Kamu Harus Tanggung Jawab !

1164 Words
Saat jam makan siang, terlihat Kai yang memanggil Adrea, untuk memesan makan siang. Saat hendak berjalan ke depan, menelepon ke restoran Freya, langkah Rea mendadak terhenti melihat siapa yang hendak masuk ke dalam kantor. Laki-laki yang hendak masuk ke dalam kantor, tidak kalah kagetnya seperti hal nya Rea. “Kamu ! pekik Laki-laki itu sambil menunjuk ke arah Adrea yang dengan sigap melepas high heels miliknya dan dan dengan bertelanjang kaki berlari meninggalkan si pria yang tentu saja tidak ingin kehilangan buruannya kali ini, dan melupakan sejenak maksud kedatangannya. “Berhenti !” teriak Alfan pada Rea yang tidak menggubris panggilannya dan terus saja berlari dengan gesit. Alfan juga tidak mau kalah dan terus mengejarnya. “Hai ... aku bilang berhenti di situ, atau aku akan menelepon Kai untuk segera memecatmu !” Ancaman Alfan kali ini manjur, karena Rea berhenti dengan tetap memberikan jarak diantara mereka. “Kenapa lari ? kamu takut sama kebohongan kamu, atau kamu lari karena takut mau aku jadikan Istri beneran ?” canda Alfan yang mendapat pelototan dari Adrea. “Gadis nekat, kemarilah dan jangan lari lagi. Aku sudah mencarimu sejak kemarin, dan malah bertemu di sini. Aku mau memberikan penawaran baik untuk kita berdua.” Adrea menggeleng kuat, dia masih takut dan malu pada Alfan, setelah aksi nekat yang dilakukannya. “Saya minta maaf, saya terpaksa melakukannya karena saya punya alasan. Maaf karena aksi saya membuat Bapak malu. Tapi suerrr saya terpaksa, bukan karena saya naksir sama situ, idihh amit-amit jabang duda. Saya melakukannya demi ... ahhh sudahlah dijelaskan juga situ enggak akan paham. Adrea berbicara dengan jarak yang cukup jauh dari Alfan, dengan sedikit mengeraskan suara. Alfan melangkah maju. “Ehhh ... Pak Alfan ... jangan maju lagi, atau saya bakalan teriak kalau bapak mau perkosa saya !” Adrea menatap Alfan dengan senyum jahilnya. Bukannya mendengarkan, Alfan malah terus berjalan maju. Adrea hanya menggeretak Alfan saja dengan mengatakan akan berteriak, karena nyatanya, dia malah kabur kembali sambil menenteng sepatu di tangannya, meninggalkan Alfan yang mengalah untuk tidak kembali mengejar. Setelah tidak bisa mengejar Adrea, Alfan kembali ke kantor Kai. ada hal penting yang dia ingin bicarakan dengan Kai. sedangkan Adrea memilih berdiri di luar dengan jarak yang jauh dari kantor, menanti Alfan pergi baru dia akan kembali ke kantor. Begitu keadaan tenang, Adrea segera kembali ke kantor. Langsung menuju ruangan Kai, karena dia takut Alfan berbicara yang tidak-tidak pada Kai agar segera memecat dirinya. Walau tidak tahu hubungan Kai dan Alfan, tapi Adrea takut juga. “Pak Kai ...,” panggil Adrea pelan yang membuat Kai mengangkat kepala dari ponsel di tangannya. “Ada apa Rea ? kamu sudah pesan makan siang ?” tanya Kai yang membuat Adrea menepuk jidatnya. Gara-gara Alfan dia jadi lupa pesan makan siang. Buru-buru Adrea menelepon restoran langganan untuk memesan makan siang, sebelum Kai berubah jadi naga yang mengeluarkan api. Setelah makanan datang, tampak Kai makan dalam diam. Sebenarnya Adrea ingin menanyakan maksud kedatangan Alfan, tapi dia urung menanyakannya dan malah duduk melamun tanpa memakan makan siang miliknya. ******** Pagi yang cerah, Adrea bangun dengan perasaan yang mulai membaik. Semalaman dia berusaha menenangkan hatinya jika semua akan kembali normal. Alfan hanya orang baru dan dia akan meminta maaf untuk kesalahan yang di buatnya, dan alasan di balik aksi nekatnya. Adrea berharap Alfan bisa memahami situasi yang mengharuskannya berbuat nekat. “Rea ....” terdengar panggilan dari luar. Buru-buru Adrea membuka pintu kos nya. Tampak Ibu Kos atau tepatnya, ibu pemilik kontrakan yang di tempati Adrea saat ini, berdiri sambil tersenyum. “Rea ... ibu sama bapak sama yang lain mau pergi dulu, nanti kalau ada yang tanya-tanya kos an yang masih kososng yang di sana itu, kamu jawab ya.” Adrea mengangguk dan tersenyum sambil memberi hormat. Adrea baru saja tiba di parkiran kantor, setelah memarkir motor maticnya. Ia melangkah riang menuju kantor, tapi langkahnya segera terhenti melihat siapa yang pagi-pagi sudah datang bertamu. Tamu tak di undang. Berdiri di sana, Alfan. Adrea mulai pasang kuda-kuda untuk untuk kabur lagi. “Hai ... jangan kabur atau menghindar lagi sekarang. Aku hanya ingin bicara saja, kedua orang tuaku marah dan mengusirku dari rumah. Aku juga di pecat dari pekerjaanku dan semua itu akibat perbuatanmu. Aku jadi gembel di jalanan, dan semua itu karena aksi gilamu.” Rea dapat melihat Alfan yang berbicara dengan wajah tanpa senyum. Benar-benar menyeramkan, seperti lagi lihat valak yang tiba-tiba berdiri dengan jarak hanya tiga centimeter. “Hmmm ... itu bukan urusanku, tapi tetap saja salahku kan ..., aku ... aku minta maaf.” Adrea mulai terbata-bata, penyesalan timbul di hatinya. Akibat ulahnya, laki-laki yang sama sekali tidak dikenalnya ini, mendapat nasib sial. “Aku tidak perlu permintaan maaf, yang aku perlukan adalah tanggung jawabmu. Kalau kamu enggak tanggung jawab sama nasibku, aku bakalan seret kamu ke pengadilan dengan pasal penipuan.” Alfan melancarkan ancaman yang membuat Adrea pias. Apa yang Alfan katakan sangat benar, dia bisa terkena pasal 310 Ayat (1) KUHP, atau bisa juga pasal tambahan. “A- a ...aku janji akan memberikanmu makan pagi, siang dan malam untuk membayar kesalahanku, sampai kamu mendapat pekerjaan yang baru. Aku juga akan membayar uang kos mu sampai kamu mendapat tempat tinggal baru. Tapi jangan lama-lama, karena aku tidak bisa lama-lama menjamin hidupmu. Kamu tahu sendiri pegawai seperti aku gajinya tidak seberapa.” Alfan tampak tersenyum mendengar permintaan maaf dari Adrea. Dia hanya main-main saja dengan perkataannya, tapi gadis di depannya, tepatnya gadis yang berdiri beberapa langkah darinya itu sedang menimbang dan memikirkan dengan serius perkataannya. “Baiklah ... carikan aku kos yang dekat dengan kos mu. Biar aku tahu kalau kamu tidak berbohong padaku, dan benar-benar menjamin kehidupanku. Kita bertemu nanti malam, aku akan menghubungimu,” ucap Alfan hampir saja tertawa tapi berusaha di tahannya agar terlihat benar-benar alami. Alfan sudah menyelidiki di mana kos milik Adrea setelah bertanya alasan nekat Adrea yang mengakui dirinya sebagai Istri dari Alfan. Tentu saja Alfan tertawa akan Alasan Adrea, saat dijelaskan oleh Kai. Benar-benar gadis dengan hati yang baik. “Iya ... aku akan pikirkan lagi ucapanku tadi. Secara bayar kos pakai uang, bukan pakai daun, jadi aku juga perlu hitung duit dulu, Sekarang pergilah, eh ... tapi darimana kamu tahu nomor ponselku ?” tanya Adrea dengan kening berkerut. “Ada deh,” ucap Alfan dengan senyum jahil. “Ishh ... babo, sekarang minggirlah, aku mau lewat.” Alfan segera menyingkir memberi jalan pada Adrea. “Lebih jauh !” Alfan benar-benar tidak kuat menahan tawanya, melihat wajah tegang Adrea. Tapi dengan meremas kuat tangannya, Alfan berhasil menahan tawanya. Dia akhirnya mengalah dan minggir lebih jauh lagi. Adrea buru-buru masuk ke dalam kantor meninggalkan Alfan yang di hampiri oleh seseorang. “Pak Alfan.” Alfan tersenyum lalu berjalan ke arah mobil yang terparkir cukup jauh dari kantor Kai. laki-laki yang tadi memanggil Alfan, memakaikan jas pada Alfan sebelum masuk ke dalam mobil. “Batalkan jadwal saya dua hari ke depan, saya ada urusan penting,” ucap Alfan saat sudah di dalam mobil yang di balas anggukan sang asisten.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD