ngawiti ingsun

1106 Words
(Pop Dalari ) Seperti biasa kami mengnatri untuk memberesihkan badan karna jumlah toilet yang terbatas, setelah main bola di sawah tadi. Seusai mandi kami berpakain rapih untuk melakasanakan sholat dan belajar ngaji Jam 20.00 seusai sholat isya aku kembali ke kamar "Kamu emng gak ada kitab " tanya bang fahmi "Engga bang " jawab ku "Ni pake kitab ku, kebetulan ada dua dua sisanya ntr kamu tingal beli" sambil menyerahkan beberap kitab "Terima kasih bang" sambil menerima pemberian nya. "Ni kitab kitab yang harus kamu beli, nyicil aja yang kecil kecil dulu nanti kalau udah ada uang kamu bisa lengkapi semuanya " sambil menyerahkan catan kecil nama nama kitab yang harus aku beli Aku mengabil dan melihat catatan itu lalu menyimpanya di dalam tas ku "Oya bang tadi kok pas ngaji kang oman nerjamahin kitabnya pake bahasa jawa kan kita orang sunda" tanya ku Akang adalah pangilan buat pengajar di pesanteren yang umurnya masih muda " iya emang begitu nerjemahin kitab kuning pake bahasa jawa, katanya tabaruk atau mencari berkah dari para wali yang pertama datang ke daerah jawa bagian timur" jelasnya "Kedengeran lucu ya bahasanya, ajarin dong bang" pinta ku "Boleh tapi harus bersabar aku aja belum terlalu bisa, tapi tidak ada salahnya mengajarkan ilmu yang kita bisa semampunya" ujar bang fahmi "Sebelumnya makasih banyak" kata ku "Ya udah kita mulai dari kitab ini aja " sambil mengambil salah satu kitab yang tadi iya berikan pada ku, "Ini kitab shafinatun najah penulisnya imam nawawi al bantani, di sebut shafinah karna katanya beliau menulis ini kitab di atas kapal, makanya nama kitab ini shafinatun najah yang berati kapal keselamatan, isi dalan kitab ini adalah tentang fikih fikih dasar" tuturnya Aku cuma nganguk nganguk yang sebenernya gak ngerti apa yang di katakan bang fahmi. "Ya udah buka kitabnya, sekarang kita belajar kosa katanya aja dulu nanti maksud dan tujuanya seiring waktu kamu akan paham, ambil buku dan pensil biar kitabnya bersih dari coretan coretan, nanti kalau udah paham km bisa menulis arti kosa katanya di bawah barisan nya" kata bang fahmi Aku menururuti perintah bang fahmi sambil mengambil alat tulis "Sudah siap, tulis dulu di buku pake tulisan latin nanti kalu udah mahir baru pake tulisan arab" perintah bang fahmi "Bismillahi artinya, ngawiti ingsung ngaos iki la iki kitab kalawan nyebat asmane Allah," "Arrohmani, kang parin nikmat ageung indalam dunya lan akherat" "Arrohimi, kang parin nikmat cilik indalma akherat bloko" Aku nulis dan membacanya berkali kali sampai itu hafal, aku sangat senang ada bang fahmi meski aku jauh dari keluarga, tapi bang fahmi aku anggap kakak terbaik dia adalah teman sekaligus guru yang rajin tanpa bosan mengajari ku, Rasa penasaran tentang ilmu, membuat aku pun terhanyut dalam pembelajaran yang di berikan bang fahmi Tiba pukul 20.00 kita pun lelah dan mata kita Juga mulai sayu, bang fahmi pun mengajak aku tidur biar besok tidak kesiangan untuk sholat subuh berjamaah dan dia berjanji meneruskanya malam besok. Seusai ngaji subuh yang berakhir pukul 06.30 aku masuk ke kamar ternyata bang pahmi telah memakai celana biru tua baju putih lengkap dengan dasi birunya, "Mau kemana bang" mentap aneh bang fahmi "Mau kesekolah dulu, aku sekolah di MTs nurul hasanah" jawabnya "Ya Allah, hebat banget bang" tapapan ku nanar karena ini yang jadi impain sejak dulu melihat ada orang yang sekolah bukanya iri tapi bangga. "Kalau orang tua ku gak maksa buat sekolah, sebernanya aku lebih suka belajar di pondok dari pada di sekolah" ujarnya sambil memasukan buku tulis yang mau dibawanya. "Oya nanti kalau ada yang ngajakin masak kamu ikut biar gak kelaparan, tadi aku udah ngomong ke kang agus agar ngajak kamu kalau mau masak nasi" pintanya sambil menyemprotkan parfum ke bajunya. Aku pun cuma nganguk dan bang fahmi pun berangkat ke sekolah, seuasai kepergian bang fahmi aku mebuka kitab kitab pemberian bang fahmi yang sudah di pelajari semalam untuk menghafalnya. "Masak masak" teriak seseorang diluar sambil memukul kastrol Teng Teng Teng "Ikut bang" kata ku sambil membuka pintu Dia langsung ke kamar dan mengambil beras pake gelas. Lalu meminta uang 500 perak untuk patunga membeli lauknya, Aku mengambil uang di kantong koko lalu menyerahkanya. "Ya udah ayo bantu masaknya ke bawah" ajaknya Setibanya di dapur kami pun di bagi tugas ada yang mencari kayu bakar, membuat perapin, mencuci beras, membeli lauk di warung, tidak ada yang malas malasan semuanya kompak sesuai tugas masing masing sembari di selingi sendau gurau Setelah semua tekumpul, ranting kayu yang ditumpuk di dekat tiga batu kali, lalu seseorang membakar plastik hingga tetesanya dari api jatuh ke tumpakan kayu, sehinga api pun menyala melahap ranting ranting kayu kerijlng, lalu kastrol atau panci berisi beras dan air yang udah ditakar mengunakan ruas telunjuk ditaro dia atas ketiga batu, 30 menit pun berlalu terliahat air nya udah mulai mengering, lalu asin dan cabe rabit pun di taruh di atas nasi kemudian kastrol pun di tutup, apinya dipadamkan cuma menyisakan baranya yang merah agar nasinya tidak hangus. Sembari menungu matang kami pun bekumpul ngobrol, di selingi dengan candaan yang membuat kami tak henti tertawa. 20 menit menunggu aroma wangi ikan asin mulai tericium membuat perut meronta ronta ingi segara menyabutnya. "Din Coba cek udah matang belum" perintah kang agus ke salah seorang temenya Bang didin pun bangkit membuka tutup kastrol, seketika harum masakan semerbak memenuhi hidung kami, lalu bang didin menusukan centong yang terbuat dari kayu ke nasi yang ada di kastrol tanpa mencicipinya, "Udah matang" kata bang didin bak chef propesional hanya dengan menusuk nasi dia tau kematanyanya sempurna Bang didin pun mengakat lalu menuankan di beberapa tampah yang terbuat dari anyaman bambu Setelah mengisi posisi masing masing, mengeling tampah tampah yang berisi nasi, dengan posisi turji atau tuur hiji atau pula satu dengkul kami pun mulai menyatap nasi yang masih terliat asap putih di atasnya Panas sekali sampai sampai aku gk kuat mengambil nasi, ujung jari ku terlihat memerah kontras dengan kulitku yang putih, beda dengan senior senior yang cuek dengan panas, mereka lahap menyantap tanpa ekrpersi kepanasan, mungkin mereka udah terlatih. Seusai menyatap nasi, yang hanya mengisi lambung sebelah kanan, karena kalah cepat dengan senior seniorku, tapi ini cukup buat menahan ruh agar tetap betah di ragaku.Lalu kami pun menuju keran air untuk meminumnya. Setalah semuanya di rapihkan aku di ajak sorogan atau belajar ngaji ke seinor supaya bisa mengejar ketertingalanku dalam belajar Semua santri saling bantu dalam pelajaran, sosial dan kasih sayang Jadwal belajar kami memang padat setiap habis sholat kita belajar ngaji bareng di ajrai abah dan anaknya kecuali habis isya, untuk menambah ilmu pembelajaran kami jadikan senior senior jadi guru privat, meski gratis senior pun melakukan nya dengan ikhlas, mereka sangat mahir dalam memerankan peran shabat sekaligus guru bagi adik adiknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD