3. LDR

964 Words
Hari terberat bagi Keyara adalah, saat ditinggal suaminya perjalan bisnis ke luar kota. Pasti akan ada perdebatan panjang antara batin dan pikirannya. Juga perdebatan dirinya juga suaminya. Batinnya mengatakan ikut agar Gerald tak melirik cewek lain, tapi pemikirannya, kasihan pada anak-anaknya yang masih kecil. Perdebatan antara Keyara dan Gerald, ketika Gerald meyakinkan Keyara bahwa dia akan setia, tapi Keyara tetap tidak percaya. Bagaimanapun juga, Keyara tetap takut Gerald berpaling. Apalagi dia sudah punya anak tiga. Bisa jadi Gerald tidak puas dengan bentuk tubuhnya yang makin melar. Keyara tak bisa membayangkan kalau benar dirinya dan ketiga putranya dicampakkan Gerald dengan tak berperasaan. Duag! "Aduuh!" Ringis Keyara saat kepalanya di pukul dengan gulungan buku oleh Gerald. "Makanya, jangan nonton sinema azab terus. Gitu kan pikirannya, negatif mulu." Ucap Gerald menyentil kening Keyara dengan gemas. Keyara menggerutu. Ia bisa saja menjebloskan suaminya ke penjara. Memukul kepala istri dan menyentil kening istri sudah termasuk ranah KDRT. Dan suaminya hobby sekali menganiyaya dirinya. "Kapan pulangnya?" Ketus Keyara. Saat ini ketiga anaknya sedang pulas tidur siang. Dan waktunya ia habiskan untuk berdebat dengan suaminya. "Hari Jumat," "Kok lama banget?" Tanya Keyara yang masih tak bisa menyembunyikan nada ketusnya. "Cuma tiga hari, sayang! Istriku yang ucul gemeciin!" Jawab Gerald dengan menarik kedua pipi istrinya dengan gemas. Cemburunya Keyara selalu berlebihan. Tapi, dia suka. Gerald mencintai Keyara apapun dan bagimanapun sikap sifat perempuan itu. Apalagi sekarang sudah punya anak. Rasa cintanya pada Keyara makin bertambah. "Yaudah sana berangkat!" Ucap Keyara. "Masih satu jam lagi," "Siap-siap sana!" "Udah siap. Mending kita main aja," ucap Gerald mengerlingkan sebelah matanya. "Apa?" Tanya Keyara bingung. "Gak usah sok polos. Tiap hari kita udah lalukan itu," jawab Gerald menubrukkan bibirnya dengan bibir istrinya. Keyara membulatkan matanya kaget. Suaminya selalu main sosor seenaknya sendiri. "Mas lepasin! Kamu harus cepat berangkat," cegah Keyara. "Masih ada waktu limapuluh menit. Ayo kita gunakan sebaik mungkin. Kita main kilat, " ucap Gerald mulai melucuti pakaian istrinya. "Huwaaaaa!!" Teriakan seorang bayi mencegah masuknya rudal perkasa ke sarangnya. Gerald mengeram tertahan. Melihat kearah box bayi anak-anaknya. Pintar sekali mereka mengganggu kesenangan orang tua. "Mas, minggir sana. Ada yang nangis!" Ucap Keyara mendorong tubuh besar suaminya. "Nangung, udah hampir masuk!" Rengek Gerald seperti anak kecil. "Makanya kamu cepat pulang, biar bisa main lagi. Aku mau nenangin mereka dulu!" Keyara mendorong suaminya. Merapikan kembali daster yang sudah disingkap suaminya. Sedangkan Gerald merutuki anaknya yang menangis di waktu yang tak tepat. Sudah dia duga, pembuat ulah itu adalah Rey. Gerald melirik sinis kearah Rey. Setelah menaikkan celananya, Gerald segera menuju kamar mandi. Mungkin dengan mandi bisa meredakan hasratnya. Sebenarnya Gerald juga merasa kasihan meninggalkan istrinya sendiri. Apalagi fikiran Keyara selalu negatif thinking, membuat perempuan itu selalu dilanda rasa cemas. Keyara menyusui Rey sambil mengelus kepala anaknya dengan penuh cinta. Untung saja Rex dan Ray tak ikutan menangis. Mungkin mereka masih mengantuk. "Ma, aku berangkat dulu ya. Kamu jaga diri baik-baik. Jangan lupakan sarapan, makan siang dan makan malam." Pamit Gerald memeluk tubuh Keyara dari belakang. Keyara melirik suaminya yang sudah berpakaian lengkap. Hari ini suaminya ke surabaya untuk urusan pekerjaan yang Keyara sendiri tidak paham. "Iya mas, kamu juga hati-hati. Ingat kan kata-kata aku?" Tanya Keyara menatap lekat suaminya. "Gak boleh dekat-dekat dengan cewek lain. Gak boleh bicara dengan cewek, kalau gak ada urusan mendesak. Gak boleh lirik cewek lain, gak boleh selingkuh, selalu ngabarin istri, hanya istri yang harus dipikirin." Jawab Gerald panjang lebar. Ia hafal betul apa yang akan diucapkan istrinya itu. "Hehehe pinter banget sih suami aku!" Ucap Keyara cengengesan. "Udah, aku berangkat dulu. Salim sama suami!" Titah Gerald menyodorkan punggung tangannya untuk dicium Keyara. Gerald juga membalas mencium Kening Keyara dengan sedikit lama. Tak lupa, ciuman juga dia daratkan ke pipi gembil Rey. "Kok cuma Rey aja yang di cium? Rex sama Ray juga dong!" Ucap Keyara ketika suaminya ingin pergi begitu saja. Gerald merutuki dirinya yang pelupa. Ia segera berbalik untuk mencium Rey dan Ray. Ia harus melalukan apapun yang sama dengan ketiga bayinya. Kalau gak mau Keyara marah. Memangku Rex artinya juga memangku Ray dan Rey. Harus rata dan sama. Setelah kepergian Gerald, Keyara membawa Rey tidur di ranjangnya. Membatasi tubuh mungil anaknya dengan guling agar tak terjatuh. Keyara juga sudah mengantuk. Jarang-jarang dia bisa tidur siang. Jangankan tidur siang. Makan pun, sudah seperti orang balapan. Tapi, Keyara sangat menikmati perannya menjadi seorang ibu. Di dalam mobil, Gerald mendengarkan setiap ocehan dari sekretaris bujang lapuknya itu. Yogi terus saja berceloteh tentang hal-hal tidak penting sembari menyetir. Kadang, Gerald merasa sangat bosan melihat wajah dan mendengar suara Yogi. Tapi, mau bagaimana lagi, hanya Yogi lah yang dia percaya. Lagian, bila mencari sekretaris baru. Pasti dapatnya cewek, dan itu artinya perang besar dirinya dan istrinya dimulai. "Yog, lo betah banget gak nikah-nikah," ujar Gerald heran. Kalau bahas soal nikah, sudah dipastikan ekspresi Yogi akan berubah masam. "Tunggu tanggal mainnya!" Jawab Yogi seadanya. Jawaban yang selalu ia lontarkan saat ada yang tanya 'kapan nikah. Mereka pikir nikah untuk main-main? Ketika ketemu cewek langsung dilamar. Yogi mah ogah banget. Yogi harus tau bibit, bebet dan bobot calon istrinya. Karena, anak sholeh sholihah tergantung ibunya mendidik. "Ngomong aja, gak ada yang mau sama lo," ledek Gerald. "Ini gara-gara karyawan lo yang menginjak injak harga diri gue!" Teriak Yogi marah. Memang dirinya yang saat ini masih bujang adalah kesalahan dari Yura. Manager pemasaran di perusahaan Gerald. Bagaimana dia dapat cewek kalau Yura saja dengan tak berperasaan menyebar hoax kalau tytydnya kecil. Semua wanita juga gak akan mau kalau tidak puas. Mereka belum tau saja, sebesar apa senjatanya. Karena ulah Yura, sekarang Yogi dipandang sebelah mata oleh karyawati kantor. "Lo nikahin aja si Yura," ucap Gerald enteng. "Lo gak tau aja seberapa ganas wanita itu. Senggol dikit auto gigit!" {Lapak Yogi dan Yura ada di Be Mine}
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD