Baby Sitter

1069 Words
Rara sedang menaruh kue-kue kedalam tempat yang kosong ketika dia melihat seorang bocah masuk kedalam kolong meja. Rara mendekati anak itu. "Hai mengapa kau sembunyi disana?" tanya Rara bingung. "Aku sedang makan ice cream kak, jika Daddyku tahu aku akan dihukumnya," Bocah itu terus memakan ice cream nya. "Tapi lihatlah bajumu banyak ice cream menetes disana bukankan Daddymu akan tahu?" Bocah itu memandang kearah baju taxedo dimana ada banya ice cream menetes disana. "Bisa kau membantuku untuk membersihkan ice cream ini dari bajuku," Pintanya pada Rara. "Siapa namamu?" tanya Rara pada bocah yang tadi menabrak seorang perempuan dan menyebabkan punggungnya terkena pukulan tas perempuan itu. "Aku Nicholas kakak bisa memanggilku Nick," Jawabnya tanpa berhenti memasukan Ice cream kedalam mulutnya. "Okey Nick satu-satunya cara kita harus ketoilet," Baru saja Nick hendak kelauar dari kolong meja terdengar suara bariton bertanya padanya. "Sedang apa kau berjongkok disana?" Suara Max terdengar dari arah atas. Nick menaruh jarinya dibibirnya. "Aku hanya mengambil sendok yang terjatuh," Rara menunjukan sendok yang dia maksud, namun Max bukanlah orang yang percaya begitu saja, dan alangkah terkejutnya ketika dia melihat kearah kolong meja, Nickolas berada disana. "Kau sedang apa Nick dan siapa yang memberimu Ice cream? bukankah Daddy sudah bilang kau dilarang memakan Ice Cream karena kau akan batuk dan radangmu kambuh nanti," Rara terkejut ketika Max menyebut dirinya Daddy ia akhirnya paham, mengapa Max melarang Nick memakan Ice Cream. "Keluar kau dari sana, cepat," Perintah Max.Max seperti geram namun apa daya Nick hanyalah seorang anak kecil. "I am sorry Dad," Jawabnya sambil menundukan kepalanya. 'Jadi bocah ini anaknya si Om, kenapa bininya gak diajak sih paling gak diakan bisa jagain nih anak,' Rara berkata dalam hati. "Jadi siapa yang memberimu Ice cream," Tanpa dosa Nick menunjuk kearah Rara. "What? kapan aku memberi Ice cream padamu," Rara kesal pada Nick yang tadi sudah dia tolong. "Karena kau yang memberi maka aku minta kau bertanggung jawab jika nanti dia kenapa-napa?" Max berkata dengan suara Baritonnya seperti biasa tanpa ekspresi. "Tapi aku tidak memberikan Ice cream padanya Om, kenapa aku harus bertanggung jawab atas anakmu," Rara sedikit berteriak karena kesal. "Terserah atau aku tidak akan membayar sisa dari ketering ini jika kau tidak mau menjaganya untuk beberapa hari sampai aku yakin dia tidak akan sakit tenggorokannya," Max mengancam, yang membuat Rara meradang. "Ada apa lagi Max," kali ini Dimitri dan Lisa sudah berada didekat mereka, Max kemudian menjelaskan kejadiannya. "Tapi aku tidak memberikannya Mam," Rara mencoba mencari dukungan ibunya. "Mama tidak bisa bantu kau jalankan saja perintah Tuan Max," Lisa berkata sambil memandangi putrinya yang terlihat sangat kesal. "Kau ikut denganku ke masion kami nanti, aku akan menyuruh orangku untuk membawakan baju gantimu selama kau dirumahku," Rara hanya terbengong sambil mengepal tangannya sementara Nick hanya tersenyum memandang Rara tanpa Dosa. "Jaga Nick sampai acara selesai," lalu mereka meninggalkan Rara dan Nick disana. "Ikut dengan ku," Rara menarik tangan Nick . "Minum ini sampai habis," lalu memberinya sebotol air mineral pada Nick. "Tapi aku tidak suka air mineral biasa aku sukanya yang dingin." Tolak Nick sambil menyingkirkan air mineral yang masih dipegang Rara. "Baiklah kalau kau tidak mau, Aku akan bunuh diri saja. Karenamu aku hari ini benar-benar menderita setelah kena pukul sekarang aku harus menjadi baby sittermu. Ditambah kalau kau sakit aku akan selamanya menjadi baby sittermu, lebih baik aku bunuh diri saja." Rara merengek seperti anak kecil karena kesal Rara berjalan kearah pantry, "Kak mau kemana?" Tanya Nick sambil menghalangi jalan Rara. "Kan aku sudah bilang, aku mau bunuh diri saja, karena hari ini sungguh sial bagiku," Isak Rara sambil melirik kearah Nick. "Baiklah aku akan mengikuti maumu," Nick lalu mengambil air mineral tersebut dan meminumnya. "Kenapa kau ingin aku meminum air ini?" Tanyanya penasaran. "Agar gula yang menempel ditenggorakanmu hilang dan masuk kedalam perutmu dan akan terbuang jika kau pipis nanti," Jawab Rara dengan nada yang sedikit ketus, namun sepertinya Nick tidak perduli "Jangankan nanti sekarang saja aku sudah ingin pipis." Nick berlari kedalam kamar kecil tak lama dia keluar memegang perutnya yang merasa lega. Acara pesta telah usai Rara yang sudah mengganti bajunya dengan kaos biasa, hanya diam disebelah ibunya. "Terima kasih untuk pelayanannya Lisa aku selalu puas dengan kerjamu," Lisa tersenyum mendengar pujian dari Dimitri. "Kau ikut denganku," Max menarik tangan Rara dan kemudian menyuruhnya masuk kedalam mobil Max. "Kenapa kau diam saja apa kau berharap aku membukakan pintu untukmu, kau pikir kau siap?" Max berbicara dari dalam mobil. "Siapa yang menyuruhmu duduk dibelakang? kau pikir aku supirmu!" Rara yang bersiap untuk duduk dibelakang akhirnya menutup pintu mobil kembali dan duduk didepan mendamping Max yang sedang menyetir mobil. Dalam perjalanan kerumah Max, Rara hanya diam dia hanya menatap kosong kedepan jalan. 'Sial benar nasibku.' Runtuknya dalam hati. *** Setelah kejadian tragedi ice cream akhirnya Rara menerima hukuman menjadi baby sitter Nickolas selama satu mingu,"Ini kamar kamu, kamu tidur setelah Nick tidur, aku harap kamu menjaganya dengan baik," Max lalu meninggalkan Rara sendiri dan dia harus dirumah ini selama seminggu. "Ya Tuhan dosa apa aku sampai dihukum seperti ini, Apakah aku kurang beramal sehingga harus menanggung dosa yang tidak aku lakukan," Rara masih menyiram dirinya dengan air Shower diatas kepala. "Lalu bagaimana dengan kuliahku? aaaachhhgg menyebalkan," Rara lalu keluar dari kamar mandi, dia melihat laptop dan beberapa buku miliknya sudah berada diatas meja didalam kamar dan sebuah tas travel bag berada diatas tempat tidur. "Ini kan travel bagku," Cepat-cepat ia membuka isi tasnya, benar saja beberapa potong pakaian miliknya ada disana, Rara lalu mengambil pakaian tidur dan mengganti dengan pakaian yang tadi ia gunakan. 'Lho berarti tadi kamarku tidak dikunci dong,' Rara bejalan kearah pintu dan menariknya. "Dikunci, lalu dia masuk dari mana?" dia mencari pintu yang lainnya, ada sebuah pintu disebelah sisi kiri kamarnya. Rara mendekat lalu mencoba membuka. 'Terkunci atau dia masuk dari sana lalu menguncinya kembali,' ia terus saja bertanya-tanya dalam hati. 'Bagaimana kalau ketika aku tidur dia masuk dan melakukan yang tidak-tidak padaku,' bulu kuduknya tiba-tiba berdiri. 'Kalau dia punya kunci cadangan harusnya di tidak bisa membuka kalau masih ada kunci yang menggantung didalam, eewhhh berati benar dia masuk dari pintu ini lebih baik aku ganjal saja pintu ini jadi aku bisa tidur dengan tenang.' ia tersenyum penuh kemenangan lalu mengambil kursi yang ada disana dan menganjalnya pintu dengan kursi didekat bagian handel pintu. "Okey beres sekarang aku tinggal tidur ," Rara masih berbicara pada dirinya sendiri dan dia sudah putuskan untuk memusuhi ibunya karena seenaknya saja menjadikan putri semata wayangnya sebagai seorang pembantu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD