pamit

1003 Words
Orang tuaku hanya seorang petani padi yang hasilnya cuma cukup untuk makan sampe panen lagi bukan nya lebih yang ada kadang kurang Untuk menambah penghasilan ayah menjual beras keliling di pikul mengunakan bahu yang udah mengeras seperti telapak kaki dengan pengahasil 1.500 rupiah Waktu itu kita lebih banyak dukanya dari pada sukanya Sedangkan ibu walau dari kalangan lumayan berada cuma ikut bapak merantau mengikuti suaminya hidupnya sama seperti bapak susah Lauk yang paling yang di sajikan yaitu teri rebon sama sambel goang pake lalap daun singkong yang tubuh subur di samping rumah keseringam ya cuma makan sama garam Bahkan ketika masuk sekolah SD semua peralatan sekolah itu pemberian kakak kelas yang udah tidak terpakai mulai dari celana, baju, tas, cuma modal beli buku satu sama pensil itu pun cuma satu pasang jadi di cucinya seminggu sekali Setelah pelulusan sekolah dasar kita ngobrol sekeluarga di temani singkong rebus yang di bawa bapak dari kebon "Setelah lulus mau sekolah apa mondok" tanya bapak sambil memasukan tembakau ke daun aren terus melintingnya "Pengenya sekolah pak kalau itu di ijinkan" jawab ku "Tapi kalau sekolah bapak tidak ada modal, kalau mondok kan biyayanya ringan cuma makan doang tidak ada SPP, asal kamunya sabar " jelasnya tidak memberi pilihan "Ya ibu juga bukan tidak pengen membahagiakan anak seperti ibu ibu lainnya tapi keadaan kita sekarng seperti ini jangan kan sekolah makan aja serba kekurangan" tambah ibu "Lagian sama aja mau sekolah mau mondok itu kan sama sama belajar" Rasanya sedih mengingat semua teman ku masuk sekolah semua cuma aku saja yang tidak melanjutkan ke sekolah tingakat ke dua itu "Iya pak gak apa apa mondok aja mungkin ini rejeki saya" ujarku "Mondok yang dekat dekat aja dulu kalau udah biasa nanti bisa yang lebih jauh biar bapak kalau nengok deket " pinta nya "Ikut aja pak gimana baiknya " jawabku "Kalau mau besok bapak antar ke pondok semua perlengkapan udah siap untuk kitab pake aja bekas bapak pas waktu mondok?" "Iya pak semoga kita punya rejeki buat sekolah biar aku bisa mondok sambil sekolah" "Amin " kata ibu dan bapak Setelah menghabiskan singkong rebus kita masuk ke kamar masing masing untuk tidur Setelah masuk kamar yang tanpa lampu aku baringkan tubuh di kasur kapuk yang udah lepek di selimuti sarung sambil mengumam " besok aku tidak tidur disini lagi selamat tingal kamar ku" Meski kamar ku terbuat dari papan berdingding dan berlangit bilik bambu ini cukup nyaman buat memejamkan mata dengan nyenyak Pagi harinya aku mulai merapihkan baju baju yang hendak di bawa ke pondok, karana nanti siang aku akan menetap di penjara suci itu, yang jarak nya satu jam di tempuh jalan kaki. Bukan tanpa alasan memilih tempat pendidikan itu angan angan nya melanjutkan sekolah ke smp karna nilai sekolah SD ku lumayan bagus selalu memasuki tiga besar, bahkan sesekali pringkat satu. namun apa daya keadan tidak mendukung, jangankan untuk membayar spp membeli baju seragam sekolah pun orang tua ku tidak mampu, ketika aku kelas 3 SD untuk pertama kalinya di sekolah ku ada seragam olah raga yang harganya 50 ribu saja orang tua ku sampe nyicil bebera kali kepihak sekolah itu pun karna aku mogok sekolah, pas kelas 5 sepatu Att yang berlogo kepala harimau ku pas tumitya bolong karna lapuk mungkin terlalu sering di pakai sehiga karna sepatu cuma beli setahun sekali pas hari kenaikan kelas saja maka orang tua ku tidak membelikan sepatu baru alesan bentar lagi juga kenaikan kelas, padahal aku tau bukan itu alasannya emang orang tua kunya ja yang gak punya uang buat belinya, dan banyak kesedihan kesedihan lainya. Mempertimbangkan keadan yang seperti itu maka orang tua ku sepakat untuk melanjutkan pendidikan di non formal saja, aku hanya bisa menerima saja sebagai anak yang sadar dengan segala keterbatasaan orang tuanya. Setelah makan pagi keluarga dari bapak dan ibupun berdatangan memberi semangat sebelum meraka berangkat ke sawah atau ke kebun tak lupa mereka meberi uang saku mulai 500 sampe 2.000 perak sampe aku punya uang Rp 27.000 uang saku terbanyak yang di dapat mengingat uang minguan ku aja cuma 10.000an waktu itu. Sekitar jam 10.00 ojek pesenan bapak datang menghampiri karna pagi iya belaja kebutuhan warung tetangganya Dirasa semuanya udah beres akhirnya aku pamit sama ibu yang sedari pagi sibuk membatu perlengkapan ku, "Sini dengerin dulu ya, ini perlatan mandinya ibu dah masukin, ini berasnya ibu taruh di bawah tas uangnya simpen jangan boros ya" kata ibu sambil menujuk ke tas "Iya bu, " jawab ku sambil mengaguk "itu yang di dus buat oleh oleh teman teman baru mu di pondok biar kamu hari ini gak usah masak " jelasnya lagi aku hanya mengaguk mendengarkan perintah ibu "jangan nakal ya di sana, belajar yang bener, jangan kecewain ibu, ingat pesan ibu" cecarnya seperti ini adalah nasihat terakhirnya "jaga uang nya jangan sampe hilang itu uang kam buat seming ya" sambil terus merapihkan semuanya. setelah semuanya beres aku pamit sam ibu "pamit dulu ya" sambil mencium punggung tangan ibu "Iya ibu do'ain semoga kamu betah, sholeh, jadi anak yang baik ya" sambil mengusap kepala ku "terima kasih ibu doanya " sambi menatap wajah ibu Terliahat matanya yg mulai sembab seolah tidak rela membiarkan anak seumur 12 tahun pergi jauh darinya nya. "jangan nangis bu kan nanti hari sabtu pulang" pinta ku "ibu gak nangis kok, ibu cuma senang aja jagoan ibu sekarang udah mulai gede ibu bangga ma kamu" jawabnya melihat ibu seperti itu aku menghampiri ibu memeluknya ibupun mulai berlinang air mata di satu sisi berat melepas anak nya di sisi lain dia harus merelakan anaknnya pergi, melihat ibu menangis aku pun ikut menangis sendu Seusai berpamitan, aku naik motor di hapit oleh bapak menuju pondok melawati jalan setapak yang di tumbuhi pohon mahoni dan pohon pinus, sesekali melewati sawah yang sedang menguning keemasan tersorot mentari siang menambah cantikmya pemandangan itu, sungai yang mebelah sawah menambah indahnya sejam lebih di perjalanan aku tiba di bangunan berlantai dua dengan kamar kamar yang menghiasi sesinya ukuran kamar pun tidak begitu besar cuma 2x3 berlantai seman yang keduanya berlantai papan bak kosan di kota kota
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD