Beraninya

1050 Words
Selamat Membaca Sudah hampir dua bulan Aqira kerja di rumah Charles. Semenjak Aqira bekerja di rumah itu, suasana rumah itu semakin hangat. Itu semua karena tingkah lucu Aqira. Ya, kita tau bahwa Aqira merupakan seorang gadis periang dan juga humoris membuat orang di sekitarnya tertawa . Risa dan Darman selalu memperhatikan Aqira, mereka juga sangat menyukai Aqira. Bukan tanpa alasan, selama bekerja di rumah itu, Aqira selalu rajin dan begitu cekatan dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti sudah terbiasa melakukannya. Mereka juga tau kalau Aqira memiliku hati yang baik dan juga tulus. Bukan hanya itu, mereka juga senang mendengar lelucon dari Aqira karena setiap ceritanya itu selalu membuat gelak tawa kita pecah. Mungkin bisa dikatakan kalau Aqira itu adalah komedian berkedok pelayan ?. ****** Selama dua bulan bekerja, belum pernah sekali pun Aqira bertemu dengan tuan muda Brian. Pantas saja, karena Brian sangat jarang berada di rumah. Kita pun tau kegiatannya setiap malam, itu sudah menjadi rahasia umum di rumah ini. Kalaupun setiap keluarga sarapan pagi pun, Aqira selalu di belakang dan Bi Ane lah yang akan melayani keluarga itu sampai keluarga itu selesai makan. Kalau ada yang kurang, pasti Bi Ane lah yang mengurusnya. Saat Brian di rumah pun, dia hanya di ruang kerjanya menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Di balkon kamarnya, Brian sedang bersantai sembari memantau harga saham di ponselnya. Perhatiannya teralihkan saat melihat gadis kecil dengan rambut di ikat dua ke samping seperti anak kecil, sedang menyiram tanaman di taman belakang. Kamar Brian memang menghadap taman belakang, dan sudah beberapa kali melihat pemandangan seperti ini. "Siapa anak kecil ini , apakah Mom dan Dad mengadopsi anak ?" gumamnya " Hah siapa yang peduli " lanjutnya lagi mengalihkan perhatiannya ke posel di tangannya. Pagi itu semua sudah berkumpul di meja makan. Aqira sudah menyiapkan makanan di meja makan. Melihat Aqira membuat mereka bertanya tanya. "Aqira, dimana Bi Ane, kenapa kamu yang melakukan tugasnya"? tanya Risa. "Itu Bu, Bi Ane sedang sakit jadi hari ini saya yang menggantikan Bi Ane." jawab Aqira "Sakit apa, apakah parah, kenapa tidak dibawa ke dokter ?" cerca Risa dengan berbagai pertanyaan. "Kata Bi Ane hanya sakit kepala ringan, minum obat dan istirahat saja sudah cukup Bu." jawab Aqira sambil menyendokkan makanan di piring . "Baiklah kalau begitu, minta Bi Ane untuk istirahat supaya lekas sembuh. Nanti saya akan mencari satu pelayan lagi supaya kalian tidak terlalu kewalahan mengurus rumah ini." ucap Bu Risa. "Baik Bu." jawab Aqira Saat akan meyendokkan makanan ke piring tuan muda Brian Aqira begitu gugup, karena raut muka Brian sangat dingin dan menatap Aqira tajam. Karena saking gugupnya membuat tangan bergetar. "ehhemm.." Brian terbatuk kecil membuat Aqira terkejut dan tanpa sengaja tangannya yang sudah dari tadi bergetar, menjatuhkan sendok berisi makanan tepat di pangkuan Brian sehingga membuat celananya kotor terkena kuah makanan itu. Brian memelototkan matanya, menatap Aqira tajam lebih tajam dari sebelumnya seperti singa marah yang akan memakan mangsanya ?. "Beraninya kau, dasar bodoh." bentak Brian pada Aqira. "Maaf tuan, saya tidak sengaja." ucap Aqira menundukkan kepalanya dan tangannya diulurkan untuk membersihkan noda makanan di pakaian tuannya itu. Belum juga sampai, tangannya sudah terlebih dahulu ditepis kasar oleh Brian. "Jauhkan tangan kotormu. Bekerja saja tidak becus!! Entah kenapa orang tuaku membiarkan orang ceroboh sepertimu masuk ke rumah ini l." Bentak Brian memandang Aqira seakan merendahkan. Sedangkan Aqira hanya menundukkan kepala menahan tangis, karena baru kali ini dia dibentak oleh seseorang, bahkan orangtuanya saja pun tidak pernah sekalipun memarahi apalagi membentaknya. "Maaf tuan, saya tidak sengaja. Saya akan mencucinya dengan bersih tuan." jawab Aqira masih menundukkan kepala. "Sudah Brian, dia tidak sengaja." Risa menengahi. "Tidak Mom, dia harus diberi pelajaran. Bagaimana bisa Mom menerima orang seperti dia, bekerja saja tidak becus. Apakah dia tidak diajari orangtuanya? Seperti tidak pernah dididik saja." ucapnya ketus. Aqira sudah menahan amarahnya Betapa sombongnya tuan muda ini, aku hanya mengotori bajunya, tapi sudah memakiku habis habisan. "Jangan begitu, hanya masalah pakaian saja kau memakinya habis habisan. Sudah Aqira jangan dipikirkan omongannya, kembalilah ke belakang." ucap Risa. "Hehh, sekalipun dia menjual diri dia tidak akan sanggup membelinya." ucapan Brian membuat langkah Aqira terhenti. Sungguh sakit hatinya mendengar ucapan Brian barusan. Sebelumnya didikan orangtuanya diragukan dan sekarang harga dirinya pun dijatuhkan. Aqira sudah tidak tahan lagi. "Brian sudah, ka..." "Apa hak anda menjatuhkan harga diri saya." ucap Aqira tegas memotong ucapan Risa. Entah mendapat keberanian mana Aqira menyuarakan sakit hatinya. Semua yang ada di meja makan itu melongo menatap Aqira. Bahkan langkah Joe, asisten pribadi Brian pun terhenti saat akan memasuki ruang makan. Bukan tanpa alasan, baru kali ini ada orang yang melawan seorang Brian. Karena setiap orang yang berani melawannya akan berakhir tidak baik. Tapi sekarang, hanya gadis kecil yang tidak memiliki apa apa selain tubuh mungilnya itu, berani melawan tuan muda Brian. Apakah dia tidak berpikir bagaimana nasibnya setelah ini, yang pasti itu tidak akan baik. "Tadi anda meragukan didikan orang tua saya dan sekarang anda juga merendahkan harga diri saya. Saya tau anda berkuasa memiliki segalanya, tapi anda tidak punya hak menilai orangtua saya dan merendahkan saya." ucap Aqira tegas mengangkat dagunya seperti membuat perlawanan atas sikap tuan mudanya itu. "Heh ." Brian terkekeh "Berani sekali gadis pelayan sepertimu melawanku. Apakah kau tidak sadar kalau kau sedang berada di kandang singa? Apakah kau tidak berpikir bagaimana nasibmu setelah ini huh? Apakah kau tidak takut"? ucap Brian dengan tangannya menyentuh ujung rambut Aqira seolah jijik dengan tatapan merendahkan . "Kenapa aku harus takut? Memangnya anda ini Tuhan sehingga aku harus takut"? ucap Aqira menantang. "Maaf tuan, kita harus segera berangkat ke kantor. Klien kita dari negara C sudah menunggu." ucap Joe saat Brian ingin kembali membentak Aqira. Mata Brian melotot tajam ke arah Joe. "Ini klien penting tuan, mereka hanya tinggal beberapa jam disini, padahal kita sudah jauh jauh hari merencanakan kerja sama ini. Kalau kita terlambat kita bisa kehilangan kontraknya Tuan." ucap Joe seakan mengerti tatapan tuannya itu. Brian menghela nafas kasar kembali menatap Aqira. "Kali ini kau lolos, masalah kita belum selesai nikmati saja hari baikmu." ucap Brian tersenyum menyeringai dan berlalu meninggalkan ruang makan terburu buru. Melihat perdebatan itu Mom dan Dad saling menatap dan tersenyum penuh arti seakan memiliki rencana misterius. "Sudah tidak apa apa, jangan dipikirkan. Dia memang seperti itu, selalu semena mena. Kami malah senang kau melawannya. Dia tidak akan berani menyakitimu, kami akan melindungimu. Tidak usah takut ya.Kembalilah ke belakang." ucap Risa menenangkan Aqira.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD