3. Kegiatan Hiking Bersama

1048 Words
Kini The Handsome Guy tampak berdiri tepat di depan rumah bergaya klasik dengan mendominasi warna putih yang bercampur hitam. Ketiganya dengan setia menunggu kedatangan seorang gadis yang memberi kabar bahwa akan bekerja kelompok sesuai dengan ketentuan Bu Liane dan Pak Handiarto. Memang ada percampuran antara kelas 11 IPA 2 dengan 11 IPS 2 yang memiliki tempat hiking secara bersamaan. Membuat satu per satu kelompok memberikan rekomendasi tempat ataupun pedesaan yang bisa digunakan untuk kegiatan alam bebas tersebut. Tak lama kemudian, keluarlah seorang gadis berpakaian hoodie cokelat muda yang dipadukan dengan celana levis hitam polos dengan panjang selutut. Evelina terlihat mencepol rambut panjangnya yang biasa selalu terurai cantik hingga sepunggung. Alasan gadis itu membiarkan rambutnya begitu saja hanya karena tidak ingin melihat tatapan teman-teman sekolahnya yang tidak bersahabat. “Kalian sudah datang?” tanya Evelina tersenyum tipis, lalu membuka pengunci gerbang yang ternyata dikunci dari dalam. Wajar saja jika ketiganya masih berada di luar membuat Zafran harus menelepon terlebih dahulu. “Astaga, gue hampir jadi kanebo kering kalau lo lebih lama datangnya, Ve,” keluh Zafran melenggang masuk lebih dulu dengan peluh keringat membanjiri wajahnya. The Handsome Guy sengaja tidak membawa kendaraan, sebab tempat tanggal Evelina hanya berjarak beberapa blok saja. Sehingga membuat mereka memutuskan untuk berjalan, walaupun pada akhirnya menyesali keputusan sendiri. “Iya, maaf. Gue enggak tahu kalau gerbangnya dikunci,” balas Evelina meringis pelan, lalu menyuruh tiga lelaki yang terlihat kelelahan itu pun duduk di ruang tamu. Di rumah sebesar ini, Evelina tinggal seorang diri tanpa ada siapa pun yang membantunya. Hanya saja Evelina jauh lebih rajin membuat gadis itu terlihat sangat mandiri, meskipun sibuk dengan tugas-tugas sekolah yang terkadang menumpuk kejam. “Ve, lo udah makan siang?” tanya Reyhan mengikuti gadis manis itu dari belakang. “Baru mau bikin, tapi gue rasa lo semua belum makan,” jawab Evelina sekenanya, lalu mengambil sebotol minuman yang berada di lemari pendingin. “Mau order atau bikin, Rey?” “Lo ada makanan apa? Kalau lumayan banyak gue bisa bantu.” Kini Reyhan membuka lemari cadangan yang berada tepat di hadapannya, lalu mengambil beberapa bahan makanan. Kemudian, mulai melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh seorang wanita. Namun, Reyhan mampu melakukan semuanya seorang diri membuat Evelina diam-diam tersenyum senang. Setelah makan siang yang dibuat oleh Evelina dan Reyhan, kini semuanya tampak duduk di ruang tengah sembari menikmati cemilan buah. Tentu saja semua buah tersebut didapatkan hasil order Zafran pada rumahnya agar membawa semua stok buah yang ada di sana membuat suasana rumah tersebut menjadi lebih hangat. “Rey, menurut lo, kita harus rekomendasiin desa apa?” tanya Zafran menatap sahabatnya penuh sembari membaca catatan yang berada di tangannya milik Evelina. “Gue punya masukan,” celetuk Jordan serius. “Desa yang benar-benar cocok buat hiking dan masih asri. Karena suasana tidak akan dilupakan ketika mendapatkan tempat berbeda dari orang lain.” “Ide bagus!” timpal Evelina membuka ipad di tangannya yang menampilkan sederetan desa cocok untuk hiking. Sedangkan Reyhan mengernyitkan keningnya dalam sembari berpikir keras. Lelaki itu tampak menimbang sesuatu yang mungkin cocok untuk disarankan. Hanya saja ia tampak ragu dengan keadaan di sana yang mungkin jauh dari dugaannya. “Gimana menurut lo, Rey? Keluarga lo ‘kan udah lama berkecimbung sama pariwisata. Apalagi bisnis Keluarga Aditama mulai melebarkan sayapnya dengan memperluas bisnis tempat wisata. Pasti lo tahu tempat-tempat yang cocok untuk hiking, ‘kan?” ujar Evelina menatap penuh pada seorang lelaki yang terlihat sibuk memainkan pulpen sembari menatap kosong ke arah televisi dengan menampilkan sederetan film luar negeri tanpa diputar sama sekali. Ia sudah tidak terlalu canggung ketika berada di rumah, lain halnya saat di sekolah yang benar-benar harus menjaga hubungan agar tetap tenang. Reyhan mengembuskan napasnya panjang, lalu berkata, “Sebenarnya gue ada satu masukan tentang desa yang cocok untuk kegiatan hiking kita. Udah pasti masuk kriteria Jo dan kemauan Eve. Tapi, gue agak ragu dengan berbagai cerita yang ada di sana.” “Cerita apa?” tanya Zafran penasaran, sedangkan Evelina tampak merubah ekspresinya menjadi datar. Entah kenapa ada sesuatu yang ditakuti oleh gadis itu. “Banyak yang bilang kalau desa itu angker, jadi gue agak ragu buat rekomendasiin ini sama kalian,” jawab Reyhan mengembuskan napas berat. Ia benar-benar merasa tidak rela. “Gue sih sebenarnya setuju aja sama saran lo, Rey,” putus Zafran menyandarkan tubuhnya santai, lalu menatap ke arah sahabatnya yang terlihat ragu. “Gimana, Jo? Lo enggak setuju?” “Setuju,” jawab Jordan mengangguk singkat. Kini semua pandangan tertuju pada Evlina yang terlihat sedikit ragu membuat gadis itu mengembuskan napasnya panjang sembari meringis pelan. “Uhm ... setuju aja.” “Kalau begitu, lo tinggal tulis nama desa itu dan alasan mengapa kita harus memakai desa tersebut untuk kegiatan kali ini. Oh ya, jangan lupa tambahin alasan sekaligus motivasi yang akan kita dapatkan di sana. Karena gue yakin ini akan menjadi kegiatan hiking yang enggak akan pernah dilupakan,” papar Zafran tersenyum penuh antusias sekaligus bersemangat memikirkan semua kegiatan yang akan mereka lakukan di sana. Sedangkan Reyhan yang melihat sahabatnya begitu bersemangat dan tidak ada keraguan lagi. Akhirnya, remaja tampan berpakaian hoodie merah tanpa tudung itu pun mulai menuliskan nama desa sekaligus semua yang dikatakan oleh Zafran pada kertas binder milik Evelina. Di sela menunggu Reyhan menuliskan rekomendasi tersebut, Zafran tampak mengambil remote untuk memutar film yang ternyata sudah tayang. Membuat semua yang ada di sana termasuk Evelina memposisikan diri. Tentu saja cemilan sudah tersedia penuh tanpa memikirkan akan takut ketika habis. “Gue rasa hiking kali ini benar-benar berbeda dengan yang udah ada sebelumnya,” gumam Zafran pelan, lalu menatap satu per satu The Handsome Guy, termasuk Evelina yang terdiam membeku. Sementara itu, tidak ada yang menyadari bahwa keputusan mereka pada desa tersebut akan mengakibatkan segala kemungkinan terjadi. Mengubah seluruh kehidupan salah satu dari mereka yang sejak awal sudah berubah tanpa dikehendaki siapa pun. Hanya tingga menunggu takdir yang menjawab semua segala kemungkinan yang akan terjadi. Salah satunya adalah takdir hidup mereka berempat akan berbanding balik daripada sebelumnya. Menyisakan kenangan pahit yang selama ini ditelan sendirian. Tanpa ada yang tahu bahwa salah satu dari keempat remaja di ruangan tersebut terlihat bergerak penuh gelisah, meskipun tatapannya terus menuju pada layar di hadapan. Berusaha menyembunyikan kegugupan sekaligus kegelisahannya terhadap keputusan sore ini. Sebab, ia mendadak merasakan akan terjadi sesuatu yang akan membahayakan sekaligus memberikan banyak pelajaran.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD