bc

Kerinduan Serumpun

book_age18+
7
FOLLOW
1K
READ
others
dark
drama
comedy
sweet
humorous
heavy
scary
spiritual
like
intro-logo
Blurb

Kisah kasih gadis remaja bernama Cua, secara tiba-tiba merubah keadaan sebenarnya...? Usia 18 tahun ia memilih melanglang buana ke penjuru dunia, tujuannya mencari jati diri. Memilih berpisah dari abangnya Tanser hanya karena alasan kesenjangan sosial. Cua lebih memilih menjalani hidupnya di kota metropolitan Jakarta. Cua bertemu dengan Dani seseorang jadi-jadian yang mengajarkan Cua mengenal dunia yang berbeda. Kegigihan Angga untuk mengembalikan Cua pada takdirnya membutuhkan proses yang sangat panjang. Apakah Cua bisa kembali pada kodratnya.??? Perjuangan hidup yang berawal dari kata 'nyaman.' ??

Terimakasih telah sudi membaca tulisan saya.

Maaf jika ada kesalahan kata, atau kalimat kasar yang tidak berkenan.

Happy reading...⭐?

Salam hangat dari aku... ?

chap-preview
Free preview
Bab 1... Bingung
Pronolog Setelah lulus SMA Cua memilih kuliah di kota besar Jakarta. Disalah satu Universitas ternama di Jakarta. Cua mengambil jurusan bisnis. Cua sosok seorang gadis lugu dari daerah terpencil Indonesia Riau. Salah satu di kepulauan. Cua menyewa sebuah kamar kos tidak jauh dari kampus. Bersama seorang temannya Lingga. Dua gadis kepulauan, merantau ke Jakarta. Jauh dari orang tua, untuk melanjutkan cita-citanya sebagai bisnis women. "Kau mau kemana.?" Lingga sedang menyusun pakaiannya di lemari baju. "Aku cari makan dulu yah, nanti kalau ada yang nelfon, kau angkat aja. Mana tau mamak kau nelfon. Rindu." Kekeh Cua. "Kalau mamak kau yang nelfon, gimana aku jawabnya.?" "Kau jawablah aku cari makan." Cua berlalu menuruni anak tangga kosnya. Cua menyisir gang sempit daerah kota, mencari warung kecil untuk memesan makan siangnya. Warung kecil bertuliskan warteg atau warung tegal. "Pasti enak nih." Batin Cua. "Bu, nasi bungkus satu." Cua mencari lauknya. 'hmmmm... Nggak ada yang menggugah selera.' bisiknya. "Pake ayam berapa bu.?" Berhubung anak kos jadi mesti ngirit. "12 ribu neng. Mau.?" Senyum si ibu ramah. "Hmmmm... Ya udah ayam dan krupuk aja yah bu. Buatkan dua bungkus." Cua melihat keluar warung, begitu banyak gedung pencakar langit. Membuat Cua terkagum. "Nih neng. 24 ribu." Senyum si ibu ramah. "Ooooh iya bu. Ni uangnya." Cua memberikan uang 50 ribu. Si ibu dengan sigap mengambil kembaliannya. Sambil bernyanyi kecil, Cua melihat sosok Angga. Sahabat masa sekolahnya. Lebih tepat abang kelasnya semasa SMA. "Bang Angga." Panggil Cua. Angga menoleh. Merasa mengenal suara gadis yang memanggil. Dengan wajah sumringah, Angga mengenal wajah Cua. "Heeeeiii.... Kamu disini.?" Senyum Angga menyeringai bak orang kaya. "Iya..." Kekeh Cua. "Kerja.?" Angga melihat penampilan Cua yang tidak begitu banyak perubahan. Secara Cua baru beberapa hari di Jakarta. "Kuliah bang." Senyum Cua. "Oooh... Dimana?" Angga menemani Cua melewati gang sempit menuju kosnya. "Hmmmm.... Nanti abang juga tau." Kekehnya sambil berlalu setelah tiba didepan rumah kos. "Bang... Cua masuk dulu yah. Next kita jumpa lagi." Senyum Cua membuat hati Angga sedikit penasaran. Cua dan Angga pernah satu acara, di acara music. Tapi terpisah karena berbeda dalam pergaulan. Angga seorang anak band SMA yang diidolakan kaum hawa pada masanya. Sementara Cua adalah gadis lugu yang friendly. Lebih mementingkan pertemanan dari pada diri sendiri. Tidak bucin pada zamannya. Tapi cukup memendam. Prestasi belajar juga tidak begitu pintar, hanya saja faktor keberuntungan. Banyak teman-teman Cua yang meremehkan dia dalam study. Tapi berbeda dengan hasil akhirnya cukup memuaskan. Membuat mata teman-temannya, beranggapan sedikit negatif. 'Keberuntungan.' itulah moto hidup Cua memilih merantau di kota besar. Cua berasal dari keluarga biasa saja. Tidak kaya tapi cukup. Semua yang Cua inginkan selalu dikabulkan oleh Papanya. Cua memiliki satu abang, yang lebih memilih kuliah dikota Bandung. Disalah satu kampus pariwisata. Hubungan Cua dan abangnya Tanser tidak begitu harmonis. Yaaaah... Kecemburuan sosial lebih tepat dialami Cua dan abangnya. Tapi Cua tak begitu memikirkan hubungannya dengan Tanser. Akan berakhir seperti apa, yang penting saat ini mereka lebih menikmati diri sendiri. Menghabiskan hari-hari sebagai mahasiswa di kota Jakarta, membuat Cua berfikir untuk bekerja. Mencari pengalaman. Hitung-hitung agar Cua bisa berpenghasilan. "Pa... Aku kerja yah.?" Izinnya lewat telfon dibalik lemari kamar kosnya. "Nggak... Kamu kuliah yang bener, beres kuliah baru kerja. Papa masih bisa membiayaimu." Tegas Papa terhadap Cua. "Iya." Kesalnya pelan. Menutup telfonnya, membanting hpnya dengan kesal. Semenjak kuliah Cua dan Lingga jadi berpisah. Karena Lingga dijemput oleh saudaranya, agar tinggal di rumah saudara saja. Cua melanjutkan kuliahnya. Setahun pertama kuliah sangat lancar. Gimana nggak, pulang kuliah langsung pulang jarang keluar hanya menghabiskan waktu dikamar kos yang yaaaah... Lumayan besar... 3x4... Hehehe... Semua fasilitas kos dilengkapi oleh Papa. Agar Cua tidak keluar dan sangat diawasi oleh tante Nanik yang setiap minggu datang ke kosan untuk melihat keadaan Cua. 'Seperti anak kecil, selalu didatangi beliau. Grrrrrrrh.....' Resah Cua dalam hati. Tante Nanik adalah teman Papanya, setelah pensiun menetap di Jakarta untuk mengawasi kedua putranya. Yaaaah... Setahun pertama bisa dikendalikan. Semua teratur mendapat nilai IPK sangat memuaskan 3,1 dan Cua mendapat beasiswa dari tempat Papanya berkerja sebesar 1,5juta pertiga bulan. 'Lumayan lah yah untuk anak kos seperti aku.' Ditahun kedua semua berubah. Semenjak Cua kembali dekat dengan Angga. Abang kelas yang awalnya songong, tiba-tiba luluh lantah hanya karena main dikos Cua yang menurutnya lumayan elite. Mendengar study Cua yang bagus, mendapat beasiswa. Datanglah si Angga membawa cinta, katanya. Cinta masa remaja. Di usia Cua masih 18 tahun, yang tidak begitu mengerti dengan cinta. Merasa perhatian Angga sangat membantunya dalam menemukan tambatan hati. Cua gadis yang tidak pernah dunia malam, mulai terpengaruh dengan bujuk rayu Angga. Suatu malam Angga datang akan membawa Cua melihat group akuistik. "Ayuuuklah... Abang jagain. Aman kok." Pujuknya. "Pulangnya jam berapa.?" Tegas Cua. "Hmmm... Jam 11 juga udah beres. Yah, mau yah adek sayang." Rayu Angga berbisik ketelinga Cua. "Ya deh, besok aku kuliah lo bang. Aku nggak mau telat." Tegas Cua. "Iya adek sayang." Angga merasa senang. Karena niat Angga membawa Cua kesalah satu club malam adalah untuk membayarkan minumannya. Mereka menggunakan taxi, dibayar oleh Cua, Cua menggunakan sepatu ket, baju kaos putih dan celana jeans. Cua bukan type wanita yang hoby fashion. Tibalah saatnya Cua hadir dalam club. Cua terpisah dari Angga. Membawa uang pas-pasan sesuai permintaan Angga. Nafas Cua merasa sesak berada di keramaian club. Tangan Cua ditarik oleh seseorang membawanya ke sudut untuk berkenalan. "Halo..." Ramah seseorang merangkul tubuh Cua. "Ya haaii..." Dentuman suara music mengalahkan suara seseorang itu. "Nama lo siapa.?" Kata seseorang sedikit berteriak. "Cua..." Bisik Cua. "Siapa... Kenceng dikit, nggak kedengeran." Suara seseorang itu kembali berteriak. "Cua..." "Ooooh, ya... Gue Dani." Bisiknya. Cua memperhatikan Dani, 'hmmmm... Good, manis, tatto di lengan kiri bergambarkan dewa.' "Kuliah.?" Teriaknya lagi. "Iya." Jawab Cua. "Dimana.?" "Universitas......." Jawab Cua lagi. "Ooooh... Sama dong. Jurusan apa lo.?" Sambil memeluk pinggang Cua. "Bisnis." Cua merasa nyaman dengan perlakuan Dani yang sangat lembut padanya. "Gue di medianya." Peluknya dengan nafas menderu. "Lo disini ama siapa.?" Dani bertanya kembali. "Hmmmm... Ama temen." Jelas Cua. "Lo suka tempat ini.?" "Ehmmm... Nggak seeh... Biasa aja. Kamu mabuk.?" Tanya Cua. "Kamu.??? Lo pake Kamu.?" "Hmmm... Nggak boleh yah.?" Jawab Cua penasaran. "Boleh seeeh... Gue seneng aja, ada yang merhatiin gue kayak lo." Jawabnya masih memeluk. "Hmmm... Keluar yuk... Pusing aku disini. Nggak biasa. Nafas ku terasa sesak." Tambah Cua. "Lo nggak minum.?" Tanya Dani lagi. "Nggak lah. Aku pusing, nanti aku pingsan kamu mau gendong aku." Cua menarik tangan Dani agar keluar dari dalam club. Mencari angin seger. Dani menarik tangan Cua di pintu keluar. Menyandarkan Cua di tembok, langsung mencium bibir Cua. Cua kaget tapi tidak bisa menolak. Ada perasaan yang berbeda. Cua menatap mata Dani. "Hmmmm... Kamu mabuk.?" Tanya Cua penasaran. "Nggak. Kenapa.?" Dani masih menempelkan kepalanya dikening Cua. "Sory, aku nggak bisa membalas." Jujur Cua. "Hmmmm... the first time your kiss.?" Dani menangkup wajah Cua dengan kedua tangannya. Cua mengangguk. "But... I like it." Jujur Cua. "Ok. You just do what I do." Dani melakukan kembali. Mencium bibir Cua dengan sangat lembut. Cua membalas ciuman Dani sesuai yang diarahkan oleh Dani. "Cua... What are you doing here,? Hmmmm.... Jangan bilang kamu menyukai sesama jenis." Bentak Angga. "Haaaaah... Kamu cewek.?" Mata Cua menatap Dani dengan seksama. 'Aaaaaaiiiih... Cewek kok lembut banget. Pantes. Tangannya berbeda.' batin Cua. "Uuuups sory." Dani memilih pergi meninggalkan Cua dan Angga masih dengan wajah kaget. "Aku fikir dia cowok bang. Hikz..." Cua menyandarkan kepalanya kebahu Angga. 'sedikit kecewa permirsah... Dikira cowok, rupanya cewek. Secara... Sangat tampan.' "Udah... Yuuuk pulang, nggak jadi lah kita senang-senang disini." Kesal Angga meninggalkan club malam itu dengan wajah kecewa. Kecewanya pertama karena Angga terpisah dari Cua selama didalam. Kedua karena niat untuk membuat Cua mabuk gagal total. Ketiga karena Cua tidak bisa membedakan mana perempuan mana laki-laki. Lugu banget yaaaah. Hmmmm... Cua pulang menggunakan taxi diantar sampai di kosan oleh Angga, tapi Angga hanya menemani Cua sampai depan gerbang. Berlalu pergi meninggalkan Cua. "Makasih bang. See you." Lambaian tangan Cua hanya di balas dengan senyuman oleh Angga. Cua masuk ke kawasan kos. Membuka pintu kamar, masuk kemudian menguncinya. Cua memilih mencuci muka, banyak minum air putih, karena merasakan badannya dehirdrasi selama didalam club. 'hmmm... Nggak nyaman sama sekali. Apa enaknya tempat seperti itu. Nggak ada untungnya.' batin Cua. Tok tok tok... 'Angga pasti... Mau nginap.' Cua membuka pintu kamar melihat seseorang yang tadi berciuman dengannya di club 'Dani' yaaaah... Dani. "Kok." Kaget Cua menatap mata Dani melihat kiri kanan dan memastikan Dani napak atau tidak. "Iya ini gue." Dani menunggu basa basi dari Cua. "Kok tau kosan gue.?" Bisik Cua ada perasaan takut. "Tenang aja. Gue aman. Nggak usah takut." Senyum sinisnya. "Hmmmm... Bukan takut, tapi menjaga." Kekeh Cua. "Am I scary.?" Wajah Dani yang dingin membuat Cua sedikit kaku. "It's not like that.. I'm just surprised where you got my address from.?" Tanya Cua. "Hmmmm... Am I going to stand outside until tomorrow morning.?" Sindir Dani. "Oooh... Nggak. Hmmm... Silahkan masuk." Cua membukakan pintu kamarnya untuk Dani, mempersilahkan duduk dilantai. Dani memperhatikan sekeliling kamar kos Cua, sesekali mencuri pandang kearah Cua. Cukup lama mereka hanya terdiam. Saling tatap dan ada perasaan takut. 'kira-kira kalau keadaan begini gimana yah...? Happy reading... ??

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.9K
bc

My Secret Little Wife

read
98.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook