Kelahiran tanpa Anugerah

1330 Words
Suara tangisan kelahiran dari Pangeran ketiga saat itu membuat Raja Muller XI terkejut dan sekaligus bingung. Pandangan Raja Abraham kini menatap lurus ke depan ke arah desa, namun tak ada naga yang muncul di malam itu meski pun mereka sudah bersiap-siap seperti saat ini. Para prajurit dikerahkan dan bahkan rakyat pun sudah di asingkan. Dahi Raja Abraham spontan mengerut ketika mendengar suara tangisan sang Pangeran yang terdengar begitu kencang, namun tidak menghadirkan seekor naga pun di sana, “Ke mana Naganya??” gumam Raja Abraham kepada dirinya sendiri, ia yang saat itu tengah berada di atas menara pemantau desa pun kini menolehkan pandangannya ke kanan dan ke kiri untuk memastikan bahwa Naga yang ditunggu-tunggu benar-benar tidak menampakkan diri dan bahkan suara teriakan dari Naga yang dinantikan pun tidak muncul dari wilayah itu. “Apakah ada yang salah di sini?” tanya Raja Abraham seraya menolehkan pandangannya untuk menatap ke arah Rezen yang kepercayaan. Lelaki dengan tubuh tegap bermata Amber itu kini hanya membalas tatapan sang Raja dengan gelengan kepalanya yang pelan. “Saya merasa bahwa ada yang berbeda dari kelahiran Pangeran saat ini, Baginda” ucap Rezen, kedua matanya saat itu menatap Raja Abraham dengan penuh ketidak yakinan dan kekhawatiran di sana, ya … kelahiran tanpa Naga lahir merupakan sebuah pertanda yang tidak baik dan hal itu membuat sang Raja yang tengah menunggu kedatangan Naga lahir pun akhirnya menggeram dan berjalan dengan cepat meninggalkan tempat tersebut. Melihat pergerakan yang dilakukan oleh sang Raja, membuat Rezen selaku kepercayaannya pun dengan segera mengikuti langkah kaki dari Raja Abraham yang kini berjalan menelusuri lorong-lorong kerajaan dan berakhir di depan pintu kamar dari sang Ratu. Dibukakannya pintu tersebut oleh dua prajurit penjaga yang kemudian memperlihatkan beberapa tabib yang tengah menggendong sang Pangeran kecil di sana. “Bawa anak itu kepadaku!” perintah Raja Abraham kepada salah satu tabib yang tengah menggendong Pangeran kecilnya, dan hal itu pun membuat sang tabib mengikuti perintah Raja Abraham dan memberikannya kepada sang Raja. Mendengar hal itu, membuat Rezen menoleh menatap Raja Abraham yang kini terlihat begitu khawatir di sana, dan hal itu pun membuat Rezen akhirnya bertanya kepada sang Raja. “Baginda … apa yang akan anda lakukan sekarang?” tanya Rezen kepada sang Raja yang kini menggendong Pangeran dari gendongan sang tabib, dan kedua pandangan Raja Abraham pun kini menoleh menatap Rezen yang kemudian berucap, “Aku harus bertanya kepada para petinggi mengenai hal ini” jawan singkat Raja Abraham kepada Rezen yang kini mengerutkan dahinya tidak yakin akan hal tersebut, “Apakah anda yakin, Baginda?” tanya Rezen kembali kepadanya, namun Raja Abraham tidak menggubris pertanyaan itu dan kembali berjalan menuju ruangan para petinggi Naga. Raja Abraham berjalan ke arah sebuah lorong yang tidak pernah dilewati oleh orang-orang maupun staff kerajaan, di dalam lorong itu hanya terdapat sebuah pintu. Pintu yang memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan pintu-pintu yang ada di dalam istana Kerajaan Valens. Dan itu merupakan sebuah ruangan di mana para petinggi naga menetap. Seperti yang sudah diucapkan sebelumnya, tak ada satu pun orang yang berani memasuki lorong tersebut. Namun tidak dengan sang Raja, Raja Abraham kini berjalan memasuki lorong tersebut tanpa rasa takut, bahkan dengan berani Raja Abraham membuka pintu besar tersebut dengan tanpa adanya sedikit tindakan sopan santun seperti mengetuk dan lain hal sebagainya, dan tindakannya saat itu tidak seperti Raja yang pernah mengunjungi para petinggi di masa lalu. Raja Abraham memang selalu bertindak sesuka hatinya, dan tentu saja hal itu sudah menjadi rahasia umum. “ESA!” Panggil Raja Abraham cukup lantang kepada pemimpin para para petinggi yang ada di sana. Seraya menggendong sang anak, Raja Abraham menatap ke atas altar yang ada di hadapannya saat itu dengan cukup tajam, seolah dirinya menantang para petinggi yang ada di sana. Meski sebenarnya, tatapan itu tidaklah bermaksud untuk demikian. Tidak lebih dari satu menit ia berdiri di sana, dua sosok naga datang secara bersamaan menghadap ke arah sang Raja yang berdiri di sana dengan menggendong putranya. “Abraham!” tegur wanita cantik yang kini berdiri di samping laki-laki yang juga tengah menghadap ke arah Raja Abraham. Szam, itu adalah nama dari petinggi naga yang baru saja menegur Raja Abraham di sana. Szam bukanlah seorang manusia, dan begitu pula dengan lelaki yang tengah berdiri di sampingnya. Mereka berdua adalah naga yang kemudian berubah wujud sebagai manusia untuk dapat berbicara dengan sang Raja secara informal. Szam merupakan naga dengan warna hitam pekat, ia memiliki garis-garis berapi di tubuhnya yang masing-masing memiliki jarak yang seimbang. Nama Szam memiliki arti yaitu sebuah lagu, dan seperti artian dari namanya, Szam tidak mengeluarkan api dari mulutnya seperti kebanyakan naga yang ada, melainkan hanya cahaya merah yang terlihat dari dalam mulutnya yang kemudian memunculkan sebuah nada atau suara dan berakhir dengan terbakarnya wilayah yang dihitari oleh nada tersebut. Berbeda dari naga pembimbing yang lainnya yang berwujud seorang laki-laki, Szam adalah seekor naga yang memiliki wujud seorang wanita cantik yang terlihat angkuh. Szam adalah naga pembimbing dari Raja Abraham yang saat ini menjabat sebagai seorang Raja, dan Szam saat ini menjawab sebagai wakit dari pemimpin para petinggi. Szam dan juga seorang lelaki yang berdiri bersama dengannya pun menoleh menatap sang Raja, dan lelaki yang bersamaan dengan Szam adalah ESA, sang pemimpin dari Naga petinggi*. ESA menatap Raja Abraham dengan sangat tajam, seolah dirinya kecal dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Abraham di sana. “Aku tidak ingin berdebat denganmu saat ini Szam, aku ingin bertanya mengenai lahirnya anakku yang satu ini” ucap Raja Abraham menjelaskan maksud dari kedatangannya kepada Szam dan juga ESA, dan mendengar hal itu membuat Szam kini menolehkan pandangannya menatap ke arah bayi yang kini tengah di gendong oleh sang Raja saat itu. Begitu pula dengan ESa yang kini mengerutkan dahinya setelah mengetahui ada hal yang janggal pada sang Pangeran. “Dia lahir?!” tanya Szam terdengar sangat terkejut, dan hal itu membuat Raja Abraham pun kini mengerutkan dahinya, karena merasa aneh ketika para petinggi di sana tidak menyadari kelahiran sang Pangeran. “Apakah kalian tidak menyadari sesuatu hal yang aneh di sini?” tanya Raja Abraham kepada keduanya, dan hal itu membuat ESA pun berjalan menghampiri Abraham untuk melihat dengan jelas Pangeran kecil yang baru saja lahir hari itu. “Dia terlahir tanpa Anugerah” ucap ESA, dan hal itu tentu mengejutkan bagi Szam yang kini segera berjalan untuk melihat sang Pangeran dengan jelas. Bayi tersebut tampak tenang, kulit putih pucat dari bayi itu hanya bisa membuat Szam terlihat sedikit berigidik karena seolah Pangeran yang lahir kala itu tidak memiliki Aura seperti Pangeran pada biasanya. … * Naga Petinggi : Pengertian dari Naga lahir, naga pembimbing dan naga petinggi adalah sama. Mereka adalah naga yang datang ketika seorang pangeran lahir, Naga lahir disebut juga sebagai anugerah yang diberikan oleh para leluhur kepada pangeran tersebut. Naga lahir yang nantinya akan dikenalkan kepada sang pangeran melalui tradisi Jièshào, kemudian akan berganti sebutan menjadi naga pembimbing ketika usia sang Pangeran menginjak satu tahun hingga usia sang pangeran dua puluh tahun, dan setelahnya mereka akan kembali berganti sebutan menjadi Naga petinggi ketika sang Pangeran menginjak usia dua puluh lima atau ketika sang Pangeran menjabat sebagai Raja di kerajaan tersebut. Ketika menjadi Naga pembimbing, mereka akan senantiasa mengikuti ke mana sang Pangeran pergi dan akan berhenti melakukannya ketika sang Pangeran sudah menginjak usia dua puluh tahun, sebagai reward dan akhrinya diberi waktu peristirahatan selama lima tahun, sebelum mereka berganti sebutan menjadi Petinggi naga. Petinggi naga memiliki pekerjaan yang serius di dalam kerajaan Valens, mereka harus selalu memantau semuanya sesuai dengan undang-undang yang tertulis dan nantinya mereka juga akan menjatuhi hukuman kepada siapa-siapa saja pelanggar yang dengan berani melanggar peraturan-peraturan yang sudah di susun itu. Jabatan pemimpin petinggi naga tidak pernah berubah, ESA selaku petinggi naga tertua lah yang menjadi pemimpin yang tak pernah di lengserkan, hanya para wakil lah yang berganti ketika masa jabatan dari Raja Muller pun berganti, para wakil akan disesuaikan oleh Raja yang menjabat. Dengan contoh jika Abraham adalah rajanya, maka Szam selaku naga lahirnya pun diangkat menjadi wakil dari para petinggi naga. To be continue.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD