WARNING! CERITA DEWASA!
"Anggap, kita tak melakukan hubungan terlarang ini, Mbak. Anggap ini tak pernah terjadi," katanya sambil meraih selimut untuk menutupi tubuhku lalu mengenakan pakaianya, setelah itu berbaring miring membelakangiku.
Aku menatap punggung Mas Ali sambil menggigit bibir kuat-kuat, berusaha meredam tangis agar tidak pecah. Apa aku tak salah dengar? Bahkan darah perawan ini belum mengering, bahkan perih ini masih terasa, tetapi kenapa tega mengatakannya? Kenapa melakukannya? Kenapa tak menolaknya? Kenapa?