bc

Pesona Istri Yang Dikhianati

book_age18+
2.7K
FOLLOW
13.1K
READ
love-triangle
one-night stand
dominant
sweet
bxg
office/work place
secrets
colleagues to lovers
lawyer
seductive
like
intro-logo
Blurb

Pernikahan antara Almaira dan Derry hanya berada di atas kertas usang yang terus tersimpan dalam lemari. Tidak ada satu pun orang yang tahu, kecuali keluarga dekat mereka yang menyaksikan pernikahan itu. Di antara banyaknya intimidasi yang dia terima dari ibu mertuanya, dia bahkan harus menelan pahit perselingkuhan yang dilakukan Derry dengan sahabatnya sendiri hingga mereka menikah secara besar-besaran tanpa Derry ingin melepas Almaira.

Bagaimana Almaira bisa melewati semua itu? Akankah dia hanya diam dan menerima semua, atau bertindak untuk terbebas dari penderitaannya?

chap-preview
Free preview
Perselingkuhan & Balas Dendam
"Apa ini udah cukup? Aku rasa, siapa yang akan menolak penampilanku sekarang? Bahkan Derry sendiri nggak bisa menolaknya," ujar seorang perempuan yang berada di toilet wanita. "Dia nggak menolak karena kamu terus menggodanya, Sonia. Kamu bahkan melupakan kalau dia udah punya istri sah, dan dia sahabatmu sendiri!" "Maira? Si perempuan mandul itu?" Perempuan bernama Sonia itu terkekeh kecil. "Buat apa aku mengingatnya? Suaminya sendiri aja nggak ingat dia. Menurutmu kenapa Derry lebih memilihku daripada dia? Lagipula, aku nggak merasa jadi sahabatnya. Aku mendekatinya karena dia menyedihkan, siapa suruh jadi istri mandul dan bercerita padaku semua masalahnya. Aku jadi tahu apa yang dibutuhkan Derry, apa itu salahku juga?" Pembicaraan mereka membuat Almaira menutup mulut rapat-rapat dengan telapak tangannya, dia yang berada di dalam toilet pun hanya bisa menangis dalam diam dengan hati yang semakin sakit. Apa Almaira harus keluar? Keadaan mentalnya benar-benar hancur sekarang. "Dia begitu karena kecelakaan. Kalau enggak, mereka pasti udah punya anak." "Tapi tetap aja dia jadi mandul, kan? Sekarang dia udah nggak bisa punya anak. Mana mungkin juga Derry masih mau lama-lama sama dia," ujar Sonia. "Sonia!" Akhirnya Almaira membuka pintu kamar mandinya cukup kuat, lengkingan suaranya membuat kedua perempuan itu menoleh. "Maira--" Sebuah tamparan keras mendarat di pipi sahabatnya itu, sontak membuat Sonia memegang pipinya yang terasa perih. Dia menatap Almaira tidak percaya, tetapi cenderung marah atas perlakuan yang didapatnya. "Apa kamu udah puas sekarang? Apa kamu puas menghancurkanku sebagai seorang istri dari lelaki yang kamu cintai itu?!" Almaira berteriak keras meluapkan emosinya. Baru pertama kali seumur hidupnya semarah ini kepada seseorang. Dia tidak mampu menahan tangis akibat dorongan kemarahannya sendiri. "Sepertinya kamu udah dengar pembicaraanku tadi, Maira." Sonia baru menatap Almaira tajam. "Kalau kamu merasa dihancurkan oleh kelakuanku. Kenapa kamu nggak intropeksi diri? Seharusnya kamu sadar apa kekuranganmu sampai Derry bersedia membuka hatinya untukku! Kamu yang nggak sempurna, tapi kamu menyalahkanku atas keadaan ini?!" "Kamu keterlaluan!" Sebuah tamparan kembali mendarat di pipi perempuan itu, Almaira tidak mengira reaksinya akan begini. Dia berpikir setidaknya Sonia akan sedikit menyesal karena ketahuan olehnya, tapi ternyata di luar dugaan. Setelah itu, Almaira cukup kaget karena rambutnya ditarik keras oleh Sonia, lalu diseret ke dalam toilet dan disiramnya dengan air yang banyak. Almaira memeluk tubuhnya sendiri akibat kedinginan, belum lagi jambakan di rambut yang membuat dia merintih kesakitan. Namun, itu tidak cukup menghentikan aksi Sonia padanya. "Sekarang kamu udah tau, apa kamu akan melepaskannya untukku? Istri nggak berguna sepertimu seharusnya sadar diri. Pergilah sejauh yang kamu bisa, atau kamu lebih senang aku terang-terangan tidur dengan suamimu?" *** Almaira mengepalkan tangan ketika ingatan buruk itu kembali melintas dalam pikirannya. Dia tidak ingin ingat, sungguh! Namun, nyatanya kejadian itu menjadi awal dari penderitaan berkepanjangan baginya. Sudah 10 tahun berlalu sejak hari itu, persahabatan Almaira dengan Sonia musnah, begitu pun hubungannya dengan Derry. Meski tidak ada sidang perceraian di antara mereka, Almaira tetap menjalani hidupnya sendiri. Pernikahan antara dirinya dan Derry hanya berada di atas kertas usang yang terus tersimpan dalam lemari. Tidak ada satu pun orang yang tahu, kecuali keluarga dekat mereka yang menyaksikan pernikahan itu. Bagaimana tidak? Almaira memang hamil di luar ikatan pernikahan, dan itu membuat kehidupannya hancur sehancur-hancurnya. Almaira mengalami kecelakaan yang mengakibatkan bayinya meninggal dalam kandungan, bahkan dia divonis sulit memiliki anak oleh dokter. Suami dan sahabatnya berkhianat, dia juga tidak pernah dihargai oleh mertuanya karena belum mampu memberikan keturunan hingga detik ini. Namun, segala penderitaan itu telah ditelannya dengan paksa. Almaira berjalan tegak bersama amarah dan dendamnya kepada mereka yang telah menorehkan penderitaan itu untuknya. "Ini untuk Anda, Mbak." Almaira menghentikan sejenak pekerjaannya, melihat seorang wanita menaruh botol vitamin di atas meja kerja. "Apa ini? Apa ini darimu?" tanya Almaira. "Ah, itu ... sebenarnya ini dari Pak Derry, dia memintaku mengantarkannya kepada Mbak Maira." Mendengar jawaban itu, Almaira menghela napas kecil. Dia pun beranjak dari kursi sekaligus menyambar botol vitamin di mejanya. Tidak lupa dia pun menelepon Derry agar bertemu di tempat yang cukup sepi. Setelah cukup lama menunggu, lelaki jangkung berkulit putih pucat itu akhirnya muncul juga. Derry tersenyum ramah, Almaira mengalihkn pandangan ke arah lain. Berusaha bersikap tegas atas sikap palsu ini. "Apa yang mau kamu bicarakan, Maira? Kenapa kau mengajak--" "Aku nggak butuh perhatianmu, lain kali jangan lakukan lagi. Atau kamu lebih suka kalau aku bertindak semakin tegas?" Almaira berkata seraya menyerahkan botol vitaminnya kembali kepada Derry, lelaki itu tampak sedikit kecewa. "Kamu menyuruhku datang cuma untuk mengembalikan ini?" "Apa ada alasan lain? Ini adalah peringatan terakhir dariku, jangan pernah kasih aku perhatian apa pun itu. Aku nggak akan pernah menerimanya," ujar Almaira bernada sinis. "Maira, ayolah! Apa salahnya? Ini cuma hal kecil, aku juga melakukannya karena kamu kelihatan sibuk akhir-akhir ini. Apa kasus yang kamu tangani udah selesai? Kamu butuh bantuanku? Bilang aja, aku pasti akan membantumu." Almaira menghela napas kecil, kemudian melipat tangan di perut. Dia menatap Derry datar, antara bosan dan benci mendengar perhatian semacam ini. "Apa aku kelihatan sebodoh itu sampai harus butuh bantuanmu? Urus aja urusanmu sendiri," ujar Almaira. Sesudah berkata, dia langsung berbalik arah ingin meninggalkan Derry di sana tanpa ada perdebatan lagi. Namun, Derry tampaknya tidak ingin menyerah. Tubuh Almaira kembali berbalik arah karena sebuah tarikan di lengannya, karena itu juga kedua kakinya sedikit tersandung dan hampir terjatuh. Untung saja Derry sigap menahan tubuhnya di sana. Menyadari dirinya berada dalam pelukan lelaki itu, Almaira segera membenarkan posisi kembali dan berdiri tegak. "Apa yang kau lakukan?!" Almaira kesal. "Mau sampai kapan kita begini, Maira? Kalau kamu nggak senang saat aku ngasih perhatian sebagai suami, anggaplah aku sebagai teman dalam pekerjaanmu. Aku cuma mau seenggaknya bisa berguna buat kamu, Maira." Derry berkata cukup halus dan sangat hati-hati. "Suami? Apa perlu kita ke pengadilan agar tahu apa status kita selama ini?" tanya Almaira yang membuat Derry terbungkam. "Kamu bukan lagi teman kerja, atau bahkan suami bagiku. Kamu adalah salah satu orang yang ingin aku hancurkan di seluruh kehidupanku. Jadi berhentilah bersikap baik seakan-akan kita bisa dekat seperti dulu." Almaira menatap Derry sekali lagi untuk menegaskan perkataannya. Kemudian benar-benar berlalu dari hadapan lelaki itu. Dia tidak menoleh lagi setelahnya, membiarkan Derry bertahan dengan keinginan dan harapan yang tidak akan pernah terwujud. Meski mereka bekerja sebagai pengacara di firma hukum yang sama bahkan tinggal di apartemen yang sama, kesempatan itu seakan hancur oleh kebencian Almaira sendiri. Almaira pun berniat meninggalkan kantor karena jam istirahat sudah tiba. Namun, lagi-lagi pandangannya tertuju pada apa yang tidak ingin dilihatnya. Derry tampak berjalan ke arah mobil berwarna merah yang terparkir di depan, di sana keluarlah seorang wanita berparas cantik dengan pakaian seksinya. Derry tampak tersenyum menyambut kedatangan wanita itu, bahkan dia tidak segan menerima sebuah pelukan singkat darinya. Mereka pun memasuki mobil yang sama dan pergi. Derry sepertinya melupakan perkataannya sendiri yang ingin memperbaiki hubungan dengan Almaira. Melihat kelakuan lelaki yang masih sertatus suaminya seperti ini, Almaira mengepalkan tangan begitu kuat. Apa Almaira harus menerima kembali Derry dalam hidupnya?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

My Secret Little Wife

read
98.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
102.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook