4. Martabak

1159 Words
Sudah tiga hari Keyara diitinggal Gerald perjalanan bisnis. Harusnya hari ini Gerald sudah pulang. Tapi, sampai malam tidak ada tanda-tanda suaminya akan pulang. Keyara sudah menghubungi suaminya dan juga Yogi. Tapi, sama sekali tak ada yang aktif. Keyara sudah uring-uringan. Berjalan mondar mandir di ruang tamu sembari menggendong Rex yang masih belum tidur. Mika menatap jengah kearah putrinya yang sulit di nasehatin. Mika sudah bilang kalau Gerald mungkin sedang di jalan. Tapi, Keyara terus menggerutu tidak jelas. "Ma ma ma!"  celoteh Rex menjambaki rambut Keyara. "Kamu diem dulu deh, Rex. Mamamu lagi sebel sama Papa yang gak pulang-pulang. Awas aja papamu kecantol sama cewek lain. Pulang, habis tuh Papa. Langsung mama lemparin panci." dumel Keyara. Rex tertawa cekikikkan seoalah mamanya sedang melawak. "Ra, kamu duduk deh! jangan marah-marah gitu. Mending kamu dandan yang cantik. Biar kalau suamimu pulang, bisa manjain matanya." ucap Mika. Selama Gerald di luar kota, Mika dan Regan menginap di rumah anaknya. Regan yang malas meladeni anaknya, memilih tidur lebih dahulu. "Tapi, bun. Keyara gak bisa jenak sebelum lihat Mas Gerald," jawab Keyara. Di samping rasa marah, terselip rasa khawatir takut Gerald kenapa-napa. Ting tong! Suara bel membuat Keyara dengan cepat berlari kearah pintu. Ia yakin itu suaminya yang sedang latihan jadi bang toyib. Dengan semangat empat lima, ia membuka pintu itu, siap menyemprot suaminya. "Halo Keyara!"  sapa seorang pria seumuran Keyara. "Vero, kok kamu kesini?" tanya Keyara kaget. Vero adalah tetangganya. Seumuran dengan Keyara. Laki-laki yang sekarang sedang kuliah di jurusan teknik. "Aku lihat story WA kamu. Kamu lagi pengen martabak kan? ini aku belikan." ucap Vero cengegesan. Keyara menatap berbinar pada plastik yang di tenteng oleh Vero. Memang ia tadi membuat story Wa kalau ia ingin makan martabak. Tak menyangka kalau akan ada yang peka dengan storynya. "Oh udah berani nakal ya, di belakang suami?." ucap Gerald yang tiba-tiba datang masih menggunakan jas lengkapnya. "Mas Gerald,"  kaget Keyara. Rex sudah merentangkan tangannya minta digendong Papanya. Tumben sekali Rex antusias dengan Gerald. Gerald mengambil alih anaknya. "Bawa apa itu?" tanya Gerald pada Vero. Tak ada yang menyadari kalau kaki Vero sudah gemeteran karena takut. Padahal tatapan Gerald biasa aja. Tapi, Vero sudah ingin jatuh pingsan karena dag dig dug. Ia sudah seperti pembinor yang tercyduk. "Ra, aku pulang dulu ya!. Kalau gak boleh makan martabak sama suami kamu, yaudah buang aja gakpapa. Itu dari uang saku ku dua hari," ucap Vero kemudian lari kencang keluar gerbang rumah Keyara. Keyara melirik suaminya. Emang suaminya itu menyeramkan. Mungkin kedepannya, ia akan mendandani Gerald biar jadi pria imut seperti Eunwo. "Mas, jangan nyeremin gitu!" Ujar Keyara. "Masuk!" titah Gerald. Tanpa mempedulikan ucapan Keyara, ia mendorong Keyara untuk masuk rumah. Ia menurut saja. Kalimat amarah yang tadi sudah dia susun, menguap seketika. Dengan memanggul Rexvan, Gerald masih mendorong istrinya untuk masuk kamar. Mika sudah tidak ada di ruang tamu, karena menyusul suaminya tidur. "Maksudnya apa tadi si bocah itu ngirimin martabak? mau caper sama kamu ya?" selidik Gerald memicingkan matanya. "Enggak Mas,. tadi aku cuma buat story Wa. Gak tau juga kalau Vero akan ngirimin martabak." jawab Keyara membela diri. Hawa-hawanya Gerald akan marah. "Oh ternyata kamu yang caper. Ngapain gitu buat status yang gak penting kayak gitu? aku kasih kamu uang, kalau pengin apa-apa ya langsung beli aja. Gak usah buat story Wa yang unfaedah." ucap Gerald panjang lebar. Ia menjewer telinga istrinya persis seorang ayah yang memarahi putrinya. "Udah jangan bahas martabak. Harusnya aku yang marah sama kamu, karna kamu pulangnya gak tepat waktu." ucap Keyara bermaksud mengalihkan pembicaraan. Bagaimana ia bisa lupa kalau suaminya pecemburu akut. Dekat dengan teman laki-lakinya saja, Gerald sudah marah. "Aku gak tepat waktu karena macet. Lha kamu, malah mancing-mancing cowok lain untuk perhatian sama kamu." Dumel Gerald sebal. Gerald menurunkan Rex yang sudah terlelap di box bayi. Bocah itu seakan paham situasi kalau orang tuanya tengah adu saling menyalahkan. "Ya kan aku gak sengaja. Salahin Vero nya aja. Jangan salahin aku," jawab Keyara. "Keyara. Orang ketiga gak akan masuk kalau tuan rumah gak bukain pintu. Kamu main media sosial yang hati-hati. Kamu sekarang bisa aja bilang gak akan kepincut. Tapi, kedepannya siapa yang tau?" Jelas Gerald memegang lengan Keyara. Menatap dalam manik mata Keyara. Keyara tergugu mendengar penjelasan suaminya. Tanpa pikir panjang, ia menerjang suaminya. Memeluk Gerald dengan erat. "Maaf, Mas!" bisik Keyara. Gerald membalas pelukan istrinya. Mengusap puncak kepala Keyara dengan penuh cinta. "Gakpapa. Jangan di ulangi. Sosial media bisa menjadi boomerang kalau penggunanya gak hati-hati." Nasehat Gerald. Keyara menganggukkan kepalanya. "Sudah, aku mau mandi dulu. Kamu siapin piyama aku!" Ucap Gerald. Keyara melepas pelukannya pada Gerald. Berbalik untuk menyiapkan piyama suaminya. Keyara juga segera ke dapur, memanaskan makanan untuk Gerald sembari menunggu pria itu selesai mandi. Tak berapa lama, Gerald sudah menuju dapur untuk menyusul istrinya. Menu malam ini, soup ayam dan kerupuk. Keyara tak berani masak macam-macam kalau ada bundanya. Pasti bundanya akan ngomel kalau ia memasak banyak makanan dan berakhir gak ada yang makan. Mubadzir. "Wahh baunya enak!" Ucap Gerald mendudukkan dirinya di kursi. Yang paling disukai Keyara dari Gerald. Se tidak enak apapun masakannya, Gerald akan memuji kalau itu sangat enak. Kadang, Keyara merasa kasihan kalau Gerald memaksa makan makanan yang tidak enak. Tapi, Gerald terus bersikeras kalau pria itu akan menghabiskannya. "Kamu udah makan?" tanya Gerald. "Sudah Mas. Tadi habis magrib," jawab Keyara. "Gak makan lagi?" "Gak ah, nanti gemuk." Prang! Keyara memegang dadanya kaget saat Gerald membanting sendoknya dengan keras ke piring. Keyara memejamkan matanya, siap menerima dampratan dari suaminya. "Aku udah berkali-kali bilang. Makan kalau kamu ingin dan makan kalau kamu lapar. Gak usah takut gendut, apalagi mau diet. Aku gak suka itu!" Ujar Gerald setengah marah. "Ambil piring! Cepat makan!" Titah Gerald. Keyara mengangguk takut-takut. Karena ia istri penurut, Keyara segera mengambil piring dan nasi. Gerald geram melihat Keyara yang hanya mengambil nasi sedikit. Dengan kesal, Gerald mengambilkan nasi Keyara lagi hingga dua kali lipat. Gerald heran, kenapa Keyara selalu menahan makan dengan alasan takut gendut. "Udah makan, jangan banyak protes!" Ucap Gerald dengan tajam. Ucapannya sudah seperti titah raja yang harus dituruti. "Iya, Mas." Jawab Keyara. Keyara mulai memasukkan makanan ke mulutnya. Memang sebenarnya dia sudah lapar lagi. Tapi, pikir-pikir mau makan. Takut badannya melar. Mau ikut yoga, tapi tidak sempat karena kesibukannya mengurus si triplet. Entah gimana nasib badannya nanti. "Anak-anak gak rewel kan selama tiga hari ini?" "Kemarin aja Mas. Mau mandi pake acara cakar-cakaran. Si Rex usil banget. Rambut adiknya di jambaki." Jawab Keyara mulai bercerita mengenai anak-anaknya. Keyara memang selalu dipusingkan dengan Rex yang usilnya minta ampun. Belum lagi si Rey yang cengengnya naudzubillah. Kalau Ray anaknya kalem gak banyak tingkah. Saking gak pernah celoteh, Keyara sempat khawatir kalau Ray tidak bisa bicara. "Emang si Rex itu benar-benar," ujar Gerald terkekeh geli. "Anakmu juga Mas." Gerald berdiri dari duduknya. Menyingkirkan piring yang sudah kosong. Ia mencium pipi istrinya dengan mesra. "Hebat banget kamu ya, ngurus anak tiga gak pernah ngeluh." Puji Gerald dengan lembut. Keyara sampai tersipu malu. Merasakan hembusan nafas suaminya di wajahnya membuat ia makin merona. "Udah tiga hari puasa loh!" Bisik Gerald mengedipkan sebelah matanya menggoda. "Kan, aku udah ngira. Kalau muji-muji pasti ada maunya," dumel Keyara dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD