenak melirik kanan dan kiri, lalu memberi isyarat pada keempat sahabatnya untuk mendekat. Dan merekapun segera mengikuti isyarat temannya tersebut. Setelah dekat, lalu Dion berbisik. "Gue pengen kentut!" Pakkk! Pukulan pertama dari Sean. "Gila! Dasar!" Umpatnya, dan malah di tanggapi kekehan nikmat oleh Dion. "Gue cabut pala lo!" Erlangga ikut gemas. Dan tak ayal membuat Dion meringis, dengan tatapan seolah takut pada laki-laki itu. "Ampun Tuan Raja Erlangga! Hamba memang sengaja!" "t*i!" Dengus Erlangga. Kemudian, yang lainnya hanya bisa menggeleng pasrah dengan tingkah laki-laki itu. "Eh, si Sean kenapa dah? Kaya srigala. Masa gue di pukul?" Dion melirik salah satu sahabatnya yang tampak kesal. "Lagi ada keajaiban. Katanya ditolak cewek baru!" Sahut Aldo, "Iya, sikapnya kaya srigala. Biasanya kan si Erlangga yang kaya drakula!" Dion menimbrung. "Erlangga kan udah ada obatnya Qiana. Lah, Sean. Obatnya apa?" Timbrung Zio, membuat yang merasa disebut, menatap padanya. Erlangga mengacungkan jempolnya. Membuat Sean dan temannya yang lain memutar kedua bola matanya jengah. Erlangga memang selalu terlihat bangga dengan sesosok pacarnya. "Bentar lagi kok gue temuin obatnya. Lo pada tenang aja, gue udah nemuin cewe yang pas buat gue!" Merasa tidak mau kalah dengan temannya itu. Sean berkata, dengan ingatan yang kembali melekat pada sosok yang ia temui di toilet beberapa jam yang lalu. "Maksudnya cewe buat lo kibulin?" tempas Erlangga. Ia tahu seperti apa playboy nya sahabatnya itu. "Enggak! Ini serius. Pokoknya kalian bakal tahu nanti," ucap Sean mantap. "Laaahhh, palingan juga, kalau udah bosen bakal lo tinggalin lagi," sahut Zio dengan sindiran khasnya. "Terserah lo deh. Entar pokoknya kalian lihat aja." Ucap Sean mantap. Membuat Erlangga dan ketiga sahabatnya mengangkat kedua bahunya masing-masing. _My Sean_ "Selamat siang semuanya!" Sean menyapa semua anggota OSIS yang hadir di sana. "Siang Kaaak!" Jawab semua anggota. "Terimakasih. Saya kembali mau mengingatkan. Bahwa acara pensi kita sebentar lagi. Sekarang saya tanya, sampai di mana kesiapan kalian! Terutama anak kesenian?!" Sean menatap satu-persatu anggotanya itu. "Maaf kak, sebentar!" Salah satu anggota perempuan mengangkat tangannya. "Ya Chacha, ada apa?" Tanya Sean. Ia tahu gadis itu anggota OSIS dari bagian kesenian. "Saya mau bilang sesuatu yang sangat menakutkan kak!" "Menakutkan? Maksudnya?" Sean menatap penuh tanya, dengan kedua alisnya yang bertaut. "Teman saya pernah di todong seorang teroris di toilet. Terus katanya terorisnya sedang berkeliaran di sini! Dia juga bilang terorisnya tidak sopan, dan cab--" "Kamu ngomong apa Chacha?!" Sean merasa gadis itu mengada-ngada. Dan lagi kenapa ceritanya seakan itu menyindir dirinya. Sean sejenak berpikir, Kalau Chacha tahu, berarti gadis korbannya itu berada di sekolah ini. Lah, siapa? Sean tampak berpikir keras. Kalau cewek itu berkata pencurinya ada di sini. Otomatis itu cewek tahu dong, siapa dirinya. Wah! Gawat. Ini bisa menjadi pencemaran nama baiknya nanti. Tapi siapa gadis itu, Sean masih saja belum mengingatnya. Namun tiba-tiba ... Gledys! Sean terpekik sendiri. Ia kaget sendiri, pantas saja ia merasa familiar dengan wajah gadis itu. Dan bodohnya kenapa ia sampai tidak mengenali wajah korbannya tersebut. Dan gadis itu ... Ah, membuatnya gemas aja. Kenapa juga sampai saat ini tidak mengatakan apa-apa padanya. Dasar gadis nakal! Awas saja, Sean pasti akan mengusiknya. Kediaman Sean, membuat Qiana yang menatapnya menautkan kedua alisnya. Qiana adalah sekretarisnya. "Kenapa Sean?" Tanya Qiana. "Gila! Gila!" gumam Sean frustrasi. "Apaan sih?" Qiana penasaran. Sean menggeleng, " pantes aja dia sikapnya kaya gitu ke gue. Gue harus ngomong sama dia, harus!" Gumam Sean lagi. "Lah, kak gimana nih rapatnya!" Tanya salah satu anggota. Karena Sean malah terdiam bengong saja. "Sean!" Qiana menepuk bahunya. "Iya Na," "Lo itu lagi mimpin rapat. Malah bengong gini!?" ujarnya kesal. "Oh, Ok. Sorry!" Sean nyengir kuda, kemudian ia pun segera melanjutkan rapatnya lagi. Membahas semua persiapan menjelang acara pensi yang akan di laksanakan satu bulan lagi. "Jadi Kak! Gimana?" Sambung Chacha lagi. "Gimana apanya Cha?" Sahut Sean jengkel. Kenapa gadis itu terus saja membahas gosip menyebalkan itu. "Apa tindakan kakak untuk menangkap teroris itu?" Waduh ... Sean menggaruk tengkuknya yang tidak gatak. Masa iya, ia mau menangkap dirinya sendiri! "Iya kak. Kami kan jadi ikut khawatir!"sambung yang lainnya. membuat Sean semakin merasa di sudutkan. Mampus gue ... Sean mendengus jengah. Gadis itu benar-benar menantang dirinya. Seharusnya gadis itu biacara padanya. Kenapa harus membuat gosip segila itu? Kalau sudah begini kan bahaya. Mau di taruh di mana muka gantengnya kalau ketahuan. Sepertinya gadis itu benar-benar harus di hukum! Awas kamu gledys! kita bakal punya urusan panjang ... -geming batin Sean dengan dengusan frustrasinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD