Chapter 3

1233 Words
Motor berwarna pink yang pemiliknya sudah dipastikan seorang Gadis, itu memasuki pekarangan rumahnya. dan terparkir didalam Garasi. Yaah, pemilik motor berwarna pink itu adalah Zahraa. Perempuan itu sudah sampai rumahnya dengan aman dan selamat. "Assalamualaikum" Ucap Zahra saat memasuki Rumahnya. Tidak ada jawaban, rumahnya tampak sepi. "Assalamualaikum" Ulang Zahra. Tidak lama setelah mengucapkan salam ke dua, datanglah wanita paruh baya. Bukan, itu bukan bunda Zahra, tapi itu adalah pembantu dirumahnya. "Bi Marni". Mereka memang punya pembantu, itu dikarenakan Ayah Fawwaz sering dinas kesehatan keluar kota. Dan istrinya kadang harus ikut suaminya pergi. Jadi mau tidak mau keluarga itu harus punya pembantu, untuk mengurusi kedua anaknya saat orang tuanya tidak ada dirumah. Tidak banyak yang bi Marni lakukan, bi Marni hanya membantu Bunda Fatimah saja. Karena hampir semuanya Bunda Fatimah yang mengerjakan, sesekali bi Marni membantu jika diperlukan saja. "Waalaikumussalam" Jawab bi Marni. "Bunda kemana bi?" Tanya Zahra. "Oh itu, Ayah dan bunda nak Zahra pamit pergi sebentar, mereka bilang ingin menemui sahabat lamanya" Jawab bi Marni seadanya. "Oh yaudah bi Zahra masuk kamar dulu yah" Ucap Zahra pergi menuju kamarnya. "Eh nak Zahra gak makan dulu?" Tanya bi Marni. "Nanti aja bi, Zahra belum laper" Jawab Zahra lalu masuk kedalam kamarnya, dan menutup pintu kamarnya. "Huuh Capek juga hari ini" Ucap Zahra pada dirinya sendiri. "oh iyah Zahra belum sholat Dzuhur" Lanjut Zahra sambil menepuk jidatnya. Lalu gadis itupun bersiap siap. masuk kedalam kamar mandi membersihkan diri dan melaksanakan kewajiban sholat Dzuhur. Setelah semuanya selesai. Zahra mengerjakan tugas kuliahnya karena besok ada jam kelas dari tugas tersebut. "Huuh beres" Zahra menarik nafas sebentar, karena tugas kuliahnya sudah selesai. "Ngantuk banget" Ucap Zahra yang sepertinya sangat mengantuk. Zahra membereskan tugas-tugasnya lalu beranjak dari meja belajar ke tempat tidurnya dan beristirahat. *** Gelap. Itu artinya matahari sudah terbenam. Dan malam hari telah datang. Mata lentik yang sangat indah itu perlahan terbuka. dan memeriksa keadaan sekitar. Dan... "Astaghfirullah, ini sudah malem. Kenapa jadi kebablasan gini. Mana belum sholat lagi" Ucap Zahra dan langsung beranjak dari tempat tidurnya bersiap siap untuk melaksanakan Kewajibannya. Setelah semua selesai dan Zahra pun sudah berganti dengan pakaian Tidur nya, pintu tiba-tiba diketuk. "Raaa makan malam dulu yuuk" Ajak bunda Fatimah. Yah itu suara bundanya. Mereka sudah kembali. "Iyah bun, bentar nanti Zahra nyusul" Jawab Zahra didalam kamar. Bunda Fatimah pun pergi meninggalkan kamar putrinya dan bergabung dengan Suami dan anak pertamanya. "Zahra nya mana bun??" Tanya Haikal yang sudah berada di meja makan. "Bentar lagi kesini" Jawab Bunda Fatimah. "Selamat malam semuanya" Ucap Zahra yang baru datang dan duduk di ruang makan. "Ayah sama Bunda tadi siang Reuni yah??" Lanjut Zahra, bertanya sama ayah dan bundanya. "Bukan Reuni tapi cuma ngobrol biasa aja, lepas rindu, karena sudah lama nggak ketemu. lagian kami hanya dua keluarga saja" Jawab Bunda. "Ooohh" Jawab Zahra seadanya. Bunda Fatimah hanya menggelengkan kepalanya mendengar jawaban dari putrinya. Sedangkan Haikal hanya diam saja, dia tidak tau kalo Ayah dan bundanya pergi. Karena memang dia baru pulang dari rumah sakit tempat pria itu bekerja. Setelah pembicaraan tadi, mereka melanjutkan makan malam dengan hening. Sampai selesai. mereka baru ingin beranjak ke tempat mereka masing-masing dan pergi kekamar mereka tiba-tiba : "Nanti dulu" Ucap ayah Fawwaz. Dan seketika Haikal dan Zahra mengurungkan niatnya untuk kembali kekamar. Sepertinya ayah mereka ingin berbicara penting. "Boleh Ayah minta waktu kalian sebentar??" Tanya ayah Fawwaz. Ada apa ? Nggak biasanya ayah mereka begini. Apa ada masalah ? "Ayah ingin berbicara sesuatu sama kalian dan sangat penting untuk kalian dengar dan kalian ketahui" Ucap ayah Fawwaz. Seketika semuanya berubah serius dan ingin tau apa yang ingin Ayahnya katakan.. kecuali Bundanya. karena Bundanya sudah tau apa yang nanti suaminya katakan. Jadi dia hanya diam. "Seperti yang tadi Zahra katakan, Ayah dan Bunda tadi siang pergi untuk menemui sahabat ayah yang sudah lama tidak bertemu." Ucap ayah Fawwaz. "Dan kami berbicara suatu hal penting yang mungkin nanti kalian mendengarnya agak sedikit kaget" Lanjut ayah Fawwaz. Terdengar suara tarikan nafas yang sangat berat dari pria paruh baya tersebut. " dan Kami dua keluarga sepakat ingin menjodohkan Anak mereka dengan putri kami Zahra" Sambung ayah Fawwaz. JDAAAARRR... "Tapi kenapa yah ??" Bukan, itu bukan suara Zahra melainkan suara kakanya yang bertanya. Dan sangat shock tentunya. Sedangkan Zahra hanya diam, pikirannya becabang entah kemana. Dia berpikir : Apa itu benar ? Apa ayah nya bercanda ? Ahh Iyah pasti dia sedang dikerjain. Apa ini semacam Prank. "Ayah dulu pernah membuat sebuah perjanjian dengan sahabat ayah" Ucap Fawwaz. Flashback On. 10 Tahun yang lalu.... Hospital City Hamzah. Saat itu Rumah sakit yang dikelola oleh keluarga "Hamzah" hampir diambang kehancuran. pada saat itu ada pasien yang dirawat dirumah sakit meninggal dunia, karena kurang penanganan. Dikarenakan Alat-alat yang kurang memadai. Sehingga Isu isu di sosial media memberitakan bahwa rumah sakit itu sangatlah jelek. Sehingga pasien bisa meninggal dunia. Dan penerus dari pendiri rumah sakit itu sangat depresi. Dia tidak tau harus bagaimana dengan masalahnya.. yah dia adalah "Fawwaz Hamzah" penerus dari keluarga Hamzah. yang sekarang mengelola Rumah sakit peninggalan dari ayah, dan kakeknya terdahulu. Dia merasa gagal akan peninggalan dari keluarganya yang sekarang sudah sangat hancur. Sampai tiba saatnya.. Fawwaz dan juga istrinya bertemu dengan sahabat mereka dan menceritakan semua masalah yang mereka hadapi. Dan disinilah mereka. Di Caffe. tempat yang Ramai, banyak orang makan, berkumpul, atau sekedar Ngopi saja. "Hidup saya sekarang sudah hancur, saya tidak bisa mengurus rumah sakit peninggalan dari keluarga saya. Saya tidak bisa menjaga amanah mereka dengan baik" Ucap Fawwaz sangat terpukul dengan kejadian yang dialami. "Saya sudah benar-benar hancur keen" Lanjut Fawwaz sedih "Saya bisa bantu rumah sakit kamu waz, saya akan mengembalikan kehormatan, Nama baik keluarga dan Rumah sakit itu. Saya akan memberikan fasilitas yang sangat baik untuk rumah sakit itu. Bahkan bila perlu saya akan mendatangkan alat-alat yang sangat bagus dari luar negeri." Ucap Keenan Wajah Fawwaz yang sedih seketika Senyum berbinar melihat Sahabatnya. "Tetapi Sebagai balasannya Saya meminta satu hal darimu. Yaitu anak perempuanmu Zahra." Lanjut Keenan. Deegg. "Apa maksud dari sahabat nya ini." Fawwaz berbicara dalam hati. "Kau jangan salah paham dulu waz" Keenan terkekeh geli. "Saya meminta putrimu untuk menjadi menantuku. Menjadi istri dari anakku nanti" Lanjut Keenan dengan serius. "Apa kau setuju" Sambung Keenan. Fawwaz berpikir. Sepertinya dia tampak ragu untuk menerima kesepakatan ini. Lalu dia melirik istrinya untuk meminta pendapatnya. Tapi istrinya tidak menjawab, sepertinya Fatimah pasrah. Tapi bukankah jodoh tidak ada yang tau. Bisa jadi mereka emang berjodoh. Kita lihat nanti kedepannya saja. "Yasudah aku setuju" Ucap Fawwaz. Dan setelah kejadian itu Keenan menepati Janjinya. Dia mengembalikan Citra rumah sakit dan Nama baik keluarganya. Dan mendatangkan alat-alat medis yang sangat bagus dan canggih dari luar negeri. Flashback  Off Sebenarnya Fawwaz juga sangat berat dengan ini semua, karena kebahagiaan anak-anaknya sangatlah penting. Dia ingin anak-anaknya menikah dengan orang yang mereka Cintai. Tapi rencana Allah tidak ada yang tau. "Ayah tidak akan memaksa. Kalau kamu tidak mau, ayah akan bicarakan ini lagi dengan sahabat ayah. Siapa tau dia bisa mengerti" Ucap ayah Fawwaz dengan rasa Sedih. Apapun akan dia lakukan demi kebahagiaan putra-putrinya. Meskipun masalah besar datang nantinya dia sudah tidak perduli. Gadis itu hanya diam. sekarang dia sedang memikirkan, apakah dia harus menerima perjodohan ini atau tidak. Tapi jika tidak, bagaimana dengan Ayahnya. Masalah akan datang. Apakah permintaan seperti itu saja aku tidak bisa memenuhinya. Anak macam apa aku ini. Terdengar suara tarikan nafas. Dan : "Ayah, Zahra setuju. !! Zahra akan menerima perjodohan ini ayah" Ucap Zahra dengan berat Hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD