part 2

1367 Words
Saat jam makan siang, Nessa dan Emma menikmati makannya di kantin rumah sakit. Untung tadi pagi mereka tepat waktu datang sehingga tidak terkena sangsi di hari pertama bekerja. Sebagai dokter baru di rumah sakit Mutiara, hari pertama mereka masih mempelajari detail dan fasilitas rumah sakit, belum sepenuhnya bekerja. Hanya sesekali mendampingi dokter senior memeriksa pasien. Em..., Elo kok beda banget sekarang?" "Beda gimana sih Ness?" "Iya, ini....ini. .beda dari Emma yang aku kenal saat SMA dulu," ucap Nessa sambil memegang rambut dan gaya pakaian Emma.  Emma adalah sahabat Nessa di SMA dulu yang beda dari saat ini dihadapannya, Emma yang dulu adalah gadis pendiam, berkacamata tebal dan berpakaian kurang modis, walau begitu Emma sama cerdasnya dengan Nessa hingga sama sama kuliah di fakultas kedokteran, bedanya Emma ambil kedokteran di Surabaya sedangkan Nessa tetap di Jakarta hingga mereka lost contacts dan bertemu lagi pagi tadi. "Ya namanya orang Ness, ada lah sedikit perubahan. Menurut kamu gimana, cantik nggak aku gaya seperti ini?" "Keren abis pokoknya, tapi bahasa Lo males ah aku kamu gitu. Biasanya elo gue juga." "Ah itu karena hampir 6 tahun di Surabaya, jadi Lo gue nya ilang, tapi ntar juga balik lagi gaul Ama kamu." "Ih omongan lo, kayak gue slengean banget deh." keduanya terkekeh bersama. "Oh ya Ness, aku denger Arga ambil kedokteran juga di Aussie." "Mmmm....oh ya?" "Gitu amat sih respon lo." "Trus gue harus gimana, prinsip gue itu buanglah mantan pada tempatnya." "Kalau dia mau balikan Ama elo gimana, lo Terima gak?" "Tuh kan ngomongnya lo udah ketularan slengean gue hahaha." "Ih sukanya ngalihin pembicaraan deh." "Enggak lah Em, gue nggak mau." "Kenapa?" "Ya nggak mau aja. Udah ah malah bahas mantan sih." "Kapan kapan kita hang out bareng yuk Ness, kan lama kita nggak jalan bareng." "Boleh, ntar kalau jadwal libur ya." "Ok sip." "Ya udah, jam makan siang dah mau abis, balik yuk." "Ayo." Oooo----oooO Tristan turun dari mobilnya tepat di depan lobby kantor, ia bergegas masuk ke dalam lobby dan segera masuk ke lift untuk menuju kantornya di lantai 11, ia berjalan tanpa membalas sapaan karyawannya yang ia lewati di lobby. Kejadian di jalan yang menyebabkan mobilnya terdapat tanda garis lurus di sebelah kanan membuatnya gusar, bukan karena berapa banyak biaya yang akan dikeluarkannya yang mungkin berkisar ratusan juta, tapi karena ia tak akan bisa memakai mobil tersebut untuk beberapa lama karena dalam masa perbaikan. Sesampainya di ruangannya, ia membanting tubuhnya di kursi. Karen sekertarisnya yang mengikutinya saat masuk langsung terhenyak menyadari big bosnya sedang marah besar. Karen yang akan memberikan beberapa berkas laporan mulai gamang apa yang akan dia lakukan, ia tahu betul jika big bos marah seharian ini akan jadi hari yang buruk baginya ataupun bagi kepala divisi yang menemuinya. Karen memundurkan langkahnya berniat keluar dari ruangan big bos. "Karen, kamu mau kemana? Mana berkasnya?" Tanya Tristan. "I....iya pak," jawab Karen yang kemudian melangkahkan kakinya ke meja kerja Tristan. "Saya fikir bapak lagi marah, makanya saya mau keluar dulu nunggu marah bapak reda." "Darimana kamu tahu saya sedang marah?" "Ya tahu lah pak, gelagat bapak sudah memberitahu kami semua." Tristan tergelak mendengar jawaban Karen. "Seseram itukah saya Dimata kalian?" "Ya begitulah pak, jadi bisa nggak bapak jangan sering marah marah biar suasana kantor nggak serem." "Nggak!, kamu boleh kembali ke meja kamu." Karen dengan cepat kembali ke meja kerjanya sebelum mendapatkan amarah yang lebih seram. Tristan mulai membuka buka berkas yang diberikan Karen dan membacanya dengan teliti. Tristan Rajendra Aryasatya, 30 tahun seorang pengusaha muda yang tangguh dan disegani lawan bisnisnya, semua tender selalu dimenangkannya jika Tristan langsung yang ikut negosiasi. Tristan mengeluarkan handphone dari saku jasnya dan menelepon seseorang. "Hallo....." "..............." "Iya gue butuh bantuan lo." ".............." "Mobil gue tadi pagi diserempet motor, lo ambil di kantor trus lo urus semuanya. Pusing gue mikirnya." "..............." "Iya gue tahu." ". ........... " "Ya enggaklah, gue lihat tuh cewek sepertinya masih anak kuliahan, bisa serangan jantung bokap nyokap dia gue kasih tagihan perbaikan mobil Lamborghini gue." "..............." "Nggak juga, ntar kalau gue ketemu lagi sama dia ya gue tagih pertanggungjawaban cewek itu." ". ....... ......" "Ok, thank you ya." Tristan menutup teleponnya dan kembali berkutat dengan pekerjaannya. Oooo----oooO Nessa berlatih di di Dojo opa Roy, ia melatih tendangan, kuda kuda dan pukulannya, walau sudah memegang sabuk hitam tetapi ia tak pernah absen berlatih seminggu 3 kali. Sejak kecil mama dan papanya mewajibkan putra putrinya berlatih bela diri untuk membekali diri bila sesuatu terjadi pada mereka, Nessa dan Ryando memilih karate sedangkan Angga memilih muathai. Nessa berlatih kurang lebih 1,5 jam bersama beberapa orang lainnya, Setelah berlatih ia langsung pulang karena ia takut mamanya khawatir. Sesampainya di rumah, Nessa jadi lebih pendiam dari biasanya saat makan malam ia hanya mengaduk aduk makanannya saja, ia memikirkan jika pemilik mobil minta ganti rugi pada papanya, yang pasti papanya akan sangat marah besar karena biaya perbaikan Lamborghini Veneno pasti menghabiskan ratusan juta, bisa saja pemilik mobil bilang tidak akan minta pertanggungjawaban tapi hati dan fikirannya bisa saja berubah dan minta ganti rugi, apa yang harus ia katakan. "Sayang......kamu kenapa, kok nggak dimakan makanannya malah di aduk aduk," tanya mama Anaya. Nessa yang masih bergelut dengan fikirannya tak mendengar panggilan mamanya hingga papa Dzakka ikut memanggilnya "Nessa sayang, apa yang kamu pikirkan, kenapa makanannya dia aduk terus," tegur papa Dzakka, Nessa masih belum memberi respon hingga Ryando yang ada disebelahnya menyenggol lengannya yang mengagetkan Nessa dan melotot pada adiknya itu. "Apaan sih, ngagetin aja." "Itu ditanya papa dan mama dari tadi di panggilin juga." Nessa segera berpaling memandang mana Anaya dan papa Dzakka yang ada di hadapannya. "Kamu kenapa sih sayang, ada masalah di tempat kerja?".. "Enggak kok pa, ma nggak ada masalah." "Lalu kenapa kamu jadi pendiam gini, biasanya juga cerewet," ucap mama Anaya "Ih mama kok Nessa dibilang cerewet." "Emang cerewet kok," tambah Ryando "Kalau Nessa ada masalah cerita sama mama atau sama papa, jangan di pendam sendiri ya sayang." "Iya ma Nessa janji." Setelah makan malam, Nessa langsung masuk kamar dan memutuskan beristirahat, ia akan fikirkan nanti apa yang akan ia lakukan jika si pemilik mobil yang ia serempet minta ganti rugi. Dan satu yang pasti ia tak ingin meminta pada mama dan papanya, ia akan berusaha sendiri bagaimanapun caranya. Ia mengambil laptop miliknya di meja belajarnya ia perlu bicara dengan saudara kembarnya, ia memilih untuk Skype, tapi di London masih jam kerja apakah abangnya mau di ajak Skype, tapi Nessa berfikir ini layak dicoba. Skype tersambung dan ternyata Angga mau menjawab skype Nessa. "Kenapa dek?, kok Skype jam segini, Abang masih kerja ini." "Iya Nessa tau tapi Nessa nggak tahu harus ngomong sama siapa, ngomong sama mama dan papa juga gak mungkin bang." "Emang kamu ada masalah apa?, Abang juga dari tadi perasaan nggak enak terus. Abang fikir pasti ada sesuatu yang terjadi sama kamu." "Iyalah bang, biasanya juga gitu namanya juga twin." "Terus masalahnya apa?." "Aku kan udah pernah bilang ke Abang kalau aku diterima bekerja di rumah sakit Mutiara, dan hari ini hari pertama aku kerja. Tadi aku keukeuh bawa motor sport, sebenarnya gak dibolehin Ama mama terus di jalan aku nyerempet mobil bang." "Tinggal ganti rugi aja sih dek, susah amat." "Nah itu masalahnya bang, yang aku serempet itu mobil Lamborghini Veneno bang." ucap Nessa dengan muka mau menangis. "Whaaaat........!!!!!" Nessa mengangguk pelan "Busyet dek, itu mobil cuma ada 3 di dunia dan yang jelas biaya perbaikan gak cukup puluhan juta." "Nessa tahu itu kak, makanya ini Nessa bingun." "Pemiliknya pasti bukan orang sembarangan tuh dek, dia minta pertanggungjawaban Sama kamu?" "Iya pemiliknya sepertinya pengusaha sukses kak, tadi Nessa menawarkan bertanggungjawab tapi dia menolak." "Seriusan dek?" "Iya, dia bilang kasihan ortu Nessa kalau disuruh ganti biaya perbaikan bisa kena serangan jantung katanya, songong gak tuh orang." "Hahahaha....... penghinaan banget tuh dek, emang dia nggak tau ortu kita?" "Ya enggak lah kak, ngapain aku bilang bilang sama dia." "Ih sewot amat jawabnya, lalu gimana?" "Tapi disaat terakhir dia bilang kalau suatu saat ketemu aku lagi, dia akan minta ganti rugi dalam bentuk lain." "Maksudnya bentuk lain apa?" "Nggak tau lah bang." "Ya udah nggak usah difikirkan, semoga aja kamu nggak ketemu lagi sama tuh orang." "Tapi kalau, kalau aku benar-benar ketemu nanti gimana?" "Ya udah itu kita fikirin nanti aja, Abang mau kerja lagi ya. Bye." Lynagabrielangga
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD