Nickolas

1187 Words
Rara bangun dari tidurnya lalu bergegas kekamar mandi dan berwudhu, ia mencari sejadah dan mukena didalam travel bagnya namun tidak ia temukan. Rara membuka lemari pakaian yang sangat besar, berharap menemukan mukena disana namun tidak ada juga yang ada hanya seprai, handuk, selimut serta badcover. Dilihatnya jam sudah menunjukan jam 5 kurang 5 menit perlahan dia menarik kursi yang mengganjal pintuk kamar penghubung dan meletakan pada posisi seharusnya. Rara membuka pintu kamarnya dengan perlahan lalu menuruni tangga. 'kok aku kaya maling sih orang mau cari mukena doang,' gumannya, Namun Rara bingung rumah besar itu sangatlah sepi ditambah lagi ornamen klasik lebih mendominasi rumah ini. "Non." Seorang perempuan paruh baya menegurnya. Rara nyaris menjerit karena terkejut namun untungnya dia segera mendekap mulutnya. "Eh bu maaf, aku mau sholat subuh tapi aku lupa membawa mukenanya, Boleh aku pinjam mukena dengan sejadahnya?" Pinta Rara sambil sedikit berbisik. "Boleh non, di mushola Ada sejadah dan mukena kalau mau tapi disana ada Mang udi dengan Supri pasti sedang sholat juga kalau bibi kebetulan sedang halangan," Jawabnya sambil menunjukan mushola yang berada dihalaman belakang. "Ini non musholanya mukenanya ada dilemari coklat bersih kok semua, kalau yang digantung baru bekas dipakai." Rara menganggukan kepalanya dia lalu mengambil wudhu dan kemudian menjalankan sholat subuh. sekacau-kacaunya dirinya ibadah untuk Rara adalah nomer satu. "Saya boleh pinjam alqurannya Pak?" Pria yang bernama Udi itu mempersilahkan Rara, Orang yang ada dirumah itu bingung sekaligus kagum biasanya tamu yang menginap dirumah ini tidak pernah ada yang mau sholat dimushola apalagi mengaji. Setelah membacakan beberapa ayat Rara mengakhirinya dan menyimpan kembali Alquran ditempatnya. Alquran yang tampak masih bagus itu, tampaknya jarang tersentuh. "Bu saya boleh tahu kamar Nick disebelah mana?" Tanya Rara ketika melihat perempuan itu sedang membersihkan sayuran untuk dimasak. "Kamar Den Nick disebelah sana non, tapi sepertinya dia belum bangun." Rara tersenyum "Panggil saya Rara saja bu," pinta Rara, perempuan setengah baya yang berumur kira-kira 45 tahunan itu tersenyum "Saya bi Isah neng Rara," Rara hanya menggarukkan kepala. 'Dilarang panggil non sekarang panggil Neng terserah dirimu saja deh,' Rara berkata dalam hati. "Kalau begitu saya lihat Nick dulu ya bu," Rara meninggalkan Bi Isah yang belum selesai membersihkan sayuran dan berjalan menuju kamar yang ditunjuk oleh Bi isah tadi. Perlahan Rara membuka pintu kamar Nick, Kamar yang lumayan luas dengan ornamen jagoan seri Marvel dengan nuasa biru sementara untuk ranjangnya, ranjang berbentuk mobil dan lumayan besar. Rara berjalan mendekati Nick, perlahan agar Nick tidak terbangun dipegangnya jidat Nick perlahan. "Normal panasnya, Syukurlah," Akhirnya Rara duduk disofa berbentuk tangan besar sambil menunggu Nick terbangun. Rara memperhatikan bocah kecil itu. "Tampang mirip bapaknya," Gumannya. Untuk membunuh kebosanan Rara mengambil komik yang ada disana. "Banyak banget komiknya, wahhhh seri tintinnya lengkap sekali."Rara memandangi komik lainya lalu mengambil salah satu komik yaitu detectif conan dan membacanya. Alarm berbunyi di nakas dekat tempat tidur Nick. perlaham dia meregangkan tangannya lalu membuka matanya. "Pagi Nick," suara Rara mengagetkan Nick yang langsung melihat kearah Rara namun kali ini wajah Rara tidak seramah semalam. "Ehh Kakak, Pagi kak, Kakak tidur dimana?" Tanyanya tanpa dosa. "Di tempat tidur jawab Rara Asal?" Dia masih menunggu permintaan maaf dari Nick. 'Sepertinya anak ini tidak pernah diajarkan untuk meminta maaf jika salah dan terima kasih jika diberi,' Rara menduga-duga dalam hati. "Kamu berangkat sekolah jam berapa?" Tanya Rara dengan suara datar. "Jam7.30 Kak, Kak sudah jam enam lebih aku mandi dulu ya," Rara menganggukan kepalanya sementara Rara sendiri sudah mandi ketika dia bangun tidur tadi. Nick segera berlari menuju kamar mandi. 10 menit kemudian Nick mengeluarkan kepalanya. "Kak kamu masih disana?" Tanyanya karena dari kamar mandi dia tidak bisa melihat Rara. "Masih, kenapa?" Rara lalu membuka gorden besar yang menutupi jendela kamar Nick. "Boleh aku minta pakaian dalamku soalnya biasanya aku mengganti baju sendiri tidak ada orang," jawabnya Nick. "Kamu memang sudah selesai mandinya." Kembali Nick menganggukan kepalanya. "Kamu mandi kaya bebek, cepat amat?" Tanya Rara bingung. "Biasanya Oma yang memandikan tapi Oma sedang ke Italy saudaranya ada yang meninggal disana," Jawabnya menjelaskan. "Ya sudah aku mandikan," Rara bersiap untuk masuk kedalam namun ditahan oleh Nick. "Jangan kak aku malu," mendengar perkataan Nick Rara tertawa. "Ehh bocah! kamu tahu kata malu tapi gak tahu kata maaf ya, udah bikin aku jadi baby sitter kamu, nah karena aku jadi baby sitter kamu maka sekarang aku yang akan mandiin, Buka!" Perintah Rara galak, Rara lalu masuk kedalam kamar mandi Nick, Dia menutup k*********a dengan tangan. namun Rara yang sebenarnya ingin tertawa melihat wajah Nick yang sepertinya menahan malu mencoba untuk bersikap dingin "Nih kamu pakai celana dalamnya nanti aku gosokan punggung dan badan serta kaki biar gak berdaki," Nick menuruti kata Rara karena selama Omanya di Italy dia tidak pernah mandi dengan menggunakan sabun. Rara menggulung celana panjangnya dan mulai menggosokan badan punggung dan leher serta punduk tak lupa belakang kuping, Rara pernah melakukan ini ketika dia mengadakan baksos untuk anak-anak terlantar dirumah yatim piatu. "Selesai, sekarang siram kepalanya biar busa shamponya hilang," Rara menyalakan kran air hangat agar Nick tidak kedinginan. setelah dirasa bersih nick disuruh melepas celana dalamnya dengan dihalangi handuk oleh Rara agar dia tidak malu, kemudian Rara membantu Nick melilitkan handuk ditubuhnya. "Kakak sudah siapkan semua, kamu tinggal pakai baju, biar tidak malu kakak tunggu disini," Rara mengambil handuk dan mengeringkan rambut nick agar airnya tidak terlalu menetes. Ia membungkus rambut Nick seperti dia selesai keramas. "Kamu bilang apa kalau sudah ditolong Nick," Nick terdiam dipintu kamar mandi. "Terima kasih ka," Rara mencontohkan. "Biasakan Nick jika ditolong bilang Terima Kasih dan minta maaf kalau salah," nasehat Rara yang dianggukan oleh Nick. "Terima kasih Kak dan maaf sudah membuat Daddy marah pada Kakak,"Nick berkata dengan suara pelan, Nick sebenarnya anak yang cerdas hanya karena orang dewasa disini terlalu sibuk sehingga dia tidak terlalu diperhatikan dan diajarkan hal-hal seperti itu. Sementara diluar kamar Max sedang menggedor kamar Rara dia tidak mungkin membuka dari pintu kamar sebelah dia tidak mau dibilang tidak tahu diri. "Kamu sepertinya sangat pemalas, perawan jam segini belum bangun kamu gak malu sama ayam diluar," teriak Max dari luat kamar. sementara bi Isah hanya terbengong dibawah "Tuan muda sedang bicara dengan siapa ya?" Gumannya. "Baiklah kalau kau tidak mau bangun juga aku akan membuka kamarmu," Max masuk kekamarnya dan membuka dari pintu penghubung. Dia langsung membuka jendela tanpa melihat kearah kasur yang sudah rapih. "Kamu....," Baru saja Max akan mengomel tapi dia tidak melihat ada orang dikasur malah sudah sangat rapi. Max membuka kamar mandi tidak ada orang juga yang ada handuk bekas pakai tergantung rapi. "Kemana bocah itu," gumannya sambil melihat sekelilingnya. lalu ia keluar dari pintu depan dan tidak terkunci. "Jadi aku teriak-teriak itu gak ada orang berarti, jangan-jangan dia kabur," gumannya lagi. "Daddy, Sedang apa disitu?" tampak Nick berdiri sudah rapih dengan pakaian seragamnya. "Permisi Om saya mau ganti baju, baju saya basah habis memandikan Nick," Rara melewati Max yang berdiri didepan pintu dan masuk kedalam kamar. "Tunggu," Max memegang pergelangan tangan Rara. "Kenapa Om," Rara bingung dengan tingkah laku Max 'nyawanya belum kumpul kali,' pikirnya dalam hati Rara. "Aku tunggu sarapan dimeja makan. Habis antar Nick aku antar kamu kekampus," tanpa menunggu jawaban Max meninggalkan Rara sendiri yang masih terbengong didepan pintu kamar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD