Bab 3: Rumah baru

1152 Words
Setiap tempat ada penghuninya, yang nyata maupun tidak kasat mata. *** "Selamat datang di rumah baru kamu ya, Sayang," sambut Aisyah sambil tersenyum manis. Aisyah menggandeng tangan Yerina menuju ke panti asuhan yang berada di depan mereka. Yerina melihat beberapa anak sedang membaca buku, bermain bola, duduk di rumput dan juga ayunan. Sambil terus berjalan menuju ke dalam rumah Yerina memperhatikan mereka satu persatu. Mereka melihat ke arah Yerina juga. "Sekarang kamu mandi dulu ya, Sayang terus kamu ambil wudhu kita sholat berjamaah ya," ujar Aisyah kepada Yerina. "Yerina gak bisa wudhu Bunda," jawab Yerina polos. "Gak apa-apa Sayang nanti Bunda saya Ayah ajari, ya. Bunda tinggal dulu ya, Sayang." Aisyah meninggalkan Yerina menuju ke dapur. Sepeninggal Aisyah Yerina memperhatikan kamar barunya, dia melihat kamar yang bertingkat berada di kiri dan kanannya. Dia melepaskan tasnya, kemudian menuju ke kamar mandi. Di kamar mandi Yerina merasa sangat aneh, dia merasa diperhatikan oleh seseorang. Wajah ketakutan terpancar jelas di wajah Yerina saat dia melihat ke arah cermin ada sesosok tinggi besar berbulu lebat sampai menuju langit-langit kamar mandi. Yerina mematung sambil gemetar, dia tidak bisa bergerak. Sosok itu sangat mengerikan. Tidak sampai di situ Yerina kemudian mendengar suara seorang perempuan. "Kembalikan taliku, kembalikan." "Yerina, kamu sudah selesai mandi Sayang?" tanya Aisyah sambil masuk ke kamar. Aisyah melihat Yerina tidak di kamar dan menuju ke kamar mandi untuk menecek Yerina, ternyata pintu kamar mandi tidak dikunci. "Astagfirullah, Yerina." Aisyah menuju ke arah Yerina yang pingsan di dalam kamar mandi. Setelahnya Aisyah memanggil Yusuf dan memanggil dokter untuk memeriksa Yerina. Dokter bilang Yerina mengalami syok berat. "Bunda yang Bunda bawa tadi siapa?" tanya Amira pada Aisyah yang tengah menyiapkan bubur di dapur. "Keluarga baru kita, Sayang," jawab Aisyah sembari tersenyum. "panggil enam s*****n yang lain ya, Amira. Kita makan malam bersama, sama Bunda juga mau cerita soal Yerina sama kalian." "Siap Bunda laksanakan." Amira menghormat kemudian memanggil enam temannya yang lain. Setelah semua berkumpul mereka sholat berjamaah terlebih dahulu kecuali bagi yang berhalangan dan juga beragama non-islam. Revan dan Vina yang beragama non-islam tetap berada di ruang makan sambil menyiapkan semua keperluan makan sembari menuju semua selesai beribadah. Setelah selesai sholat semua makan bersama, setelah makan Aisyah akan mengajak semua anak-anak berkumpul di ruang keluarga untuk berbincang-bincang mengenai hari ini. Aisyah akan menanyakan keluh kesah setiap anak dan berbagi cerita. "Jadi Bunda siapa anak itu? Eh, maksudnya keluarga baru kita?" tanya Amira memulai pembicaraan. Aisyah tau bahwa Amira adalah yang paling dewasa dianatara semuanya walau dia masih kelas empat SD. "Intinya dia baru kehilangan kedua orangtuanya dan sebatang kara jadi mulai hari ini dia akan menjadi keluarga kita," jelas Aisyah. Semua anak mengangguk mengerti. "Wah kita jadi ES dong," celetuk Raka. "Hah, apaan tuh ES?" tanya semua anak kecuali Rai. "ES itu kepanjangan Eight s*****n, atau delapan sekawan." Raka tertawa renyah. Semua hanya ber oh ria kemudian tertawa. Aisyah tersenyum melihat mereka semua. *** Yerina medengar suara orang berbisik-bisik di dekatnya membuatnya langsung terbangun dari tempat tidur. "Tuh kan dia not sleep lagi, kalian si grasak-grusuk kaya bird ghsot cari makan." Fina melotot ke arah Raka dan Rangga yang menjadi dalang dibalik terbangunnya Yerina. "Bukan bird ghost Fin tapi owl," protes Amira mengkoreksi bahasa inggris Fina yang salah sambil menepuk jidatnya. "maaf ya kalau kita buat loe kebangun." Amira berjalan ke tempat tidur Yerina sambil membawa nampan berisi bubur. "Ni, buburnya dimakan dulu." Amira menyerahkan nampan itu. Mereka semua memperhatikan Yerina makan. "Kalian juga mau?" tanya Yerina risih dilihat saat makan. "aku risih diliatin kalian pas makan," jujur Yerina. "Gak kita dah makan kok, loe aja yang makan. Eh, maaf deh kalau gitu. Kalian jangan liatain dia makan dong." Amira melotot ke arah mereka, dan semuanya dengan cepat mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Oh iya kenalin gue Amira, nah itu si kembar Raka dan Rangga. Yang pakai bahasa inggris campur aduk amburadul itu Fina ...." "Eeh enak aja campur aduk amburadul dikira bubur, I itu again latihan," protes Fina memotong perkenalan Amira. "Halah." Amira menjitak kepala Fina. "nah yang bawa buku mulu itu Raizel panggilannya Rai, yang bawa barbel itu namanya Revan, terakhir yang mukanya kaya hantu itu namanya Vina. Kalau nama loe?" "Nama saya Yerina, salam kenal semuanya." Yerina meletakkan piring dan gelas yang sudah kosong ke nampan kembali. "Salam kenal, sekarang kita jadi delapan s*****n. Hihihi." Vina cekikikan menirukan suara kuntilanak. Yerina langsung menutup kuping mendengar suara itu. Rai memukul bahu Vina dengan bukunya. "aww," ringis Vina. "Your ketawa very black tau gak, serem," komentar Fina. "Dark, Fina bukan black," ujar Amira mengkoreksi. "Maaf, habis masih kebawa sama film mbak kunti kemarin." Vina hanya nyegir kuda. "Selamat datang dan menjadi anggota delapan sekawan." Semua anak bertepuk tangan menyambut Yerina secara resmi menjadi anggota delapan s*****n. "Kita gak Kan punya anggota baru lagi kan?" tanya Revan tiba-tiba penasaran. "Gak cukup delapan aja," jawab Amira. "Malam ini liat film horor yuk, Pak Poci versus Mbak Kunti," cetus Vina. "O to the gah," ucap Fina. "ogah!" lanjut semuanya serentak. *** Rumah baru Yerina terasa sangat menyenangkan, anak-anak lain di sini menerimanya dengan baik. Panti asuhan ini memang baru ditinggali delapan anak saja. Tapi Yerina masih tidak nyaman dengan rumah barunya, belum lagi sosok yang dia lihat tadi di kamar mandi. Yerina juga selalu menangis setiap malam tanpa suara, semuanya begitu cepat terjadi. Keesokan paginya semua anak-anak lainnya kecuali Yerina bersiap berangkat ke sekolah, sedangkan surat pindah sekolah Yerina dan surat adopsi masih di urus. "Assalamualaikum, Yerina. Selamat pagi," sapa Aisyah sambil tersenyum. "Waalaikumsalam, Bunda. Selamat pagi," jawab Yerina. "Yerina sarapan dulu ya habis itu mandi, semua udah pada berangkat sekolah. Nanti kalau surat pindah Yerina sudah selesai Yerina sekolah bareng mereka ya, Sayang ya." Aisyah mengelus rambut Yerina lembut. "Baik, Bunda. Terimakasih Bunda." Yerina tersenyum. Siang pun menjelang, seorang tamu terlihat memasuki pekarangan rumah membuat Yerina yang awalnya berada di ayunan langsung masuk ke rumah. "Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh, Aisyah," panggil pria paruh baya yang datang itu. "Waalaikumsalam Warrahmatullahi Wabarrakatuh, Abah." Aisyah langsung mencium tangan pria paruh baya yang merupakan Abahnya. "Yerina, sini salam sama Kakek." Yerina menghampiri mereka berdua kemudian mencium tangan Abah Aisyah. Aisyah mempersilakan Abahnya masuk, "Yerina temani Kakek sebentar ya, Bunda mau buat minum dulu." Yerina duduk di depan Abah Aisyah sambil menundukkan kepalanya. Abah Aisyah memandang Yerina kemudian mengelus rambutnya penuh kasih sayang. "Astagfirullah, Astagfirullah, Ya Allah." Abah Aisyah menangis begitu mengelus rambut Yerina. Peristiwa yang Yerina alami terlintas begitu saja dan bisa dilihat Abah Aisyah. Yerina terheran melihat Abah Aisyah menangis, kepala yang semula tertunduk langsung menatap pria paruh baya dihapannya itu. Tanpa sadar Yerina menghapus air mata dari pelupuk mata pria paruh baya itu. "Abah, Abah kenapa kok menangis?" Aisyah langsung meletakkan nampan berisi teh manis dan peyek dengan terburu-buru. Abahnya hanya menggeleng. "minum dulu, Bah." Aisyah menyodorkan teh kepada Abahnya. Setelah tenang semua terdiam, Abah Aisyah hanya memandang Yerina dengan simpati. Yerina yang tidak suka dipandang seperti itu langsung pergi dari ruang tamu dan masuk ke dalam kamar. Bersambung ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD