Nafkah 300.000

1315 Words
Setelah cukup pulih Nadine pun di izinkan untuk pulang, tapi yang membuat Nadine miris adalah saat ada satu orang pun yang membantu kepulangannya, dia bahkan mengurus keperluan kepulangannya sendiri. Rasa marah berkecamuk dalam hatinya, rasa sabar yang di pupuknya selama ini ternyata tak mampu menahan gejolak amarah yang ada di dalam hatinya. "Jika selama ini aku yang kalian hina Aku masih bisa menahan diri, tapi kali ini menyangkut anakku, maka aku pun tak akan berdiam dari lagi, setelah kepulanganku nanti Aku bersumpah Mas,,, aku takkan pernah mengemis perhatianmu lagi! Aku akan memperjuangkan masa depan putraku, meskipun itu sebenarnya adalah tanggung jawabmu sebagai seorang ayah!"sumpah Nadin dalam hatinya. Nadin menyempatkan diri memesan taksi online untuk dirinya pulang bersama putranya, dia sengaja menggunakan aplikasi itu, Karena lewat aplikasi tersebut dirinya bisa membayar secara non tunai lewat aplikasi. "Mama berjanji akan memberikan yang terbaik untukmu Nak, percayalah Kamu tidak akan pernah menyesal lahir di dunia ini, Mama tidak akan lelah berjuang untukmu meskipun keluarga ayahmu bahkan ayahmu sendiri pun tak mengharapkanmu!"Nadine berbicara kepada putranya yang jelas belum tahu apa-apa tentang perkataannya. Sesampai di rumah kontrakan miliknya, rumah kontrakan kecil yang jauh dari kata layak sebenarnya untuk seseorang berpenghasilan besar seperti Damar suaminya. Tapi apa mau dikata, sang suami sudah memilihkan rumah kontrakan tersebut sebagai tempat tinggal mereka, meskipun rumah kontrakan itu kecil tapi Nadine juga sangat bersyukur karena di sanalah dia terbebas dari mertua dan saudara toxic seperti Bu Pratiwi Santi dan juga Sarah. Uang rp600.000 yang diberikan oleh sang suami kepadanya, ia pergunakan dengan sangat teliti agar cukup dan tidak sampai menghutang untuk menambal kebutuhannya. Jalan hidupnya seolah dipermudah oleh sang pemilik kehidupan, di mana dia mendapatkan pekerjaan dengan mudah setelah dia mengurus rumahnya. pekerjaan cuci gosok dan membersihkan rumah tetangga didapatkannya tanpa sepengetahuan Damar. Setiap hari Jika sang suami pulang bekerja dia sudah rapi berada di rumah, Bahkan dalam sehari itu dia bisa bekerja di tiga rumah sekaligus karena sistem yang diambilnya adalah setelah pekerjaan selesai langsung pulang. Hal itu benar-benar membantu keuangannya, tapi lagi-lagi Nadine tidak mau menghamburkan hasil kerjanya, uang yang diberikan oleh Damar ia pergunakan belanja untuk bahan masakannya setiap hari, dia selalu menyuguhkan yang terbaik untuk suaminya meskipun itu kadang hanya telur ataupun ikan asin saja. "Bisa tidak kamu memberikanku makanan yang layak seperti masakan ibu?"tanya Damar suatu hari saat melihat masakan di mejanya hanya ada ikan asin dan sayur asem. "Maksudnya mas?"Nadine memastikan pertanyaan dari sang suami. "Setiap hari menu yang kamu sediakan itu cuma itu-itu saja, kalau tidak masakan telur ya ikan asin, Apakah kamu tidak bisa memasak daging atau ayam? bosan aku setiap hari melihat masakanmu seperti ini!"kata Damar memprotes menu hidangan yang selalu disiapkan oleh Nadine. "Apa kamu lupa berapa uang yang kamu berikan kepadaku setiap bulannya?"tanya Nadine tanpa menjawab pertanyaan dari sang suami. "Uang rp600.000 kamu kira cukup untuk membeli apa, kamu seorang akuntan yang handal, tentu kamu bisa membaginya berapa setiap harinya jika uang 600.000 itu dibagi 30 hari, hanya rp20.000 saja mas, kamu mengharapkan apa dari uang rp20.000 itu setiap harinya? beras 1 liter saja 15.000, syukur alhamdulillah aku hanya membeli setengahnya saja!"Nadine merasa lelah menjelaskan setiap hari tentang pengeluaran dan uang jatah yang diberikan oleh sang suami tapi mau tak mau dia pun harus mengulang hal yang sama saat sang suami memprotes masakan yang dihidangkannya di atas meja. Saat Nadine Hendak menjelaskan kembali tentang uang belanja yang sangat tak layak sebagai jatahnya itu, Damar pun menghardiknya dengan kata-kata kasar. "Bisa nggak sih kamu kalau di nasehati suami jangan melulu melawan, kamu itu kalau dinasehati selalu membantah nomor satu."Damar menghentikan ucapannya. "Selalu saja kamu mengungkit tentang nafkah yang aku berikan kepadamu setiap bulannya, apa salahnya coba kamu berhemat, toh kita belum memiliki anak dan hidup hanya berdua, dasar kamunya saja yang terlalu boros dan tak pandai mengelola keuangan!"perkataan berikutnya yang membuat Nadine benar-benar sakit hati. "Intinya satu Mas, aku akan menghidangkan menu sesuai budget yang kamu berikan kepadaku!"putus Nadine pada akhirnya. "Dasar istri tak tahu diri, nggak selera aku makan seperti ini, mending aku ke rumah ibu di sana pasti menu masakannya sangat lezat, tidak seperti masakan yang lebih layak diberikan kepada kucing!"perkataan nylekit dari Damar lagi-lagi membuat Nadine sakit hati. Lamunan Nadin buyar saat mendapati putranya tiba-tiba saja menangis. segera Nadine memberikan Asi untuk sang putra, saat memberikan ASI tersebut hati Nadine kembali miris karena putra yang dilahirkannya sama sekali tidak menarik simpati dan rasa kasih sayang mertua serta suaminya. "Pernikahan seperti apa ini ya Robb? Kenapa sedikitpun Tidak ada kedamaian di dalamnya? mohon petunjukmu!" keluh kesahnya ia ungkapkan kepada sang penciptanya meskipun itu hanya dalam hatinya saja. Ketiga tempat kerjanya pun seolah memahami keadaan yang dialami oleh Nadine, mereka memberikan cuti yang cukup untuk Nadine pasca melahirkan. Tapi kali ini Nadine bertekad untuk tidak bekerja lagi, ia kan fokus untuk merawat anaknya di rumah dan akan melakukan pekerjaan yang tanpa meninggalkan putranya tersebut, lewat hp miliknya tersebut Nadin mencoba mencari cuan di sana, meskipun HP milik Nadine tidaklah sebagus milik suaminya ataupun saudara-saudara iparnya, Tapi hp tersebut tidak di bisa dikatakan HP jadul karena sudah memiliki penyimpanan yang cukup dan sudah Android. Sambil menyusui, Nadine mulai berselancar di dunia maya, dia memulai untuk menscrol dan membuka kembali akun sosmed yang sudah lama tak dipakainya, dia ingin mencari peluang di sana untuk bisa mencari hasil tanpa meninggalkan anaknya dan mengabaikan tugasnya sebagai seorang ibu. Matanya tertuju pada sebuah aplikasi novel online yang berlogo kuda, entah mengapa hatinya tertarik untuk bergabung dan mencari tahu bagaimana caranya. Ternyata untuk bergabung di sana dia harus mendownload aplikasi tersebut, mendownload aplikasi tersebut dituntun untuk mendownload aplikasi lainnya yang dikhususkan untuk membuat cerita. Dari sanalah kisah Nadine dimulai, Nadine mendapatkan bimbingan dari BC ataupun admin yang menghubungkan dirinya dengan platform, selama kurang lebih 1 bulan dia dibimbing dalam penulisan dan juga penempatan kata-kata, Nadine sangat bersyukur karena memiliki BC yang sangat mendukungnya dan sabar dalam membimbingnya. Nadine yang hanya mengenyam pendidikan SD itu pun tak sampai selesai sedikit membuat dirinya kesulitan dalam menempatkan kata-kata yang pas, tapi karena kegigihannya dalam belajar dan ingin bisa bergabung menjadi author meskipun amatiran, membuatnya tidak pantang menyerah meskipun kadang ia merasa otaknya sedikit lelah. Setelah bimbingan yang cukup lama dari BC nya, kini Nadine mampu menerbitkan sebuah karya terkontrak di platform berlogo kuda tersebut. Kontrak eksklusif diambilnya karena dia berniat untuk memposting karyanya tersebut khusus di satu platform saja. "Alhamdulillah ya nak? bulan ini Mama mendapatkan gaji $50 dari hasil menulis mama, Semoga menjadi karya terbaik ya nak? Mama akan terus belajar supaya bisa menerbitkan karya-karya yang lain!" kata Nadine kepada putranya yang tentunya hanya di tanggapi dengan senyuman saja. Semenjak kepulangannya dari rumah sakit, bisa dihitung dengan jari suaminya itu menginap di rumah, bahkan kini jatah yang diberikan untuknya sebagai nafkah bulanan hanya berkisar 300.000 saja sesuai perkataan Damar yang akan memotongnya sebagai ganti biaya dirinya melahirkan caesar. "Lakukanlah sesukamu Mas, aku tak peduli lagi, aku akan berjuang untuk putraku sendiri tanpa aku mengabaikannya! $50 ini adalah awal yang baik untuk perjalananku!"batin Nadin dalam hatinya. Ia sudah bersumpah dalam hatinya untuk tidak memprotes lagi tentang jatah bulanan yang akan diberikan kepadanya, bahkan jika Damar tak memberikan jatahnya sekalipun dia pun tak akan pernah mempermasalahkannya. "Nah kan,,,? 300.000 saja kamu cukup untuk sebulan, bahkan sekarang ada anak kamu! lalu apa kabar uang rp600.000 yang selama ini aku berikan kepadamu? jika 300.000 saja cukup berarti 600.000 itu masih sisa setengahnya! Kamu ke mana kan uang itu? jangan-jangan selama ini kamu suka jajan di luar seperti yang dikatakan oleh ibu? bener begitu Nadin?"setelah 2 bulan Damar memberikan uang nafkah rp300.000 tanpa Nadine memprotesnya, justru kata-kata itu malah keluar dari mulut suaminya. Nadin yang memang malas untuk berdebat pun hanya diam dan mengangguk, hilang sudah Nadine yang selalu cerewet dan mendebat suaminya selama ini. Sekarang ini fokusnya kepada putranya sendiri yang diberikan nama Gibran tersebut. jika di hadapan Damar dia akan diam seribu bahasa,beda jika di depan putranya, Nadine akan berceloteh panjang mengajak anaknya untuk berbicara.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD