He is Invisible

213 Words
Saat ini Anggi berada di balik kemudi mobilnya. Ia berencana untuk kabur ke rumah salah satu asisten rumah tangganya, karena menolak untuk dikirim ke sekolah asrama. Orang tuanya akan memindahkannya ke sekolah asrama, karena menurut mereka dirinya sangat liar. Sering keluyuran nggak jelas, keluar malam secara diam-diam ... apalagi saat ini dirinya merupakan salah satu siswi kelas 3 SMA yang tentunya tak ada waktu untuk main-main lagi. Melajukan mobilnya dengan kecepatan yang bisa dibilang, nekat. Lengah sedikit saja, bisa berakibat fatal. Di saat masih fokus menyetir, ponselnya tiba-tiba berdering. Satu tangan merogoh tasnya, masih tetap dalam keadaan mengemudi. Hingga ponselnya malah jatuh ke bawah kakinya. Berniat mengambil, tapi entah dari mana, seseorang tiba-tiba menyebrang di depan mobilnya begitu saja, membuatnya tak bisa mengendalikan laju mobil. Menghindari orang itu agar tak  tertabrak, mobilnya malah menghantam sebuah pohon besar. Ia bisa merasakan sebuah cairan kental mengalir dari kepala dan hidungnya. Bahkan tulang belulangnya terasa remuk. Rasanya begitu sakit, hingga malah berujung mati rasa. Samar-samar ia bisa melihat seseorang menghampiri dan berusaha mengeluarkannya dari mobil. "Tolong aku ... jangan pergi. Aku membutuhkanmu," gumamnya dengan keadaan yang benar-benar lemah. Bahkan, untuk bernapas saja ia seolah tak sanggup. Matanya terpejam mulai terpejam. Ia tak bisa melihat sosok itu lagi. Hanya gelap, tapi kini seolah bisa merasakan sesuatu berhembus di bibirnya dan tak tahu apakah itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD