Target Balas Dendam

1095 Words
Natasha mengulas senyum saat pintu besar yang ada di hadapannya terbuka. Menampilkan isi rumah mewah yang selama ini berada dalam pantauannya . Bayangkan, selama 13 tahun lamanya Natasha selalu saja mengunjungi demi memastikan apakah sang pemilik masih hidup atau tidak. Apakah dia memiliki kesempatan untuk membalaskan dendam sang kakak atau Tuhan lebih dahulu membalaskan dengan cara mencabut nyawa mereka semua. Namun Natasha sangat bersyukur karena hari ini dialah yang akan membalas secara langsung tanpa mengotori tangannya. "Akhirnya kamu datang juga." Seorang wanita langsung menghampiri Natasha. Dia tampak merasa lega karena akhirnya pengasuh sang buah hati yang sedari tadi ditunggu akhirnya menampakan batang hidung, itu artinya dia dan sang suami bisa menghadiri undangan pernikahan yang telah diterima sekitar satu minggu yang lalu. "Maafkan saya Nyonya , tadi di jalan saya terjebak macet jadi terlambat beberapa menit," terang Natasha tanpa diminta sama sekali. Wanita tersebut menganggukan kepalanya dan mengulas senyum. "Tidak apa-apa, hanya beberapa menit saja jangan terlalu kamu pikirkan yang penting kamu sekarang sudah ada di sini. Ayo ikut saya ke dalam!" ajaknya langsung saja menyeret tangan Natasha untuk memasuki rumah mewah tersebut. "Nah, perkenalkan ini suami saya Deandra Santoso dan ini putri saya Anisa. Saya sendiri Kanaya, kamu bisa panggil saya Mbak Naya. Jangan panggil Nyonya, ya, biar saya tidak kelihatan tua," terang Naya sedikit bergurau agar mengurangi ketegangan di antara mereka. Semua karena dia tahu Deandra atau Dean sang suami sangat tidak menyukai yang namanya keterlambatan. Sedari tadi dia sudah menggerutu menunggu Natasha yang katanya akan menjadi baby sitter untuk Anisa. "Baik Nyonya, eh, Mbak saya Natasha, sesuai dengan surat lamaran dan waktu itu saya ajukan kepada anda." "Oke, baiklah Natasha. Nanti kita lanjutkan lagi ngobrolnya sekarang kamu mulai mengasuh Naya, ya. Untuk kali ini kami tidak membawanya karena acara berada di ruang tertutup. Jadi rasanya kurang cocok untuk membawa anak seusia Anisa ke sana," terang Naya seraya meraih Anisa dari gendongan sang suami. Dia bergegas menyerahkan kepada Natasha agar mereka segera berangkat sebelum Dean mengamuk lagi seperti tadi. Natasha menganggukan kepalanya menerima Anisa dengan baik. Ia juga melambaikan tangan seolah-olah kini bayi mungil itulah yang melepas kepergian kedua orang tuanya. Tak lupa senyuman yang begitu manis juga terukir di bibir Natasha agar tidak ada yang curiga bahwasanya ada dendam yang begitu besar kini bergelayut di hatinya. Terutama melihat bagaimana sempurnanya kini kebahagiaan Dean. Disaat dia harus meratapi kepergian Alanis seumur hidupnya, pria itu kini justru malah bahagia dengan rumah tangganya yang begitu sempurna. Dia juga sudah dikaruniai seorang putri yang begitu cantik dan istri yang baik seperti Naya. Sayangnya semua kebahagiaan itu harus dia rambut demi melampiaskan sakit hatinya dan tidak menutup kemungkinan Naya adalah salah satu target Natasha nanti. "Siapa kamu, bisa-bisanya berada di rumah saya?;" hardik seorang wanita paruh baya saat Natasha menggendong Nisa di ruang tamu. Dia tampak menepuk-nepuk pelan paha gadis kecil tersebut untuk menidurkannya karena dari tadi dia rewel ingin bertemu sang Ibu katanya. "Maaf, Nyonya saya Natasha babysitter Nona Anisa yang baru. Saya baru bekerja beberapa jam yang lalu jadi …" "Astaga jadi kamu babysitter-nya Anisa? Siapa yang menerimamu bekerja di sini?" tanya wanita paruh baya yang Natasha sangat kenal siapa dirinya. Siapa lagi kalau bukan Novi, ibu kandung dari Dean. Natasha ingat betul sosok ini ikut andil dalam kematian Alanis. Dia juga sangat lantang menegaskan kepada para wartawan bahwasanya Alanis meninggal karena gantung diri bukan karena perselisihan yang terjadi di antara keluarga besar mereka sebelum rencana pernikahan antara Dean dan Alanis dirancang. "Saya bekerja di sini setelah mengikuti beberapa tes serta wawancara sehingga Nyonya Naya memutuskan untuk menerima saya sebagai baby sitter nya Nona Anisa." Sedikit membungkukkan tubuhnya Natasha berusaha bersikap sopan meskipun hatinya kini berteriak memerintahkannya untuk menghabisi Novi. "Tidak mungkin Naya menerima wanita kampungan sepertimu!" caci Novi langsung saja mengeluarkan ponsel dari tas tangannya dan menghubungi sang menantu mempertanyakan apakah benar Natasha datang ke rumahnya atas perintah dari Naya sendiri. Maunya bukan Naya yang meminta tapi, sayangnya dengan telinganya sendiri Novi mendengar Naya menyebutkan memang dirinya lah yang mempekerjakan Natasha sebagai baby sitter sehingga Novi hanya bisa mendengkus kesal. "Ya, sudah kalau begitu kamu jaga dia baik-baik jangan sampai celaka apalagi ada unsur kesengajaan di sana. Kamu tahu kan jika kamu berurusan dengan keluarga terpandang maka kamu akan menderita hingga tujuh turunan." Mata Novi menyipit mengintimidasi Natasha agar tidak bersikap terlalu jauh. "Baik Nyonya, terima kasih atas peringatannya," sahutnya memaksakan senyuman agar tidak terlalu terlihat betapa besar kini amarah yang membara di hatinya Baik Dean maupun Novi ternyata masih sama seperti dulu. Belum ada yang berubah dari mereka berdua masih sama sombong dan angkuh seolah-olah mereka adalah orang yang paling kaya di negara tersebut . Namun di antara Dean dan Novi tidak ada satupun dari mereka yang akan menjadi target entah kenapa Natasha justru tertarik untuk melenyapkan Naya dan tunggu…. Natasha bergegas menyambut kedatangan seorang pria paruh baya dengan sebuah senyuman. "Selamat sore Tuan," sapanya kepada Rusdi ayahnya Dean. "Selamat sore dengan siapa kenapa tiba-tiba saja kamu–" "Saya Natasha, Tuan pengasuh barunya Anisa. Saya baru bekerja tadi siang dan sejauh ini saya hanya baru berkenalan dengan Nyonya Novi, Nyonya Naya, Tuan Dean sekarang saya bicara dengan Tuan …" "Rusdi Santoso ayah dari Dean." "Ah, seperti itu saya pikir tadi Tuan ini kakaknya Tuan Dean tahunya ayahnya?" tanyanya dengan suara yang sedikit mendayu manja seolah kini tengah mendesah untuk menggoda Rusdi. Dia tahu apa yang ada di masa lalu kelam Rusdi . Pria paruh baya ini selalu digosipkan menjalin hubungan khusus dengan artis demi menuntaskan hasratnya dari hotel satu ke hotel yang lainnya. Menggunakan tubuh artis satu dan artis lainnya tapi, sayang Rusdi tidak pernah dikuliti habis-habisan. Dia hanya diterpa gosip miring setelah itu menghilang bak ditelan bumi. Maka dari itu Natasha akan memasukkan Rusdi ke dalam target kedua. Sudah cukup dua orang yang akan menerima balasan atas kematian Alanis dan ayahnya. Rusdi tersenyum tipis. Menatap Natasha dari ujung kaki hingga rambut. Cantik, meskipun penampilannya sangat udik. Di saat babysitter menggunakan rok span selutut serta baju kemeja lengan pendek, berbeda dengan Natasha dia mengenakan baju kemeja lucu lengan panjang dipadukan dengan celana jeans panjang. Namun semua itu tidak mampu mengurangi kadar kecantikan yang dia miliki. Rusdi tetap memujanya sepertinya sangat menarik jika berhasil menggoda gadis itu. "Kamu ini bisa saja." Rusdi mencolek lengan Natasha. "Masih gadis atau sudah janda?" sambungnya setelah mengedipkan mata. Penampilan Natasha boleh sedikit lusuh tapi, Rusdi yakin hanya dipoles di beberapa bagian Natasha tidak akan kalah dari artis yang selama ini telah menemaninya berkencan. "Gadis Tuan. Apakah anda ingin mencobanya?" Kedua alis Natasha terangkat balik menantang Rusdi sepertinya akan sangat mudah membawa pria paruh baya itu ke dalam permainannya.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD