part 3

1374 Words
Tristan berjalan memasuki rumah mewahnya di kawasan elite, ia tinggal bersama mamanya karena papanya sudah meninggal dunia saat usianya masih balita, ia dibesarkan oleh sang mama karenanya ia sangat menyayangi mamanya tersebut. Karena dukungan sang mama lah ia bisa sukses sampai saat ini menjadi pengusaha muda yang sukses dan disegani lawan bisnisnya. Tristan melangkah ke lantai 2 dimana kamar mamanya berada, setiap pulang kantor dia selalu menyempatkan diri menemui mamanya. Dilihatnya sang mama sedang duduk di tepian ranjang. "Ma......." "Tristan, sudah pulang nak?" "Iya, mama belum istirahat?, sudah malam ma." "Iya ini mama mau tidur." "Mama sudah minum obatnya?" "Sudah, tadi bibik udah berikan obat mama yang sebelum tidur, kamu duduk sini dulu sayang," ucap sang mama. Tristan menuruti ucapan mamanya dan duduk di sebelah mamanya. "Usia kamu sudah matang sayang, mama juga mau segera menimang cucu dari kamu." Tristan hanya diam, mamanya sering membahas hal ini berkali kali tapi tetap saja ia tak bisa mengabulkan permintaan mamanya untuk segera menikah. Ia pernah menjalin hubungan dengan seorang wanita yang mungkin wanita satu satunya yang dicintainya, tetapi wanita itu menghianatinya dengan berselingkuh dengan pria yang lebih kaya. Memang saat itu ia masih merintis usaha, ia berfikir wanita itu akan mendukungnya hingga sukses, tapi ia salah. Wanita itu berselingkuh dengan rekan bisnisnya yang lebih sukses membuatnya tidak ingin menjalin hubungan khusus dengan wanita lagi. Hal ini membuat sang mama khawatir putranya tersebut menjadi tak ingin menikah. "Tristan kan sudah bilang ma, Tristan belum ingin menikah." "Tapi mama takut usia mama tak Sampai dimana kamu akan menikah." "Sssstttt mama jangan bilang seperti itu ma", ucap Tristan sambil meletakkan telunjuknya di bibir mamanya. "Makanya kamu cepat cari istri nak." Tristan menghela nafas. "Iya nanti Tristan segera cari pasangan ya, mama jangan terlalu berfikir tentang itu." "Janji?" "Iya Tristan janji, sekarang mama istirahat," ucap tristan merebahkan tubuh mamanya dan menyelimutinya, ia segera keluar dari kamar mamanya dan menuju kamar tidurnya yang berada disebelah kamar mamanya, ia membersihkan diri di kamar mandi dan langsung merebahkan diri. Tubuhnya terasa penat setelah bekerja seharian, tak lama ia langsung terlelap. Tristan berjalan memasuki sebuah resto, ia memilih meja di pinggir agar bisa mengetahui setiap orang yang masuk resto. Tak lama ada seorang wanita yang sangat dikenalnya tapi ia tak sendiri, ia menggandeng mesra seorang pria yang juga dikenalnya. Ia segera berdiri dan mendekati mereka "Vira..... Andre . ........," sapanya pada keduanya. "Tristan.....," berbarengan keduanya berucap. Tristan menggelengkan kepalanya menatap dua sejoli itu. "Aku tidak menyangka kamu tega Vir melakukan ini sama aku." "Maafkan aku Tan, aku nggak bisa menunggumu merintis usaha dari bawah. Sampai kapan aku harus menunggu, 10 tahun, 15 tahun. Itu terlalu lama Tan buat aku. Maaf aku harus meninggalkanmu seperti ini." Vira dan Andre menjauh dari Tristan "Tunggu......Vira.....tungguuuuu!!!!" Tristan terbangun dengan keringat mengucur di dahinya, bayangan perselingkuhan Vira selalu membayangi dirinya. Sungguh Tristan tak ingin bayangan tersebut mendatanginya tetapi selalu saja saat mamanya membahas soal pasangan bayangan itu datang. Tristan melihat jam dinding digital dikamarnya masih menunjukkan pukul 2 pagi, tapi ia sudah tak mengantuk lagi. Tristan keluar dari kamarnya dan menuju halaman belakang yang terdapat kolam renang. Untuk menghilangkan fikiran fikiran tentang Vira ia pun berenang beberapa putaran. Mama Tristan yang mendengar suara gemericik di kolam renang terbangun dan melihat dari jendela. Ia merasa sedih melihat putra satu-satunya memiliki trauma dengan hubungan cinta penyakit jantung yang di deritanya membuatnya takut jika suatu saat mendapat serangan jantung mendadak dia tidak akan mendapatkan kesempatan melihat putranya menikah. Oooo----oooO 2 bulan sudah Nessa dan Emma bekerja di rumah sakit Mutiara, awalnya mereka hanya menjadi pendamping dokter senior sampai kemudian mereka sudah diijinkan melakukan pemeriksaan sendiri di dampingi suster. Saat ini Nessa dan Emma berada di kantor piket untuk ruang rawat lantai 3, yaitu ruang VVIP. giliran piket mereka bergantian kadang di lantai 2 yaitu ruang rawat kelas 1 atau di lantai dasar yaitu ruang rawat kelas 2 dan kelas 3. "Dokter Nessa dan dokter Emma, waktunya pemeriksaan umum bagi pasien." "Iya sus, kami siap siap dulu ya." Nessa dan Emma memakai masker masing masing dan beranjak meninggalkan kantor perawat, Nessa mengarah ke kanan sedangkan Emma mengarah ke kiri. Pemeriksaan rutin berjalan lancar sampai ruangan terakhir di ujung koridor. Nessa memasuki ruangan dimana seorang ibu berbaring lemah, ia sendirian tanpa ada seseorang yang menungguinya. "Ibu ini kenapa sus?" Tanya Nessa "Kena serangan jantung dok, baru masuk pagi ini." "Oh....ini keluarganya nggak ada yang nungguin?" "Tadi ada pembantunya, sepertinya lagi turun sebentar." "Untungnya serangan jantung ringan jadi tidak fatal sus, kita tunggu saja keluarganya sampai datang kasihan kalau ditinggal sendirian." "Kasihan banget ibu ini, sendirian terbaring di rumah sakit. Jadi inget mama," batin Nessa Tak lama pintu terbuka dan seorang wanita tua masuk dengan seorang pria, yang membuat Nessa terbelalak mengetahui siapa pria itu. "Bagaimana keadaan ibu saya dok?" tanya pria tersebut yang tak lain adalah Tristan. "Ibu anda hanya kena serangan jantung ringan, jadi tidak usah kuatir," ucap Nessa dengan suara sedikit bergetar takut Tristan mengenalinya. "Oh begitu ya dok, baiklah terima kasih." "Saya permisi," pamit Nessa. Nessa dan suster melangkah akan meninggalkan kamar hingga Tristan menghentikannya. "Tunggu......" Membuat Nessa diam terpaku ditempatnya, keringat dingin mengalir di pelipisnya dia berdoa dalam hati agar Tristan tak mengenalinya. "Dengan dokter siapa saya bicara?" tanya Tristan mendekati Nessa dan mengulurkan tangannya. "Saya dokter Vanessa," jawab Nessa menjabat tangan Tristan dan langsung pamit keluar. Nessa berjalan dengan cepat menuju kantor perawat dan segera mengambil minuman, dibukanya masker dari mulutnya dan langsung menenggaknya air tersebut sampai habis. Suster yang bersamanya melihatnya tak berkedip. "Dokter Nessa kenapa, seperti habis lari maraton." "Ini melebihi lari maraton sus, habis dikejar setan." "Ih ada ada aja dok." Nessa bersyukur Tristan tak mengenalinya, bisa habis dia kalau Tristan mengenalinya. Dia kan belum mengumpulkan uang untuk mengganti perbaikan mobil. Emma datang ke Kantor perawat dan melihat Nessa yang pucat. "Elo kenapa Ness?, Lo sakit kok pucat banget muka Lo?" "Aduh apes banget gue Em hari ini." "Apes kenapa sih." "Panjang ceritanya Em, nggak tau harus mulai darimana." "Ya udah gue dengerin, kita kan udah kelar pemeriksaannya." Akhirnya Nessa bercerita tentang insiden motornya menyerempet mobil Tristan 2 bulan lalu dan omongan Tristan tentang permintaan pertanggungjawaban dalam bentuk lain jika ketemu lagi. "Maksudnya bentuk lain itu apa Ness?" "Lah itu Em, gue takut dia minta yang macem macem gitu." "Permisi......"  Sebuah suara menghentikan obrolan keduanya. Nessa yang duduk membelakangi pintu panik karena suara yang ia dengan adalah suara Tristan yang tadi ia temui di kamar pasien, untungnya ada Emma yang menghadap pintu "Iya pak bisa saya bantu?" tanya EmmaEmma. "Maaf merepotkan dokter, ini kartu nama saya," ucap Tristan sambil menyerahkan kartu namanya pada Emma. "Saya tidak bisa selalu menjaga mama saya jadi tolong jika ada apa apa hubungi saya di nomor yang ada disini." "Oh baik pak." "Terima kasih." "Sama sama". Tristan beranjak meninggalkan kantor perawat menuju kamar mamanya. Sepeninggal Tristan, Emma langsung tertawa terbahak-bahak. "Elo lucu banget sih Ness, diam nggak bergerak gitu." "Udah deh Em nggak usah rese lo." "Iya sorry sorry, coba kita lihat siapa sebenarnya orang yang mobilnya elo serempet mobilnya," ucap Emma sambil membaca kartu nama yang diberikan Tristan "Tristan Rajendra Aryasatya, CEO PT. megah Karya Utama, nama yang bagus. Eh wait..... sepertinya pernah dengar nama ini, dimana ya?" Emma mengetuk dahinya mencoba mengingat "Oh my God Ness!!!" "Apaan sih Em, ngagetin aja lo." "Nih orang gue kenal Ness, dia itu pengusaha muda terkenal loh masa Lo nggak tau sih." "Nggak tahu." ucap Nessa cuek "Dasar Lo, gue pernah lihat profil nih orang di majalah bisnis bokap gue tau." "Lalu kenapa?" "Yah mobil Lamborghini Veneno yang elo serempet itu cuma ada 3 di dunia ini Ness, salah satunya punya pak Tristan ini." "Gue tahu, makanya habis nyerempet mobil dia gue pusing gimana kalau tiba tiba dia berubah fikiran dan minta ganti rugi." "Kenapa mesti pusing sih Ness, bokap Lo pengacara terkenal tajir pula, uang ratusan juta mah kecil." "Enak aja lo bilang kecil, gede tau. Lagipula gue nggak mau bokap nyokap tau kejadian ini dan kepikiran, gue mau urus sendiri. Paling gue kemarin curhat ama Abang gue." "Eh iya Abang Lo kemana kok elo nggak pernah cerita?" "Oh.....Abang Angga ambil hukum di London terus sekarang kerja di firma hukum disana juga." "Wah hebat si Angga, ngikutin jejak bokap Lo sedangkan elo ngikutin jejak nyokap elo, emang keluarga hebat," pungkas Emma Lynagabrielangga
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD