1. Menyatukan Dua Insan

1108 Words
"Dan segala sesuatu Kami Ciptakan Berpasang – pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” Q.S Az- Zariyat Ayat 49 *  *  * "SAAAHHHH" Begitu kata sah terdengar dari para saksi kini Aira telah resmi menjadi istri dari seorang Fahri, tidak ada yang tau bagaimana Fahri bisa menikahi Aira baik Aira sendiri pun tidak tau mengapa Fahri tiba-tiba saja melamarnya didepannya dan Ayahnya. Karena rasa cinta pada pandangan pertama yang mulai tumbuh dihatinya, Aira menerima lamaran Fahri dan hari ini adalah hari dimana ia melangsungkan pernikahan sederhananya bersama Fahri. Aira dituntun oleh Bibi dari sebelah Ibunya untuk keluar dari kamar menghampiri Fahri yang hanya tersenyum tipis melihat kedatangannya, tangannya terulur untuk mencium punggung tangan Fahri yang kini telah menjadi suaminya. Begitupula Fahri yang meraih kepala Aira untuk ia cium dahinya. Semoga saja pernikahannya bersama Fahri bisa membawa ketentraman dihati suaminya sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala pada surat Ar-Rum Ayat 21 juga menunjukkan bahwa kehadiran seorang istri bisa membawa ketentraman pada suami. وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” Pertemuan yang hanya kurang dari satu bulan membawa keduanya pada sebuah hubungan pernikahan yang Aira pun merasa sangat bahagia karena dapat menikah dengan orang yang ia cintai, semoga saja apa yang ia rasakan dapat dirasakan pula oleh suaminya. Ah pipinya terasa panas ketika menyadari bahwa kini ia bukan wanita lajang lagi melainkan telah berubah status menjadi seorang istri dari Fahryanata Darmawan. "Jaga anak saya Fahri, berikan dia kebahagian dihidupnya. Jangan pernah kamu sakiti dia karena jika kamu menyakitinya berarti kamu melemparkan diri kamu sendiri ke neraka. Aira adalah putri saya satu-satunya, saya menjaganya dengan seorang diri. Tak pernah saya menegurnya dengan kata-k********r ataupun main tangan, semoga saja kamu bisa memperlakukannya sebagaimana saya memperlakukan putri saya. Tegur lah dia dengan kata-kata lembut, dia wanita yang saya jaga setelah Ibunya meninggal. Harta berharga yang saya miliki satu-satunya di dunia ini, saya tidak akan pernah menerima jika kamu memberikan luka untuknya." Ayah Aira memberikan wejangan kepada Fahri ketika pria itu menyalami Ayah mertuanya. "Insyaallah saya akan menjaga Aira sebaik-baiknya dan berusaha membuatnya bahagia Ayah." Ucap Fahri sambil mengulas senyum tipis membuat Ayah Aira tersenyum. "Terimakasih karena telah mau menjadikan Aira istri kamu Fahri, Ayah sangat bahagia jika Aira bisa dijaga oleh orang seperti kamu." Ayah menepuk bahu Fahri sebanyak dua kali sebelum beralih menatap putrinya yang kini tengah menatapnya berkaca-kaca. "A-Ayah.." Aira berhambur memeluk Ayahnya dengan tangis yang tak dapat dibendungnya lagi, air mata bahagia sekaligus sedih lirih didalam pelukan Ayahnya. Bahagia karena kini ia mendapatkan pria sebaik Fahri sebagaimana yang Ayahnya ceritakan dan bersedih karena harus berpisah dengan sang Ayah, orang yang selama ini menjaganya sekaligus memberikannya kasih sayang sebagai Ayah dan Ibu menggantikan Ibunya yang telah lama meninggal dunia. Ayahnya adalah sosok yang sangat Aira sayangi melebihi apapun di dunia ini, berkat Ayahnya lah ia masih bisa hidup dan merasakan kasih sayang selama ini. "Jadilah istri yang berbakti kepada suamimu ya Nak, patuhilah apa yang dikatakannya. Jangan pernah engkau melawan ataupun membantah ucapannya karena kini surgamu ada dibawah telapak kakinya, sekalipun kamu sudah menikah kamu tetap menjadi putri kesayangan Ayah. Kamu bisa berkunjung kesini sebanyak apapun yang kamu mau, asalkan kamu harus meminta izin dari suamimu." Ayah mencium kening putrinya dan menghapus jejak air mata yang membasahi pipi Aira. "La tahzan sayang, janganlah bersedih. Bukankah hari ini adalah hari bahagiamu? Berikanlah senyuman manis untuk suamimu, jangan ada air mata meskipun hatimu tampak sedih. Senyuman istri dapat memberikan ketenangan untuk suaminya dikala ia sedang gundah." Ayah Aira beralih mengusap kepala putrinya sambil berbisik menguatkan untuk tidak lagi bersedih. Aira mencoba mengulas senyum dan menghapus air matanya, ia menatap suaminya yang hanya memandanginya dan Ayahnya dalam diam. Ia harus tabah dan kuat ketika saat ini telah tiba, menikah adalah kewajibannya kini sebagaimana yang sudah ada di dalam Al-Qur’an juga sangat jelas dan bisa dijadikan dasar dan pedoman untuk memulai sebuah ikatan pernikahan. Untuk bisa mendapatkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah ini memang membutuhkan kontribusi dari kedua belah pihak yakni suami dan istri untuk bisa membagi perannya dalam menjalankan bahtera rumah tangga. berikut Ayat Pernikahan Dalam Islam terkait yaitu: “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.”(QS. an-Nur: 32). Karena, dalam setiap pernikahan ini bisa menghadapi persoalan yang berbeda – beda, maka penyelesaiannya harus dikembalikan lagi pada Al-Qur’an dan Hadits. Setiap manusia didunia ini ditakdirkan untuk menikah sebagaimana dalam ayat diatas, karena Allah telah menciptakan manusia dengan berpasang-pasangan bahkan makhluk hidup lain pula Allah ciptakan berpasang-pasangan. Menikah adalah ladang ibadah bagi para istri dan suami, dimana setiap keromantisan didalam rumah tangga bernilai ibadah bagi siapa yang menjalankannya. Bisa pula menjadi ladang dosa jika hanya ada pertengkaran yang terjadi tanpa mau mencoba menyelesaikan persoalan dengan berunding bersama sesuai Al-Qur'an dan hadist-Nya. Tinggal kita yang mencoba menyikapi bagaimana harus menyelesaikan persoalan itu ataukah ingin memperbesarnya. Aira merasa sangat canggung sekali begitu mereka telah memasuki kamarnya bersama Fahri dan suaminya itu hanya duduk diam saja, tak ada pembicaraan yang terjadi diantara mereka. Fahri sibuk dengan pikirannya sedangkan Aira sibuk memikirkan bagaimana agar suasana ini tak lagi canggung, tapi masa iya dia yang harus memulai berbicara terlebih dahulu? Harusnya sebagai pria Fahri-lah yang memulainya. Tetapi jika mereka sama-sama diliputi dengan rasa gengsi pasti semua tidak akan berjalan dengan baik, bukankah pernikahan mereka ini adalah pernikahan yang didasari oleh setuju sama setuju yang artinya tidak ada yang keberatan sama sekali dalam hubungan ini baik Aira maupun Fahri. "M-Mas..." Ya mulai hari ini Aira memang memanggil Fahri dengan sebutan Mas, meskipun ia sudah lama hidup di Mesir namun Ayahnya selalu mengajarkannya tentang adat dari Ayahnya yaitu Jawa. Ayahnya mengajarkannya sebutan-sebutan untuk orang yang lebih tua ataupun yang lebih muda begitupula dengan makanan dan adat pakaian yang khas dari suku Ayahnya, ia bahkan lebih mengerti dengan suku Jawa dan negara Indonesia daripada negara yang selama ini menjadi tempat tinggalnya saking seringnya Ayahnya bercerita dan mengajarinya. "Ya?" Fahri yang akan membuka jasnya terhenti ketika Aira memanggilnya. "Emmm... Yang mandi duluan Aira atau Mas?" "Kamu duluan saja, sekalian ambil wudhu ya kita shalat isya dan shalat sunnah berjamaah." Aira mengangguk dan langsung menuju kamar mandi, dadanya berdebar ketika Fahri menyuruhnya berwudhu dan mengatakan bahwa mereka akan melakukan shalat sunnah. Setelah mereka selesai shalat isya dan shalat sunnah dua rakaat Fahri meraih kedua sisi kepala Aira dan membacakan doa sebelum mereka melakukan ibadah suami-istri yang menjadi pahala bagi mereka yang sudah halal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD