05 |NEGOSIASI

1083 Words
“Uhuk-uhuk!” Aku bangun sambil terbatuk-batuk dalam kondisi basah kuyub. Kukira aku akan mati setelah jatuh dan hanyut ke sungai. Tapi di mana aku sekarang? Pandanganku menatap ke sekeliling hutan yang kali ini tidak tampak seram seperti terakhir kali yang kulihat. Pohon-pohon yang tumbuh melingkar di sekitarku memiliki banyak bunga yang kemudian jatuh berguguran akibat terkena embusan angin. “Subhanallah indah sekali…” Aku berujar kagum sambil menengadahkan tangan hingga satu bunga berwarna merah jatuh ke atas telapak tanganku. Suasana di sini membuatku seketika melupakan kejadian yang sebelumnya aku alami. Ah benar. Harusnya aku tidak sesantai ini menikmati pemandangan alam. Aku harus kembali ke tempat camping supaya semua orang tidak cemas sebab kehilanganku. Bangkit dari tanah, aku hampir saja akan melangkah namun tiba-tiba dibuat menegang saat seekor ular king cobra telah berdiri menghadang di depan. Astaga… baru kali ini aku melihat ular sebesar itu. Apalagi lidahnya yang panjang terjulur beberapa kali seolah tidak sabar ingin segera mencicipi tubuhku. Tuhan! Tolong aku… Tubuhku berbalik ke lain arah, berniat kabur ke arah sebaliknya namun… sial! Seekor serigala besar dengan mata cokelat keemasan telah menungguku di sana. Tanganku memegang kepala panik, bergantian menatap ke belakang tempat ular king cobra lalu ke depan tempat serigala. Tidak adakah yang lebih baik dari situasi sekarang? Terhimpit di antara dua hewan buas sekaligus!! Tuhan… cabut saja nyawaku! Batinku menjerit putus asa. Ceramah dari Pak Fuad saat shalat subuh jamaah tadi pagi tiba-tiba tergiang dalam ingatanku. “Di hutan banyak sekali hewan buas! Andai kalian bertemu hewan buas, coba bacalah surat ini…” Mataku terpejam dan mulutku bergerak mengikuti bacaan surat yang dikatakan Pak Fuad. “A’udzu bikalimatillahittammati min syarri maa khalaq. Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejatan makhluk yang diciptakan-Nya. Aamiin.” Sedetik usai aku membaca doa tersebut, serigala putih ke abu-abuan langsung menyerang king cobra. Aku sampai menjingkat ngeri mendengar suara lolongan serta gigi tajamnya yang mampu menakuti king cobra hingga akhirnya pergi. Glek. Aku menelan ludah ketika serigala itu berbalik menatapku tajam. Duel satu lawan satu masih tidak cukup mampu aku menangkan jika lawanku adalah hewan buas seperti dia. Tapi kalau dipandang lama begini, kok rasa-rasanya wajah serigala itu tampak familiar. Bukannya memikirkan cara untuk melarikan diri, aku malah sibuk berpikir di mana pernah menjumpai serigala itu. Lalu tidak lama kemudian, lampu di otakku menyala pertanda telah mengingat kapan dan di mana aku pernah melihat serigala tersebut. Yakni di dalam mimpiku. Yeah, aku tidak mungkin salah. Serigala di depanku ini benar-benar mirip dengan serigala yang tempo hari masuk ke dalam mimpiku. Bukan hanya serigala, tapi aku juga mendengar suara seorang pria. Suara berat dan jantan mirip… “Kamu baik-baik saja?” “Ah ya mirip seperti itu!” Aku menceplos ketika beberapa detik sebelumnya mendengar suara pria yang sama seperti di dalam mimpiku. Tapi tunggu dulu! Suara siapa tadi? Kepalaku celingak-celinguk menatap ke sekitar tempatku berdiri. Tidak ada manusia lain di sini selain hanya diriku. Lalu pandanganku jatuh menatap serigala abu-abu yang bergeming mengamatiku. “Tidak mungkin juga suara itu berasal dari hewan ini,” ujarku dengan otak berpikir keras. “Aku bertanya apakah kamu baik-baik saja?” Lagi. Suara itu kembali terdengar dan otomatis membuatku menatap dengan mata terbelalak ke arah serigala abu-abu di depanku. “Sepertinya tercebur ke sungai membuat kewarasanku ikut hanyut ke sana. Tidak mungkin aku bisa mendengar seekor hewan berbicara, itu hanya ada di dalam novel atau film!” gerutuku, yang sudah terlihat seperti orang gila sekarang. “Aku yang menyelamatkanmu dari sungai dan aku memang bisa berbicara,” sahut serigala itu. Tubuhku membeku, napasku seketika berhenti sedangkan jangan tanya bagaimana ekspresiku saat ini—jelas-jelas sangat terkejut sekaligus tidak percaya. “Kau bercanda?!!” Aku menjerit sembari mengambil dua langkah mundur. “Sayangnya tidak.” Tanganku menampar kedua pipiku sendiri, berusaha membangunkan jiwaku yang mungkin sedang bermimpi. Tapi semua tetap nyata meski aku telah menampar bahkan mencubit kulit tanganku. “Dahulu, aku dikutuk menjadi seekor serigala karena telah melakukan kesalahan. Penyihir yang mengutukku mengatakan suatu saat aku akan bertemu dengan gadis yang bisa mengembalikan wujudku menjadi manusia,” jelasnya. Sementara tanganku menunjuk diriku sendiri dengan raut terkejut, “Dan gadis yang dimaksud adalah aku?” Serigala itu mengangguk lalu didetik itulah aku tertawa terpingkal-pingkal. “Hahaha! Hahaha!” Perutku sampai keram karena terlalu lama tertawa. “Ini pasti efek sering menonton film fantasy bersama Rossa,” ringisku. Ngomong-ngomong soal Rossa, baru ingat kalau aku harus segera kembali ke tempat camping sebelum matahari terbenam. “Berhenti bermain-main, kau pasti hanya salah satu dari halusinasiku saja. Maka sampai jumpa… aku harus buru-buru kembali ke tempat camping!” pamitku lalu melangkah pergi dari sana. Namun baru satu meter aku pergi, tiba-tiba suara serigala itu kembali terdengar mengikutiku. “Memangnya kamu tahu jalan untuk kembali ke tempat campingmu?” tanyanya. Kepalaku menoleh. Sebanyak apapun aku berusaha menolak semua kemustahilan ini, tetap saja aku masih bisa mendengar suara seekor serigala yang lantas membuatku percaya. “Memangnya kamu sendiri tahu?” Aku bertanya balik kepadanya. Serigala itu mengangguk. “Aku sudah bertahun-tahun terjebak di hutan, bertahan hidup dari serangan hewan buas lainnya dan juga para pemburu ilegal yang berusaha menangkapku untuk dijual. Jadi intinya aku tahu semua arah jalan di hutan ini. Aku bisa membantumu kembali ke tempat camping.” Sejenak, aku tertegun mendengar perkataannya. Ternyata serigala ini cukup baik juga. “Kenapa kamu bersedia membantuku? Apa karena ucapan orang yang telah menyihirmu jika aku adalah gadis yang kau yakini bisa mengubahmu menjadi manusia lagi?” Bukannya berterima kasih, aku malah menyerangnya dengan pertanyaan. Kadar ingin tahuku terlalu tinggi. Tapi siapa juga yang tidak akan penasaran setelah bertemu siluman serigala seperti dia? Sebelum aku memutuskan menerima bantuannya, kurasa perlu untuk mengorek informasi lebih dalam tentangnya. “Ya. Aku berharap kamu mau membantuku mematahkan kutukan ini dan mengembalikanku menjadi manusia.” “Tidak ada tujuan lain? Misalkan saja ditengah jalan kau berniat memakanku hidup-hidup,” cicitku, antisipasi andai saja serigala itu khilaf. “Sejatinya akupun juga seorang manusia, jadi tidak mungkin aku memakan daging manusia,” jawabnya, yang langsung membuatku lega. Setidaknya aku tidak akan khawatir dimakannya hidup-hidup nanti. “Baiklah, aku akan membantumu menjadi manusia lagi.” Keputusanku sudah bulat, anggap saja sebagai ungkapan rasa terima kasih karena dia telah menyelamatkanku dari king cobra. “Terima kasih. Ayo, aku akan mengantarmu pulang,” katanya lalu berjalan memimpin di depan. Meski memiliki tampang serigala, tapi dari sorot matanya yang indah membuatku bisa menebak jika dia memiliki wajah yang tampan. Eh tapi, kenapa aku bisa menyimpulkan dia seorang laki-laki? Aku bahkan tidak tahu jenis kelaminnya. BERSAMBUNG...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD