part 4

1191 Words
Hari ini Nessa piket malam di lantai 3 sedangkan Emma di lantai 1, Nessa piket bersama 2 dokter senior hanya dia sendiri yang junior. Tepat pukul 9 malam Nessa mulai melakukan pemeriksaan rutin, oleh dokter senior ia diberi tugas menangani kamar ujung yang adalah kamar mama Tristan, Nessa ingin menolak tapi tak kuasa karena ini adalah tugasnya. Ia berjalan setengah hati menuju kamar itu, ia ditemani oleh seorang suster yang membawa record kesehatan pasien. Nessa membuka pintu kamar dan masuk, ia hanya melihat pembantu rumah tangga yang kemarin ia lihat sedangkan Tristan tidak ada disana membuat Nessa bernafas lega. Tapi sebelum ia mendekati ranjang pasien, mengalami serangan Jantung hingga kejang membuat bibik yang menungguinya panik, Nessa meminta bibik menunggu di luar sehingga ia bisa menangani pasien dengan tenang. Untunglah dengan pengetahuan ilmu kedokteran yang mumpuni, walau belum pernah menangani pasien penyakit jantung seorang diri tetapi Nessa berhasil menangani mama Tristan dengan baik sehingga kondisinya menjadi stabil kembali. "Alhamdulillah dok, dokter bisa menangani sendiri sebelum saya memanggil dokter senior. Dokter Nessa hebat loh belum pernah ada dokter muda yang bisa menangani pasien serangan jantung dengan baik seperti tadi." "Ah suster bisa aja, saya tadi takut loh takut gagal menyelamatkan pasien." "Selamat ya dokter Nessa." "Ah nggak usah di besar besarkan sus, ya sudah kita keluar," ucap Nessa. Nessa dan suster keluar dan meminta bibik masuk Untuk menjaga pasien, Nessa meminta bibik segera melapor ke kantor suster bila ada apa apa dengan pasien. Oooo----oooO Berita berhasilnya Nessa menangani pasien penyakit jantung yang sedang mengalami serangan menyebar keseluruhan rumah sakit, hampir seluruh karyawan, suster dan dokter memberi selamat setiap berpapasan dengan Nessa, seperti siang ini Nessa dan Emma berjalan menuju kantin rumah sakit untuk makan siang, di setiap tikungan ada saja yang memberinya selamat. "Hebat banget lo Ness, jadi terkenal seantero rumah sakit Mutiara," "Ih terkenal, emangnya artis apa?" "Bukan gitu, gak rugi elo jadi anak mama Anaya doker hebat." "Gue mah belum apa apa kalau dibandingkan dengan nyokap Em." "Oh ya, elo tau nggak nyokap pak Tristan udah pulang pagi tadi?" "Oh ya? Syukur deh jadi gue udah tenang nggak perlu ketemu tuh orang songong lagi." "Eh Ness, elo jangan terlalu Benci gitu ama orang, ntar malah jatuh cinta loh." "Ih amit amit jatuh cinta Ama dia, ogah, udah ah yuk makan. Ntar ilang nafsu makan gue ngomongin dia." Saat pulang ke rumah, Nessa heran karena di meja makan terdapat makna kesukaannya terong balado dan ikan mujair. Ia naik ke kamarnya untuk mandi dan turun untuk makan malam satu jam kemudian, saat ia memasuki ruang makan sudah ada mama, papa dan Ryando duduk disana. "Ada acara apaan ma, kok ada makanan favorit Nessa?" "Ini untuk merayakan keberhasilan kamu sayang." "Keberhasilan?, Keberhasilan yang mana?" Wisuda kan udah lama ma." "Keberhasilan menangani pasien penyakit jantung kemarin sayang." "Ya Allah, nyampai juga beritanya ke rumah, mama tahu dari mana sih?" "Ada lah yang kasih tau, kamu nggak perlu tahu siapa yang kasih tahu mama, yuk ah kita makan." Nessa pun menurut dan duduk di sebelah Ryando duduk. Oooo----oooO "Sepertinya ibu perlu dijaga seorang dokter tuan". ucap bibik, pembantu di rumah Tristan "Kenapa bik, bibik nggak sanggup jaga mama?" "Bukan itu maksud saya tuan, tapi jaga jaga apabila ibu terkena serangan mendadak seperti waktu itu." "Bibik benar juga, oh ya waktu itu bibik jagain mama kan lalu mama mendapatkan serangan jantung dan ada dokter yang bisa dengan cekatan menangani mama". "Iya tuan dokter itu aja yang jagain ibu, namanya dokter Vanessa tuan. Tapi apa boleh tuan sama rumah sakit Mutiara kalau dia jagain ibu?" "Bibik tenang itu bisa saya atur." ucap Tristan mantap. Tristan kemudian menghubungi kepala rumah sakit Mutiara dan meminta satu dokter untuk menunggui mamanya di rumah 24 jam dan meminta dokter Vanessa yang menjaga mamanya. Kepala rumah sakit menolak karena dokter Vanessa merupakan dokter baru yang belum berpengalaman tapi Tristan bersikeras memintanya, tapi status dokter Vanessa masih bekerja di rumah sakit Mutiara. Karena Tristan merupakan pemegang saham terbesar rumah sakit Mutiara mau tak mau kepala rumah sakit setuju dengan permintaannya. Keesokan harinya kepala rumah memanggil Nessa ke kantornya, membuat Nessa bertanya tanya apakah ia membuat kesalahan sampai di panggil kepala rumah sakit. Nessa mengetuk pintu kantor kepala rumah sakit "Masuk......" Suara jawaban dari dalam membuat Nessa membuka pintu dan masuk. "Dokter memanggil saya?, Apa saya melakukan kesalahan?" Ucap Nessa. "Bukan dokter Nessa, silahkan duduk dulu," kata kepala rumah sakit, Nessa dengan ragu berjalan mendekati meja kerja kepala rumah sakit dan duduk di kursi seberang beliau. Begini dokter Nessa, salah satu pemegang saham terbesar rumah sakit Mutiara ibunya sedang sakit dan butuh dokter untuk memantau beliau 24 jam, jadi saya menugaskan dokter Vanessa untuk melaksanakan tugas ini." "Saya...?" Tunjuk nessa pada dirinya "Tapi kan saya masih junior dok, apa saya mampu?" "Sangat mampu, anda sudah membuktikan 2 hari lalu dengan menangani pasien serangan jantung." Nessa menghembuskan nafas pelan, ia bosan kenapa itu terus yang dibahas. "Apa pilihan saya dok?" Tanyanya "Saya menawarkan hal yang menguntungkan bagi anda, kalau anda bersedia posisi anda sebagai dokter kontrak akan menjadi dokter tetap di rumah sakit Mutiara ini, bagaimana?" Nessa berfikir sejenak, memang dia bekerja di RS Mutiara dengan sistem kontrak yang ia tanda tangani untuk masa 1 tahun, jika kinerja bagus kontrak kan di perpanjang kalau buruk tentu saja akan diputus. Siapa yang tak mau menjadi dokter tetap disini tanpa harus terikat kontrak. Tapi dia harus merawat seseorang dan meninggalkan rumah, apa yang akan ia katakan kepada kedua orangtuanya "Untuk berapa lama dok?" Tanya Nessa Lagi "Kira kira 1 bulan dokter Vanessa." "Ok saya bersedia melakukannya, mulai kapan saya bertugas dok?" "Secepatnya, kalau bisa hari ini." "Kalau hari ini saya tidak bisa dok, kan saya harus izin kedua orangtua saya dulu." "Saya yakin dokter Anaya dan bapak Dzakka mengijinkan putrinya melakukan ini." "Dokter kenal orang tua saya?" tanya Nessa keheranan. "Tentu saja dokter, mereka ini sudah sangat terkenal kebaikannya dengan membangun klinik gratis untuk orang tak mampu." "Oh....baiklah dokter saya pamit dulu." "Silahkan." Nessa kembali bertugas, kali ini ia dan Emma bertugas di lantai 1. Ia berjalan memasuki kantor perawat dengan lunglai. "Kenapa Ness, kok lemes gitu?" "Kayaknya sebulan kedepan kita nggak akan bertemu." "Kenapa, elo mau kemana?" Cecar Emma "Gue dapat tugas langsung dari kepala rumah sakit untuk jadi dokter khusus di rumah pemegang saham terbesar rumah sakit ini selama sebulan." "Elo mau?" "Gimana nggak mau, orang aku dapat penawaran menarik." "Penawaran apa?" "Kalau gue menerima penawaran ini, gue bakal jadi dokter tetap di rumah sakit ini." "Wah keren tuh Ness, gue juga pengen tuh." "Yaah mungkin lain kali elo juga dapat kesempatan ini, semangat Em", ucap Nessa pada Emma Nessa mulai memeriksa berkas rekam medis pasien di lantai 1 dimana mereka bertugas. Oooo----oooO "Boleh ya ma.... pa.....," bujuk Nessa pada mama dan papanya. "Kamu yakin kak?" Tanya Ryando Nessa membicarakan tugasnya itu saat makan malam "Mama terserah kamu sayang, kamu sudah dewasa bisa menentukan tujuan kamu, gimana pa?" "Papa juga setuju ma, semua keputusan ada sisi negatif dan positifnya sayang, kalau kamu bisa menghadapinya itu akan keren." "Makasih ya ma, pa tapi dalam sebulan itu Nessa nggak pulang." "Rumahnya di Jakarta kan bukan di Kalimantan, masih bisa sesekali jengukin mama dan papa dong." "Siap pa." Lynagabrielangga
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD