Bab 1 Pewaris Grup Gu

1195 Words
“Angela, aku benar-benar sangat mencintaimu. Kamu adalah satu-satunya wanita yang aku inginkan di dunia ini. Jiwa dan ragaku adalah milikmu, Sayang. Aku berjanji kita akan hidup bahagia selamanya bersama anak-anak kita sampai maut memisahkan.” Angela Tanoto yang tampak berdiri melamun di depan meja kasir, tiba-tiba saja teringat dengan ucapan suaminya ketika sedang melamarnya sekitar tiga tahun lalu. Alan Gu adalah cinta pertamanya dan merupakan seorang pria berotak cerdas dengan segala prestasinya selama di bangku kuliah. Dia juga sangat tampan dan hangat. Tipe pria yang akan membuat semua wanita tergila-gila dan bertekuk lutut di hadapannya. Sayangnya, sekalipun dia memiliki wajah tampan luar biasa dan berotak cerdas, setiap kali orang-orang mengetahui identitasnya yang tidak jelas dan miskin, semuanya langsung menjauhinya seolah-olah sedang melihat penyakit menular. Bagi sebagian besar orang, anak yatim piatu sama saja dengan sumber masalah. Seperti itulah mereka menilai Alan Gu. Bom waktu yang akan meledak sewaktu-waktu karena dianggap tumbuh tanpa pengajaran dari kedua orang tuanya sejak kecil. Berbeda dengan Angela Tanoto yang selalu penasaran dan perhatian, dia jatuh cinta kepada pria itu dengan tulus pada pandangan pertama. Begitu pula dengan Alan terhadap Angela. Keduanya memiliki kisah cinta yang mampu membuat semua orang pasti akan iri jika mendengarnya. Angela berpikir bahwa tidak masalah suaminya memiliki kekurangan yang membuat orang-orang selalu menjauh dan merendahkannya, setidaknya cinta mereka bisa menjadi kekuatan untuk saling menguatkan. Namun, semua keyakinan dan kepercayaan Angela perlahan runtuh gara-gara kehadiran pria tua berjas hitam di depannya saat ini. “Apakah ucapan saya kurang jelas? Perlukah saya mengulanginya lagi?” tanya pria tua berpakaian butler yang terlihat mahal dan mewah. Nada suaranya tegas dan berwibawa, tapi agak arogan. Alan Gu meringis gelap menahan amarah di wajahnya. Dengan cepat, dia meraih sebelah tangan Angela yang berdiri tepat di sebelahnya, membuat wanita yang sedang melamun itu segera kembali ke dunia nyata. Angela mengerjapkan mata linglung, tidak tahu harus berbuat apa setelah mendengar kebenaran mengejutkan tentang suaminya beberapa menit lalu. “Maaf. Kami tidak punya waktu untuk meladeni permainan Anda. Silakan keluar dari sini,” balas Alan dengan nada dingin dan aura mengintimidasi. Pria tua itu tampak menghela napas berat. Dia langsung menegakkan punggung sehingga tampak lebih kharismatik dan tinggi. Sepertinya dia memang perlu mengulangi perkataannya beberapa saat lalu agar lebih jelas bagi tuan mudanya itu. “Tuan Muda, sudah saatnya Anda pulang. Cepatlah bercerai dengan wanita miskin itu agar segera mengambil alih Grup Gu. Tunangan Anda juga telah menunggu Anda selama ini.” Rasa takut dan hawa dingin langsung menggigit Angela dari dalam. Dia menatap suaminya dengan mata mulai berkaca-kaca dan seolah-olah tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi sekarang. Apakah semua ini hanya keisengan suaminya karena sebentar lagi adalah hari ulang tahun pernikahan mereka? Pura-pura menunjukkan identitas rahasianya sebagai anak dari keluarga kaya? Apakah dia ingin membuatnya tertawa dan sedikit terhibur karena selama ini selalu diremehkan sebagai pria miskin yang tidak memiliki apa-apa? “Alan, leluconmu ini tidak lucu. Bisakah kamu sedikit berperasaan kepadaku? Grup Gu? Tunangan? Apakah kamu ingin mengerjaiku dan keluargaku? Aku tahu kamu pasti marah setiap kali keluargaku menghinamu, tapi bukankah kita sepakat untuk menganggap ucapan mereka sebagai angin lalu? Kamu tidak perlu sampai sejauh ini hanya untuk membalas mereka, bukan?” ujar Angela dengan bibir gemetar. Dia berusaha tersenyum, tapi sangat canggung dan aneh. Matanya diam-diam menatap kalut suaminya yang hanya terdiam dingin menatap pria tua di depannya. Angela merasa situasi ini sangat tidak nyata! Grup Gu? Itu adalah perusahaan milik keluarga konglomerat yang sangat terkenal di ibukota. Tidak ada yang tidak mengenalnya di negara ini. Mereka adalah pebisnis nomor satu yang sangat ditakuti oleh semua kalangan. Bahkan, pemerintah pun tunduk pada setiap aturan dan perkataan mereka. Angela menelan ludah gugup melihat pria tampan berkaos hitam itu tidak memberikan reaksi apa pun. Dia segera mengguncang pelan tangan Alan yang sedang memegang tangannya erat. Baru saja dia ingin menegurnya, tapi pria tua berpakaian butler mendahuluinya. “Lelucon? Apakah Anda menganggap Grup Gu adalah sebuah lelucon? Bagaimana bisa wanita sepertimu menjadi pasangan dari tuan muda kami? Benar-benar tidak punya tata krama! Kalian bahkan tidak bisa memperlakukannya layak sebagai seorang manusia!” bentaknya marah dengan mata melotot hebat. Urat-urat lehernya sampai muncul semua gara-gara memarahi Angela. Wanita berpakaian terusan merah manis itu terkejut hingga kedua bahunya naik. Keringat dingin dan semakin linglung. Alan Gu dengan cepat meraih istrinya ke dalam pelukannya. Berkata setengah menggeram marah dengan mata masih menatap dingin lawan bicaranya, “Cukup! Berani sekali Anda membentak istri saya! Tolong segera pergi dari sini sebelum saya memanggil polisi! Kami juga tidak mau menjual martabak kami kepada orang gila seperti Anda! Cepat pergi dari sini sebelum Anda menyesal!” Pria tua berwajah setengah Eropa dan berambut putih itu memicingkan mata tajam, melirik jijik ke arah Angela yang tampak hanya bisa diam dan gemetar dalam pelukan Alan Gu. “Tuan Muda, Anda tidak punya pilihan lain selain kembali kepada keluarga Gu yang telah kehilangan Anda selama bertahun-tahun. Apakah Anda sungguh tega membuat kedua orang tua Anda bersedih hati dan lebih memilih tinggal bersama wanita miskin itu? Apakah Anda sangat senang hidup dalam penderitaan dan penghinaan seumur hidup? Di mana harga diri Anda sebagai seorang pria?” “Tolong jaga mulut Anda, Tuan! Jangan bicara sembarangan!” bentak Alan sangat marah, urat-urat lehernya ikut-ikutan menegang hebat. Sesaat, suasana hening hadir di antara mereka bertiga. Untungnya, saat ini, tidak ada pembeli lain di toko kecil pinggir jalan tersebut, karena sang butler tua secara pribadi telah memesan 100 kotak martabak hanya untuk mendekati Alan Gu. Semula, Angela berpikir kalau dia hanyalah pembeli baru yang menyukai martabak mereka karena mulai viral di internet. Mungkin itu sebabnya, selama beberapa hari ini dia selalu muncul di toko dan membeli dalam jumlah banyak. Tapi, siapa menyangka kalau hari ini dia malah menunjukkan niat aslinya? Angela masih berharap kalau pria tua itu hanyalah akal-akalan Alan untuk mengerjainya sebelum memberinya kejutan manis di hari ulang tahun pernikahan. Sayangnya, mengetahui seperti apa sifat suaminya, detik demi detik berlalu, Angela mulai merasakan ketakutan yang sangat jelas di dalam hatinya. Ditambah lagi, dengan aura menakutkan tak biasa dari sang butler yang mengungkit Grup Gu dengan sangat sombong. Angela perlahan menyakini kalau semua itu mungkin bukanlah kebohongan. “A-Alan?” tegur Angela gugup, keringat dingin semakin banyak menuruni pelipisnya. Tidak tahu harus berbuat apa lagi. Jika semua itu benar, apakah Alan akan meninggalkannya tanpa ragu? Apakah dia akan memilih kembali kepada keluarganya yang kaya raya? Juga kepada tunangan yang telah disebutkan oleh pria tua itu? Jantung Angela bagaikan diremas oleh tangan tak terlihat, pupilnya menyusut tak fokus. Dari ujung kaki sampai kepala dia gemetar dingin tak terkendali. Selama ini, keluarga Tanoto selalu memperlakukan suaminya bagaikan sampah tidak berguna. Tapi, Angela pasti akan selalu membelanya mati-mati, dan Alan sendiri selalu sabar menghadapi sikap buruk keluarganya dengan sikap bercanda. Dia juga masih tetap tersenyum lembut sambil menuruti semua perkataan mereka tanpa ada keluhan sama sekali. Ada apa ini? Apa yang sedang terjadi? Siapa Alan Gu sebenarnya? Kenapa Angela merasakan firasat buruk mengenai kemunculan pria tua itu dan saat mendengar nama Grup Gu di telinganya? Alan Gu melirik sekilas ke arah istrinya, tersenyum lembut menenangkan sambil memeluknya lebih erat. “Jangan cemas. Dia hanyalah orang iseng yang berkata sembarangan. Lain kali, kita harus lebih selektif memilih pembeli. Ok?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD