bc

THE GIRL THAT GOT AWAY

book_age12+
990
FOLLOW
7.3K
READ
billionaire
friends to lovers
confident
student
heir/heiress
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Cinta Tamia Woodley bertepuk sebelah tangan. Ia mengagumi sekaligus mencintai teman masa kecilnya - Nathan Petra Wijaya.

Namun cowok itu hanya menganggapnya sebagai sahabat yang haus perhatian. Mia menyerah ketika Nathan merasa dirinya adalah pengganggu dan memintanya untuk mencari pria lain saja.

Apa yang terjadi ketika Mia menemukan pria pengganti Nathan?

Benarkah hati Nathan tidak merasakan apapun saat dirinya bukan lagi yang pertama di hati Mia?

Andai rasa sesal itu datangnya lebih awal.

chap-preview
Free preview
The Girl That Got Away - 1
                Nothing hurt more than realizing he meant everything to you, but you meant nothing to him                                                                                             - www.luvze.com -   Pagi cerah itu seperti biasa,Keenan berangkat ke kantornya, Nathan dan Nailee bersiap berangkat ke sekolah dan Anya tetap di rumah berperan menjadi ibu rumah tangga. Keenan sudah lebih dulu pergi bersama Romy. Nailee di antar supir lain khusus untuk mengantar jemput kemanapun Nailee pergi. Karena Keenan tidak akan membiarkan Nailee tanpa pengawasan. Posesifnya bukan hanya pada Anya sekarang, tapi ke anak perempuannya juga, dan Nailee merasa jengah karenanya. Nathan menyambar rotinya dan menenggak segelas s**u yang sudah disiapkan Anya. "Mom, aku berangkat yaa" pamitnya seraya mencium pipi Anya dengan mulutnya yang penuh roti. Nathan sudah berusia 17th dan saat ini ia duduk di kelas 12 di W International High School. Nathan memiliki mobil hadiah dari Keenan, namun ia lebih senang berangkat menggunakan motor kesayangannya. Ia lebih mirip Anya untuk tidak selalu berlebihan, sebaliknya Nailee mirip Keenan dalam hal pemborosan. "Hati-hati Nathan!" ujar Anya agak keras seraya melambaikan tangannya. "Oke, Mom....!" sahut Nathan. Nathan mengendaraimotornya dengan kecepatan sedang saja, membelah rapatnya kendaraan di pagihari. Ia tiba di sekolahnya sebelum bel masuk berbunyi. Setelah motorkesayangannya parkir di tempat biasanya, Nathan berjalan menuju ke gedungkelasnya, namun di tengah perjalanannya seorang gadis menghalangi langkahnya. "Pagi Nathan...!" sapanya riang gembira. Nathan menghela napasnya panjang. Ia sangat mengenal gadis di depannya ini. Tamia Woodley adalah teman masa kecilnya. Berambut panjang, bermata biru dan berkulit cerah. Entah kenapa Nathan merasa Mia, panggilannya, sekarang ini senang mengganggunya. Nathan bergeser menghindari Mia dan melanjutkan langkahnya dengan mengabaikan suara Mia yang memanggilnya. Padahal ia sudah cukup tenang selama dua tahun tanpa gangguan Mia di sekolah. Setelah sebelumnya juga satu sekolah di Junior High School. Mia sangat akrab dengan Nailee, karena umur mereka hanya terpaut satu tahun kurang lebih. Dan Mia sudah berkali-kali menyatakan perasaannya pada Nathan yang selalu tidak mengindahkannya. Tapi bukan Mia kalau ia menyerah begitu saja. Ia terus saja membuntuti Nathan dalam hal apapun. Les musik, Mia akan ikut, kursus bela diri, Mia ikut juga, hingga akhirnya Mia dan Nailee pun mahir dalam bela diri di usia muda sekarang. Ia menguasai dua bela diri sekaligus, taekwondo dan wing chun. Untuk bela diri aikido, Mia juga sedang mempelajarinya, ikut-ikutan Nathan. "Iiih! Nathan kok sombong banget siih...!" rutuk Mia kesal dan berusaha mempercepat langkahnya untuk mengejar pria idamannya sejak kecil itu. "Kemarin ayam Pak RT mati lho karena diem aja..." ujarnya. Dan Nathan menatapnya tajam. Mia mendengus kesal, Nathan sangat dingin padanya sekarang, enggak seperti waktu kecil dulu, di mana Nathan selalu membelanya dan melindunginya dari apapun. Sekarang kalau Mia terjatuh aja Nathan malah menyalahkan dirinya yang ceroboh. "Kamu enggak masuk kelas?" "Belum bell, kan?" Mia balik bertanya. "Terus sekarang mau kemana?" "Ke kelas kamu?" "Kamu itu junior baru masuk, mau ngapain ke kelas 12, kamu balik ke kelas kamu sana!" usir Nathan seraya memutar tubuh Mia menghadap ke arah kelasnya. "Nathan ih! Aku kan pacar kamu, jangan tega gitu dong" protes Mia. "Kita itu enggak pacaran" Mia memegang dadanya dengan ekspresi kesakitan, "Aduh! d**a aku sakit banget denger kamu bilang gitu" cetusnya drama. Nathan garuk-garuk kepala dan menggeleng putus asa. Ia memilih melanjutkan lagi langkahnya menuju ke kelas. "Nath, kamu tahu enggak, kamu tuh makin ganteng kalau ngambek gitu! Aku makin suka..." ujar Mia dengan ekspresi senang. Dasar cewek aneh ini, dijutekkin malah girang, gumam Nathan dalam hati. "Kamu bisa diem enggak sih?" Mia menggeleng, "Diciptakannya mulut adalah untuk berbicara, dan negara kita membebaskan setiap warga negaranya untuk berpendapat atau berbicara apap---" "Ssssh, Mia! Kamu tuh berisik!" Nathan gemas sehingga ia mencomot bibir Mia dengan jarinya. "Aduh!" Mia memegangi bibirnya, "kalau di drama korea, si laki-laki itu menutup mulut perempuannya dengan bibirnya, alias dicium! Bukan dicomot kayak tadi! Emangnya aku bakwan..." Nathan tidak bisa berkata-kata lagi. Mia = nyamuk, Mia = nyamuk, gumamnya dalam hati berulang kali sampai ke kelasnya. Di depan kelasnya, Nathan berhenti dan menatap Mia yang ikut berhenti mendadak, kedua alisnya naik melihat ke arah Nathan. "Aku mau kerjain tugas, kamu balik aja!" tegasnya pada Mia. Mia menggeleng, "Enggak mau! Aku mau bantuin kamu aja..." Ujarnya, "lagian belum masuk juga kok" tambahnya. Aduh ampun deh ni cewek! "Enggak bisa" sahut Nathan "Ya udah kalo gitu aku bantuin doa aja sambil duduk nemenin kamu...aku doain supaya kamu lancar ngerjain tugasnya" ujarnya lagi enggak kehabisan akal. Speechless, batin Nathan. Nathan menarik napas dalam-dalam, "Terserah deh ah...!" akhirnya Nathan menyerah. Dan Mia benar-benar duduk di sebelah Nathan sambil mengamatinya mengerjakan tugas sekolahnya yang belum lengkap. Kali ini Mia menutup mulutnya, karena setiap kali dia bersuara Nathan akan menoleh ke arahnya dan menatapnya dengan pandangan membunuh. Ni cowok sarapan apa si tadi galak banget, batin Mia. Beberapa teman sekelas Nathan mulai berdatangan, teman sekelas Nathan sudah maklum melihat Mia yang ada di dekat Nathan dan mengklaim dirinya sebagai pacarnya Nathan. Sekalipun ia junior yang baru masuk, enggak ada juga yang berani menghadapi sangarnya Mia. Karena sebagian besar juga tahu bahwa Mia menguasai beberapa bela diri dan sangat galak, kecuali pada Nathan. Suasana kelas Nathan mulai berisik tapi Mia tetap bergeming di sebelah Nathan tanpa perduli tatapan senior perempuannya padanya. Malah Mia menatap balik mereka lebih garang dan memberi tatapan 'awas kalo lo berani gangguin Nathan gue!' . "Aiish, pasangan kaporit gue nih! Nathan dan Tamia si mata biru. Kok pagi-pagi udah mesra aja sih? Bikin sirik aja," ledek Rino salah satu sahabat Nathan. Nathan melempar pulpen yang sedang dipegangnya ke arah Rino dan tepat mengenai dahinya. Rino berdecak sambil memegangi dahinya yang lebar. Alih-alih mengambil pulpennya ia malah menendang pulpen itu semakin jauh. "k*****t! Ambilin!" maki Nathan. "Ogah! Tu pulpen gue tahu mahal! Makanya beratnya aja lebih dari tas gue ini nih! Sakit nih jidat gue" "Bodo!" Sahut Nathan kejam. Mia menoleh ke arah Nathan, "Nath, aku balik ke kelas yah, walaupun aku berasa berat gitu ninggalin kamu. Aku tuh pengennya deket kamu terus, kamu jangan kangen yah, nanti istirahat aku ke kamu lagi" ujarnya sambil tersenyum sok s*****l. Dan Nathan langsung mengusap wajah Mia dengan telapak tangannya. "Cuci muka gih! Pagi-pagi masih mimpi ajaa!" ketusnya dingin. "Aduuuh---iiih, Nathan apaan sih? Kok sama pacarnya gitu amat" sambar Mia sembari meraih tangan Nathan dan mencium tangannya seperti seorang istri salam pada suaminya. Nathan serta merta menarik tangannya dan menghapus bekas ciuman Mia di tangannya. "Ya ampun, udah kayak laki bini aja ni berdua" sambar Rino lagi, namun ia langsung bungkem ketika Mia menyorot tajam ke arahnya. Buset, batin Rino takut. "Kamu enggak boleh gitu dong Nath, kalau kamu ngusir aku, itu artinya talak satu lho..." Duuh, Nathan tidak tahan dengan ocehan Mia yang halu, ia berdiri dan berniat mengembalikan Mia ke habitatnya, kelasnya. Nathan terpaksa harus menggandeng tangan Mia karena kalau enggak Mia yang akan melendot di lengannya, ribet ni cewek, rutuk Nathan dalam hati. Suara riuh ledekan teman-temannya menggema di ruangan. Nathan membawa Mia menyusuri lorong sekolah menuju kelas Mia. "Nathan...emangnya kenapa sih kamu enggak mau jadi pacar aku?" tanya Mia tiba-tiba, dan ini udah pertanyaan ke 1000x yang ditanyakan Mia ke Nathan. "Kamu bisa ganti pertanyaan enggak?! Ini udah tahun 2019!" sembur Nathan, ia malas untuk mengulang jawabannya. Mia menghela napasnya, "Habis jawaban kamu masih sama aja sih, ini kan udah tahun 2019! Ganti dong jawabannya, satu sekolahan ini tahunya aku tuh pacar kamu loh..." ujar Mia bangga. Nathan hanya sanggup menghela napas dan menggeleng. "Kan kamu juga yang bikin issue begitu" ujar Nathan. "Ya iya harus! Kamu itu banyak yang ngincer! Jadi aku harus tegas, biar kamu enggak ada yang deketin...awas aja kalo berani" cetus Mia dengan ekspresi menyeramkan. Nathan lagi-lagi mendengus pasrah melihat Mia yang begitu posesif akan dirinya. Ia dan Mia sangat dekat, dan Nathan menyayangi Mia seperti dia menyayangi Nailee, adiknya sendiri. Jadi mana mungkin Nathan harus berpacaran sama adik sendiri? Ia terlalu mengenak Mia luar dalam, walau keluarga mereka juga senang kalau mereka berdua sampai berjodoh. Mia dan Nathan sampai di depan kelas Mia, dan teman-teman Mia menyambutnya histeris karena melihat Nathan yang menggandeng tangan Mia. Nathan melepaskan Mia dan kembali lagi ke kelasnya. Ia harus mencari cara untuk membuat seorang Mia sadar kalau mereka tidak sedang berpacaran. Rino menyambut Nathan di kelasnya, "Gimana Bro? Pacarnya udah selamat sampe kelas?" ledek Rino lagi, padahal dia tau Mia bukanlah pacarnya. "Berisik lo...!" sembur Nathan. Rino beringsut mendekati Nathan di kursinya, "Bro, kenapa sih enggak lo pacarin aja si Mia? Cantik iya---pinter iya---setia iya---jago bela diri iya---galak iya juga---" ujar Rino lagi. "Lo tahu kata BERISIK enggak?! D-I-A-M! " jawab Nathan dingin dan melanjutkan melakukan kegiatannya, dan Rino pun bungkam. Zack ikutan nimbrung, "Bro, seriusan, kalo lo enggak mau Mia, gue minta izin deketin dia, toh tampang gue kan 11-12 sama lo. Gue janji akan bahagiain dia Bro!" cetus Zack, dan iapun pasrah menerima buku yang melayang mengenai bahunya. Tangan Rino juga spontan mendorong kepalanya. "11-12 t*i kucing!" maki Rino. "Jangan berani-berani deketin dia!" ancam Nathan. "Dasar orang aneh lo! Macarin kagak, diambil orang juga enggak boleh! Kadal belang lo!" balas Zack melempar balik buku Nathan. Nathan menelan ludahnya, ia pun enggak habis pikir dengan sikapnya, tidak mau pacaran dengan Mia, tapi ia juga enggak rela kalau teman-temannya mendekatinya. Karena ia tahu teman-temannya seperti apa, jadi enggak mungkin ia membiarkan Mia terjerumus pada teman-temannya. Apa mungkin sebaiknya Nathan membiarkan teman-temannya mendekati Mia ? supaya gadis itu tidak mengganggunya terus?      Kenalan dulu Yuk :   Tamia Woodley, cinta mati sama Nathan dari umur 6 tahun, enggak ada laki-laki lain dalam hidupnya selain Nathan. Di matanya hanya Nathan yang selalu membuat hatinya bergetar. Tidak ada kata menyerah dalam hidupnya dalam mengejar cinta Nathan, walau beribu kali Nathan menolaknya.   Nathan Petra Wijaya, cowok pinter dan bukan player. Doi cuma dingin aja---dingin ama makhluk bernama cewek. Karena cewek itu ribet! katanya. Karena ia dikelilingi Mia dan Nailee yang ribet bin rempong. Dua manusia berjenis kelamin cewek itu aja udah bikin kepalanya pusing tujuh turunan eh tujuh keliling, gimana dia kalo punya cewek?! Nope! Nathan lebih suka menghabiskan waktunya menggambar rumah atau bangunan. Itulah mengapa ia mengabaikan Mia yang selalu mengejarnya kemanapun ia pergi.  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

See Me!!

read
87.9K
bc

PATAH

read
515.4K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.9K
bc

Undesirable Baby 2 : With You

read
161.8K
bc

Rewind Our Time

read
161.4K
bc

Call Girl Contract

read
323.1K
bc

Hurt

read
1.1M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook